Kurikulum dan Kompetensi Global
Sabtu, 16 April 2022 - 10:44 WIB
Dengan adanya program Guru Penggerak dan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kemendikbudristek menunjukkan komitmennya untuk bersama-sama mendampingi para guru agar menjadi guru yang lebih kompeten serta dapat berkembang terus ke depannya.
Visi pendidikan yang perlu disepakati bersama yakni pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik menjadi manusia merdeka, mandiri, dengan karakter dan kompetensi yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila.
Selama ini Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggalakkan program bertajuk Gerakan Literasi untuk Mewujudkan Pelajar Pancasila. Gerakan tersebut bertujuan memberikan pemahaman tentang peran vital literasi untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul. Yaitu, pelajar yang belajar sepanjang hayat, menguasai kompetensi global yang dicirikan oleh nilai-nilai Pancasila yaitu profil pelajar Pancasila dengan kriteria beriman, bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global.
Perlu pembelajaran literasi integral yang meliputi literasi etika, literasi informasional, dan literasi fungsional. Di samping itu juga menekankan pentingnya pendekatan dan pemberdayaan ekosistem dalam mewujudkan gerakan literasi.
Dalam aspek bahasa, perlu ditekankan nilai-nilai luhur Pancasila yang berasal dari kearifan lokal bisa terus digali, ditumbuhkan dan dibiasakan dalam berbahasa sehari-hari dengan konsisten sehingga bisa menjadi pelajar Pancasila.
Selama ini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud menjadi laboratorium kebhinekaan dalam berbahasa Indonesia. Dengan 718 bahasa lokal, Bahasa Indonesia menjadi Bahasa pemersatu di antara ratusan suku bangsa Indonesia.
Mengembalikan atau mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial perlu metode yang lebih pas. Era Industri 4.0 dan gelombang disrupsi teknologi harus dipahami secara baik oleh generasi muda saat ini.
Metode membumikan Pancasila sebagai ideologi negara telah dilakukan beberapa dekade lalu. Namun, masalah sekarang lebih kompleks. Hal ini karena perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang sangat lengket dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan metode diatas dibutuhkan program yang masif berbentuk mentorship. Pada era orde baru peran mentorship dilaksanakan oleh para penatar Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Di tingkat nasional para mentor itu disebut dengan istilah Manggala P4.
Menurut Lowenstein dan Bradshaw, Mentorship adalah suatu bentuk sosialisasi untuk peran profesional yang mendorong pencapaian program nasional. Karena perkembangan zaman bentuk penataran P4 tentunya berubah materi dan metodenya.
Visi pendidikan yang perlu disepakati bersama yakni pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik menjadi manusia merdeka, mandiri, dengan karakter dan kompetensi yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila.
Selama ini Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggalakkan program bertajuk Gerakan Literasi untuk Mewujudkan Pelajar Pancasila. Gerakan tersebut bertujuan memberikan pemahaman tentang peran vital literasi untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul. Yaitu, pelajar yang belajar sepanjang hayat, menguasai kompetensi global yang dicirikan oleh nilai-nilai Pancasila yaitu profil pelajar Pancasila dengan kriteria beriman, bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global.
Perlu pembelajaran literasi integral yang meliputi literasi etika, literasi informasional, dan literasi fungsional. Di samping itu juga menekankan pentingnya pendekatan dan pemberdayaan ekosistem dalam mewujudkan gerakan literasi.
Dalam aspek bahasa, perlu ditekankan nilai-nilai luhur Pancasila yang berasal dari kearifan lokal bisa terus digali, ditumbuhkan dan dibiasakan dalam berbahasa sehari-hari dengan konsisten sehingga bisa menjadi pelajar Pancasila.
Selama ini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud menjadi laboratorium kebhinekaan dalam berbahasa Indonesia. Dengan 718 bahasa lokal, Bahasa Indonesia menjadi Bahasa pemersatu di antara ratusan suku bangsa Indonesia.
Mengembalikan atau mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial perlu metode yang lebih pas. Era Industri 4.0 dan gelombang disrupsi teknologi harus dipahami secara baik oleh generasi muda saat ini.
Metode membumikan Pancasila sebagai ideologi negara telah dilakukan beberapa dekade lalu. Namun, masalah sekarang lebih kompleks. Hal ini karena perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang sangat lengket dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan metode diatas dibutuhkan program yang masif berbentuk mentorship. Pada era orde baru peran mentorship dilaksanakan oleh para penatar Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Di tingkat nasional para mentor itu disebut dengan istilah Manggala P4.
Menurut Lowenstein dan Bradshaw, Mentorship adalah suatu bentuk sosialisasi untuk peran profesional yang mendorong pencapaian program nasional. Karena perkembangan zaman bentuk penataran P4 tentunya berubah materi dan metodenya.
tulis komentar anda