Menyapa Kesiapan Indonesia Hadapi Ancaman Inflasi
Selasa, 17 Mei 2022 - 10:38 WIB
Daya beli masyarakat pun terus memberikan angin segar bagi perekonomian nasional yang ditandai dengan semakin kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta kondisi ketenagakerjaan nasional. Pada Triwulan I-2022, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,34% (yoy). Jika dibandingkan dengan Triwulan IV- 2021 (qtq), konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar PDB nasional masih mencatatkan pertumbuhan positif, mencerminkan pemulihan konsumsi yang terus berlanjut. Tren ini sejalan dengan relatif tingginya mobilitas masyarakat di sepanjang Triwulan I dibandingkan dengan Triwulan I-2021. Selain itu, peningkatan lapangan kerja baru juga berperan vital dalam mengakselerasi pemulihan daya beli masyarakat. Tingkat pengangguran nasional turun dari 6,26% pada Februari 2021 menjadi 5,83% pada Februari 2022.
Di tengah lambatnya pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, Indonesia melalui kekayaan alamnya yang melimpah mendapatkan berkah besar melalui nilai ekspor yag kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi, sementara ekspansi produksi turut mendorong pertumbuhan impor. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi, terutama di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan barang kembali surplus sebesar USD9,33 miliar sepanjang kuartal I-2022. Surplus ini naik dari periode sama tahun 2021 sebesar USD5,52 miliar. Angka tersebut juga melonjak dari raihan kuartal I-2021senilai USD2,54 miliar. Nilai ekspor sepanjang kuartal I-2022 tembus USD66,14 miliar.
Ekspor migas tercatat mencapai USD3,3 miliar, naik 24,4% dari periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor sektor non migas pertanian mencapai USD1,15 miliar, tumbuh 10,3% dari periode sama tahun 2021. Ekspor industri pengolahan tembus USD11,5 miliar dan ekspor tambang USD4,9 miliar. Ekspor keduanya masing-masing meningkat 29,68% dan 78,65%, dibandingkan kuartal I 2021.
Adanya kenaikan nilai ekspor Indonesia mampu memberikan dampak positif bagi penerimaan negara. Meski kontribusi surplus perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tidak sebesar kontribusi dari konsumsi rumah tangga, namun surplus neraca perdagangan cukup berdampak baik dalam mendorong pertumbuhan penerimaan negara. Perbaikan harga komoditas-komoditas seperti batu bara, CPO, dan tembaga yang tak lain merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia adalah motor penggerak terjadinya surplus neraca perdagangan di Indonesia.
Langkah Indonesia Hadapi Ancaman Inflasi
Pemerintah perlu terus berupaya agar tekanan ekonomi dari eksternal yang sedang terjadi kini tak sampai berdampak pada konsumsi dan inflasi di dalam negeri. Terkait hal itu, APBN tetap menjadi instrumen utama yang mampu menjadi motor dalam menahan gejolak ekonomi dunia di tengah masa pemulihan ekonomi nasional. Salah satu fungsi dari APBN adalah stabilisasi, di mana APBN dapat digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi suatu negara, termasuk tingkat inflasi. Oleh sebab itu, pemerintah dapat memainkan peran APBN sebagai shock absorber (peredam kejutan) dari dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan untuk menjaga daya beli masyarakat.
Saat ini, APBN Indonesia dalam posisi yang sangat baik untuk memainkan strategi tersebut. Pada kuartal I 2022, kondisi APBN sangat sehat di mana pendapatan negara tumbuh signifikan mencapai 32,1%. Meski demikian, dalam mendesain APBN pemerintah perlu tetap melakukannya secara prudent dan hati-hati. Kendati didesain secara hati-hati, APBN juga perlu tetap responsif untuk turut serta menyelesaikan masalah-masalah fundamental akibat inflasi.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu terus mendorong reformasi struktural dalam sektor riil untuk menghadapi gejolak ekonomi global dan tekanan inflasi dunia yang diproyeksikan cukup menantang. Upaya perbaikan fundamental ekonomi yang dilakukan melalui reformasi struktural dapat ditopang melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja dan peraturan pelaksanaannya. Melalui implementasi reformasi struktural tersebut, tren pertumbuhan ekonomi diharapkan terus meningkat sehingga Indonesia memiliki basis pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
Berbekal keberhasilan pemerintah dalam menghadap krisis ekonomi selama pandemi, maka pemerintah optimistis dapat menghadapi ancaman inflasi global dengan terus melakukan penyempurnaan program-program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan. Semoga.
Baca Juga: koran-sindo.com
Di tengah lambatnya pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, Indonesia melalui kekayaan alamnya yang melimpah mendapatkan berkah besar melalui nilai ekspor yag kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi, sementara ekspansi produksi turut mendorong pertumbuhan impor. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi, terutama di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan barang kembali surplus sebesar USD9,33 miliar sepanjang kuartal I-2022. Surplus ini naik dari periode sama tahun 2021 sebesar USD5,52 miliar. Angka tersebut juga melonjak dari raihan kuartal I-2021senilai USD2,54 miliar. Nilai ekspor sepanjang kuartal I-2022 tembus USD66,14 miliar.
Ekspor migas tercatat mencapai USD3,3 miliar, naik 24,4% dari periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor sektor non migas pertanian mencapai USD1,15 miliar, tumbuh 10,3% dari periode sama tahun 2021. Ekspor industri pengolahan tembus USD11,5 miliar dan ekspor tambang USD4,9 miliar. Ekspor keduanya masing-masing meningkat 29,68% dan 78,65%, dibandingkan kuartal I 2021.
Adanya kenaikan nilai ekspor Indonesia mampu memberikan dampak positif bagi penerimaan negara. Meski kontribusi surplus perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tidak sebesar kontribusi dari konsumsi rumah tangga, namun surplus neraca perdagangan cukup berdampak baik dalam mendorong pertumbuhan penerimaan negara. Perbaikan harga komoditas-komoditas seperti batu bara, CPO, dan tembaga yang tak lain merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia adalah motor penggerak terjadinya surplus neraca perdagangan di Indonesia.
Langkah Indonesia Hadapi Ancaman Inflasi
Pemerintah perlu terus berupaya agar tekanan ekonomi dari eksternal yang sedang terjadi kini tak sampai berdampak pada konsumsi dan inflasi di dalam negeri. Terkait hal itu, APBN tetap menjadi instrumen utama yang mampu menjadi motor dalam menahan gejolak ekonomi dunia di tengah masa pemulihan ekonomi nasional. Salah satu fungsi dari APBN adalah stabilisasi, di mana APBN dapat digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi suatu negara, termasuk tingkat inflasi. Oleh sebab itu, pemerintah dapat memainkan peran APBN sebagai shock absorber (peredam kejutan) dari dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan untuk menjaga daya beli masyarakat.
Saat ini, APBN Indonesia dalam posisi yang sangat baik untuk memainkan strategi tersebut. Pada kuartal I 2022, kondisi APBN sangat sehat di mana pendapatan negara tumbuh signifikan mencapai 32,1%. Meski demikian, dalam mendesain APBN pemerintah perlu tetap melakukannya secara prudent dan hati-hati. Kendati didesain secara hati-hati, APBN juga perlu tetap responsif untuk turut serta menyelesaikan masalah-masalah fundamental akibat inflasi.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu terus mendorong reformasi struktural dalam sektor riil untuk menghadapi gejolak ekonomi global dan tekanan inflasi dunia yang diproyeksikan cukup menantang. Upaya perbaikan fundamental ekonomi yang dilakukan melalui reformasi struktural dapat ditopang melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja dan peraturan pelaksanaannya. Melalui implementasi reformasi struktural tersebut, tren pertumbuhan ekonomi diharapkan terus meningkat sehingga Indonesia memiliki basis pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
Berbekal keberhasilan pemerintah dalam menghadap krisis ekonomi selama pandemi, maka pemerintah optimistis dapat menghadapi ancaman inflasi global dengan terus melakukan penyempurnaan program-program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan. Semoga.
Baca Juga: koran-sindo.com
tulis komentar anda