Zona Larangan Terbang Tidak Diterapkan, Kapan Perang Rusia vs Ukraina Berakhir?
Kamis, 10 Maret 2022 - 18:00 WIB
Berbicara mengenai negosiasi merupakan salah satu langkah yang sebenarnya memungkinkan untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina. Walau sebelumnya sudah terdapat putaran kedua peace talk atau pembicaraan damai pada awal Maret lalu dan tidak berhasil, namun setidaknya sudah terdapat upaya bagi pihak yang berperang duduk di satu meja. Perang akan berakhir jika tercapainya negosiasi antara pihak-pihak yang berperang dimana keinginannya terakomodir dan terpenuhi.
Dalam hal ini sebenarnya keinginan Rusia meminta pihak Barat untuk tidak me-westernisasi Ukraina dan memperluas pengaruh NATO ke Eropa Timur sudah cukup lama didengungkan. Semenjak jatuhnya Uni Soviet, Rusia meminta NATO tidak menyentuh wilayah bekas Uni Soviet, dalam hal ini baik di wilayah Eropa, Kaukasus, dan Asia Tengah. Hal ini dilakukan karena Rusia ingin tetap wilayah bekas Uni Soviet ini berada pada radarnya. Namun, seiring berjalannya waktu memang ide-ide Barat seperti demokrasi dan pasar bebas misalnya tidak dapat dihalau di wilayah ini, terlebih Ukraina yang berbatasan langsung dengan negara- negara anggota Uni Eropa.
John Mearsheimer, seorang ilmuwan politik dan hubungan internasional Amerika Serikat, pada 2014 berpendapat melalui artikelnya yang berjudul Why the Ukraine Crisis Is the West's Fault, bahwa krisis yang terjadi di Ukraina merupakan kesalahan pihak Barat yang tidak mendengar keinginan Rusia untuk tidak memperluas pengaruh NATO ke wilayah bekas Uni Soviet. Dalam hal ini tampaknya Ukraina tidak memiliki kebebasan untuk menentukan arah politiknya karena posisi geografis di antara pihak Barat dan Rusia.
Ukraina sendiri telah mengalami transisi perubahan haluan kebijakan politik berdasar pada pemimpinnya, baik pro-Rusia maupun pro-Barat. Menariknya, rakyat Ukraina memang lebih condong ke Barat daripada Rusia mengingat kondisi ekonomi yang ditawarkan oleh pihak Barat lebih menguntungkan daripada Rusia. Walaupun hanya berdasarkan satu aspek, bentuk kerja sama yang ditawarkan oleh UE dengan Ukraina cukup menjanjikan, seperti the Partnership and Cooperation Agreement pada 1994, lalu pada tahun 2004 Ukraina masuk dalam the European Neighborhood Program dan the Eastern Partnership pada tahun 2009, dan pada tahun 2014, The Association Agreement.
Solusi yang ditawarkan, masih dari Mearsheimer, adalah dengan tidak memprovokasi Rusia dengan tawaran-tawaran yang diberikan oleh Barat terhadap Ukraina, namun dengan menjadikan Ukraina sebagai buffer zone yang netral tidak memihak Barat maupun Rusia, layaknya posisi Austria pada saat perang dingin, sembari pihak Barat memperbaiki hubungannya dengan Rusia. Namun, dengan perang yang masih berkecamuk hingga saat ini dan memakan ribuan korban jiwa, apakah rakyat Ukraina bersedia untuk tidak semakin beralih ke pihak Barat?
Dalam hal ini sebenarnya keinginan Rusia meminta pihak Barat untuk tidak me-westernisasi Ukraina dan memperluas pengaruh NATO ke Eropa Timur sudah cukup lama didengungkan. Semenjak jatuhnya Uni Soviet, Rusia meminta NATO tidak menyentuh wilayah bekas Uni Soviet, dalam hal ini baik di wilayah Eropa, Kaukasus, dan Asia Tengah. Hal ini dilakukan karena Rusia ingin tetap wilayah bekas Uni Soviet ini berada pada radarnya. Namun, seiring berjalannya waktu memang ide-ide Barat seperti demokrasi dan pasar bebas misalnya tidak dapat dihalau di wilayah ini, terlebih Ukraina yang berbatasan langsung dengan negara- negara anggota Uni Eropa.
John Mearsheimer, seorang ilmuwan politik dan hubungan internasional Amerika Serikat, pada 2014 berpendapat melalui artikelnya yang berjudul Why the Ukraine Crisis Is the West's Fault, bahwa krisis yang terjadi di Ukraina merupakan kesalahan pihak Barat yang tidak mendengar keinginan Rusia untuk tidak memperluas pengaruh NATO ke wilayah bekas Uni Soviet. Dalam hal ini tampaknya Ukraina tidak memiliki kebebasan untuk menentukan arah politiknya karena posisi geografis di antara pihak Barat dan Rusia.
Ukraina sendiri telah mengalami transisi perubahan haluan kebijakan politik berdasar pada pemimpinnya, baik pro-Rusia maupun pro-Barat. Menariknya, rakyat Ukraina memang lebih condong ke Barat daripada Rusia mengingat kondisi ekonomi yang ditawarkan oleh pihak Barat lebih menguntungkan daripada Rusia. Walaupun hanya berdasarkan satu aspek, bentuk kerja sama yang ditawarkan oleh UE dengan Ukraina cukup menjanjikan, seperti the Partnership and Cooperation Agreement pada 1994, lalu pada tahun 2004 Ukraina masuk dalam the European Neighborhood Program dan the Eastern Partnership pada tahun 2009, dan pada tahun 2014, The Association Agreement.
Solusi yang ditawarkan, masih dari Mearsheimer, adalah dengan tidak memprovokasi Rusia dengan tawaran-tawaran yang diberikan oleh Barat terhadap Ukraina, namun dengan menjadikan Ukraina sebagai buffer zone yang netral tidak memihak Barat maupun Rusia, layaknya posisi Austria pada saat perang dingin, sembari pihak Barat memperbaiki hubungannya dengan Rusia. Namun, dengan perang yang masih berkecamuk hingga saat ini dan memakan ribuan korban jiwa, apakah rakyat Ukraina bersedia untuk tidak semakin beralih ke pihak Barat?
(zik)
tulis komentar anda