Ini Sosok Hoegeng, Polisi yang Disebut Gus Dur Tidak Mempan Disogok
Jum'at, 19 Juni 2020 - 06:46 WIB
"Ketika akhirnya saya menjadi Kapolri pada 1968, saya punya banyak cita-cita. Seperti orang lain pada umumnya, saya menaruh banyak harapan terhadap Orde Baru, karena menjanjikan koreksi total terhadap kesalahan Orde Lama," ungkapnya.
Saat pertama menjadi Kapolri, Hoegeng harus menghadapi berbagai masalah. Salah satu yang terbesar adalah mengembalikan citra polisi sebagai penolong rakyat. Tugas ini cukup berat, karena institusi Polri sudah terlanjur buruk.
Seperti dikeluhkan olehnya. "Tidak mudah menjadi polisi yang baik. Persoalan yang dihadapi polisi dari masa ke masa adalah soal citra. Dari sebutan "prit jigo" sampai citra tukang pukul tahanan," terangnya.
Prit jigo merupakan sebutan untuk polisi yang suka "damai" dengan pelanggar lalu lintas di jalan. Untuk menghilangkan sebutan ini, Hoegeng sempat kewalahan. Namun, dengan memberikan kesadaran moral secara perlahan, dia bisa mengatasinya.
Kendati masih banyak polisi "nakal", namun di zaman Hoegeng hal ini mendapatkan perhatian lebih. Kedua adalah saat diterapkannya peraturan memakai helm. Ada oknum polisi yang mengambil keuntungan dengan berbinis helm.
Bisnis helm polisi itu langsung dia berangus. Kontan, dia mulai mendapatkan musuh dari dalam institusi Polri yang tidak setuju dengan sikapnya yang "terlampau lurus". Gebrakan yang dia lakukan selanjutnya adalah menghapus sogokan-sogokan.
Marak terjadi, masyarakat yang ingin menjadi polisi harus membayar agar bisa lolos. Hal itu diungkap Hoegeng, dan beberapa waktu kemudian praktik tersebut bisa dihilangkan sedikit demi sedikit. Meski diluar pengawasannya hal itu masih terjadi.
Hal lain yang sempat ramai dibicarakan saat Hoegeng menjabat Kapolri adalah ketika tren golf menyerang para pejabat. Hoegeng tidak ikut bermain, karena tidak memiliki uang untuk membeli stik golf yang harganya mahal.
Namun, keluhan datang dari seorang menteri yang ingin dirinya ikut bermain. Dia pun ditawari stik golf, tetapi ditolaknya dengan alasan tidak mau berutang budi kepada menteri tersebut. Mendengar jawaban Hoegeng, sang menteri hanya tersenyum.
Cerita lain yang juga ramai adalah kasus penyelundupan tekstil ke Kostrad. Pihak Dirjen Bea Cukai melapor kepadanya, dan orang India yang melakukan penyelundupan dijatuhi sanksi tegas dengan terlebih dahulu meminta izin Presiden Soeharto.
Saat pertama menjadi Kapolri, Hoegeng harus menghadapi berbagai masalah. Salah satu yang terbesar adalah mengembalikan citra polisi sebagai penolong rakyat. Tugas ini cukup berat, karena institusi Polri sudah terlanjur buruk.
Seperti dikeluhkan olehnya. "Tidak mudah menjadi polisi yang baik. Persoalan yang dihadapi polisi dari masa ke masa adalah soal citra. Dari sebutan "prit jigo" sampai citra tukang pukul tahanan," terangnya.
Prit jigo merupakan sebutan untuk polisi yang suka "damai" dengan pelanggar lalu lintas di jalan. Untuk menghilangkan sebutan ini, Hoegeng sempat kewalahan. Namun, dengan memberikan kesadaran moral secara perlahan, dia bisa mengatasinya.
Kendati masih banyak polisi "nakal", namun di zaman Hoegeng hal ini mendapatkan perhatian lebih. Kedua adalah saat diterapkannya peraturan memakai helm. Ada oknum polisi yang mengambil keuntungan dengan berbinis helm.
Bisnis helm polisi itu langsung dia berangus. Kontan, dia mulai mendapatkan musuh dari dalam institusi Polri yang tidak setuju dengan sikapnya yang "terlampau lurus". Gebrakan yang dia lakukan selanjutnya adalah menghapus sogokan-sogokan.
Marak terjadi, masyarakat yang ingin menjadi polisi harus membayar agar bisa lolos. Hal itu diungkap Hoegeng, dan beberapa waktu kemudian praktik tersebut bisa dihilangkan sedikit demi sedikit. Meski diluar pengawasannya hal itu masih terjadi.
Hal lain yang sempat ramai dibicarakan saat Hoegeng menjabat Kapolri adalah ketika tren golf menyerang para pejabat. Hoegeng tidak ikut bermain, karena tidak memiliki uang untuk membeli stik golf yang harganya mahal.
Namun, keluhan datang dari seorang menteri yang ingin dirinya ikut bermain. Dia pun ditawari stik golf, tetapi ditolaknya dengan alasan tidak mau berutang budi kepada menteri tersebut. Mendengar jawaban Hoegeng, sang menteri hanya tersenyum.
Cerita lain yang juga ramai adalah kasus penyelundupan tekstil ke Kostrad. Pihak Dirjen Bea Cukai melapor kepadanya, dan orang India yang melakukan penyelundupan dijatuhi sanksi tegas dengan terlebih dahulu meminta izin Presiden Soeharto.
tulis komentar anda