Ketidakpastian: Pengendalian APBN?

Senin, 14 Oktober 2024 - 08:04 WIB
loading...
Ketidakpastian: Pengendalian...
Candra Fajri Ananda, Staf Khusus Menteri Keuangan RI. Foto/SINDOnews
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

PADA situasi ekonomi global yang terus menghadapi tekanan, menjaga stabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi salah satu prioritas utama bagi pemerintah. Kondisi seperti ketidakpastian geopolitik, disrupsi melalui teknologi, dan perubahan iklim ekonomi pasca-pandemi telah meningkatkan risiko pengelolaan pembangunan di semua negara.

Bagi Indonesia, di tengah tantangan tersebut, APBN merupakan instrumen pemerintah yang sangat vital untuk memastikan keberlangsungan pembangunan dengan memastikan pelayanan publik dan dukungan terhadap sektor-sektor ekonomi dapat berjalan dengan baik. Pada fase seperti ini, stabilitas merupakan tujuan penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan pasar.

Stabilitas APBN memiliki keterkaitan erat dengan prinsip "fiscal sustainability," di mana pemerintah harus memastikan bahwa belanja negara tidak membebani kapasitas ekonomi jangka panjang. Menurut teori Ricardian Equivalence, peningkatan utang untuk mendanai defisit anggaran dapat mengurangi konsumsi di masa depan jika masyarakat memperkirakan pajak yang lebih tinggi akan diberlakukan.

Oleh sebab itu, pemerintah perlu menjalankan kebijakan fiskal yang berfokus pada keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan negara. Di satu sisi, pengeluaran yang efisien diperlukan untuk mendukung program-program perlindungan sosial, pembangunan infrastruktur, serta stimulasi ekonomi.

Di sisi lain, peningkatan penerimaan negara, baik melalui pajak maupun optimalisasi sumber daya alam, penting untuk mengurangi defisit anggaran. Pada situasi ini, kebijakan fiskal yang adaptif dan terukur sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ekonomi dalam negeri di tengah tekanan global yang tak terduga.

Selain stabilitas, aspek keberlanjutan (sustainability) APBN juga harus memperhatikan pembiayaan. Pembiayaan utang yang berlebihan tanpa memperhatikan kapasitas ekonomi jangka panjang dapat membebani generasi mendatang. Sangat penting, pemerintah mempertimbangkan langkah-langkah inovatif untuk meningkatkan pendapatan negara secara berkelanjutan, seperti digitalisasi ekonomi dan perbaikan tata kelola sumber daya alam.

Menjaga Kredibilitas APBN

Pada tahun politik 2024 ini, berbagai janji politik yang disampaikan selama kampanye telah terpatri dalam diri masyarakat dan tak elok jika diingkari. Artinya, masyarakat mengharapkan realisasi berbagai janji tersebut, terutama di sektor kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pendidikan. Pasalnya, penting bagi pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara memenuhi harapan masyarakat dan menjaga kredibilitas APBN.

Artinya, realisasi janji-janji politik harus dilakukan dengan perencanaan fiskal yang matang agar tidak membebani defisit APBN yang saat ini diproyeksikan berada di angka 2,5% dari PDB. Sejatinya angka tersebut relatif terkendali, meski terdapat komitmen besar terhadap belanja publik

Realisasi janji politik bukan tanpa tantangan, terutama dalam menjaga keseimbangan antara anggaran untuk program-program prioritas dan keberlanjutan fiskal. Program-program besar seperti makan siang gratis di sekolah, pembangunan infrastruktur, dan penyediaan rumah terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah menjadi komitmen utama pemerintah mendatang.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1048 seconds (0.1#10.140)