Kisah Soeharto Tanpa Rompi Antipeluru Kunjungi Negeri Perang Bosnia Herzegovina
Rabu, 29 Juni 2022 - 19:31 WIB
Pamitan itu menunjukan bahwa keinginan Soeharto pergi di Bosnia sudah bulat. Insiden penembakan pesawat Utusan Khusus PBB tak menyurutkan sedikit pun niatnya.
Tepat pada 13 Maret 1995, Soeharto beserta rombongan terbang menggunakan pesawat sewaan buatan Rusia menuju Bosnia Herzegovina. Ikut dalam rombongan, Komandan Grup A Paspampres Kolonel Inf Sjafrie Sjamsoeddin, Komandan Detasemen Pengawal Pribadi Presiden Mayor Cpm Unggul K Yudhoyono, Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moediono, Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen TNI Syamsir Siregar, Danpaspampres Mayjen TNI Jasril Jakub, dan Ajudan Presiden, Kolonel Inf Sugiono.
Sesuai prosedur keamanan PBB, semua penumpang diminta mengisi formulir pernyaan risiko.
"Apa itu," tanya Soeharto kepada Sjafrie Sjamsoeddin yang mengambil dua formulir.
"Pernyataan risiko, tanggung perorangan, Pak," kata Sjafrie dalam tulisan berjudul Berani Ambil Risiko di buku Pak Harto The Untold Stories.
"Mana punya saya? sini!" kata Soeharto lalu menandatangani formulir tersebut.
Lama penerbangan Zagreb-Sarajevo sekitar 1,5 jam. Di tengah perjalanan, terdengar instruksi semua penumpang wajib memakai helm dan rompi pengamanan.
"Ini tempat duduk, di bawahnya sudah dikasih antipeluru belum?" tanya Soeharto. "Sudah Pak. Kami tutup semua dengan bulletproof, untuk mengantisipasi tembakan dari bawah," jawab Sjafrie.
"Sampingnya?" tanya Soeharto lagi. "Juga sudah, Pak," kata Sjafrie sambil memegang rompi dan helm pengamanan untuk Soeharto.
"Helmnya nanti masukkan ke Taman Mini, ya! Nanti helmnya masukkan ke (Museum) Purna Bhakti," kata Soeharto.
Tepat pada 13 Maret 1995, Soeharto beserta rombongan terbang menggunakan pesawat sewaan buatan Rusia menuju Bosnia Herzegovina. Ikut dalam rombongan, Komandan Grup A Paspampres Kolonel Inf Sjafrie Sjamsoeddin, Komandan Detasemen Pengawal Pribadi Presiden Mayor Cpm Unggul K Yudhoyono, Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moediono, Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen TNI Syamsir Siregar, Danpaspampres Mayjen TNI Jasril Jakub, dan Ajudan Presiden, Kolonel Inf Sugiono.
Sesuai prosedur keamanan PBB, semua penumpang diminta mengisi formulir pernyaan risiko.
"Apa itu," tanya Soeharto kepada Sjafrie Sjamsoeddin yang mengambil dua formulir.
"Pernyataan risiko, tanggung perorangan, Pak," kata Sjafrie dalam tulisan berjudul Berani Ambil Risiko di buku Pak Harto The Untold Stories.
"Mana punya saya? sini!" kata Soeharto lalu menandatangani formulir tersebut.
Lama penerbangan Zagreb-Sarajevo sekitar 1,5 jam. Di tengah perjalanan, terdengar instruksi semua penumpang wajib memakai helm dan rompi pengamanan.
"Ini tempat duduk, di bawahnya sudah dikasih antipeluru belum?" tanya Soeharto. "Sudah Pak. Kami tutup semua dengan bulletproof, untuk mengantisipasi tembakan dari bawah," jawab Sjafrie.
"Sampingnya?" tanya Soeharto lagi. "Juga sudah, Pak," kata Sjafrie sambil memegang rompi dan helm pengamanan untuk Soeharto.
"Helmnya nanti masukkan ke Taman Mini, ya! Nanti helmnya masukkan ke (Museum) Purna Bhakti," kata Soeharto.
tulis komentar anda