Mustofa Nahrawardaya: Next Time Watak Arteria Dahlan Harus Dihindari
Kamis, 20 Januari 2022 - 05:04 WIB
JAKARTA - Politikus PDIP Arteria Dahlan terus mendapatkan kritikan setelah menyinggung penggunaan bahasa Sunda dalam rapat Komisi III DPR bersama Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin, Senin (17/1/2022). Kali ini, kritikan dari Humas DPP Partai Ummat (PU) Mustofa Nahrawardaya .
Mustofa mengaku pernah bekerja sebagai staf ahli di DPR RI hampir 5 tahun dan selama itu pula mengikuti banyak sidang maupun rapat dengan mitra komisi DPR. “Jadi, tahu betul apa yang terjadi di dalam sana. Termasuk rapat kerja, maupun rapat lain yang bersifat resmi,” kata Mustofa kepada SINDOnews, Rabu (19/1/2022).
Mustofa menuturkan, suasana rapat di komisi DPR tak seperti yang dibayangkan orang. Suasananya, kata dia, tidak seperti sidang pidato Presiden di rapat paripurna. “Kalau didengar semua rekaman raker di komisi, justru sebaliknya. Suasana kadang cair, kadang tegang, dan sebagainya,” ujarnya.
Jadi, kata dia, suasana rapat komisi DPR tidak terlalu formal mesti pakai bahasa Indonesia dengan benar. “Sekali-sekali ada jokes maupun humor dari mitra maupun anggota komisi, biasa saja. Jadi, Mas Arteria Dahlan saya rasa terlalu lebay menanggapi adanya mitra yang menggunakan bahasa daerah Sunda,” tuturnya.
Menurut dia, tuntutan Arteria kepada Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin agar memecat seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang berbahasa Sunda di forum rapat sungguh membuat rakyat ketakutan. “Seolah DPR itu kaku, dan tidak ada kompromi serta mudah marah dan emosi mirip Arteria. Tentu ini tidak benar,” ungkapnya.
Maka itu, kata Mustofa, sebaiknya Arteria datang ke Jawa Barat, temui masyarakat Sunda dan meminta maaf. “Ini lebih elok. Ke depan, tidaklah baik meniru gaya Arteria sebagai wakil rakyat. Kita sedang memerangi watak sentimen SARA, maka next time watak Arteria harus dihindari,” jelasnya.
Dia menuturkan, kearifan lokal jangan dibunuh di kantor wakil rakyat. “Justru sebaliknya, harus dikembangkan menjadi kearifan nasional. Karena bahasa daerah itu bagian dari kearifan lokal yang memiliki nilai keadaban tinggi,” pungkasnya.
Mustofa mengaku pernah bekerja sebagai staf ahli di DPR RI hampir 5 tahun dan selama itu pula mengikuti banyak sidang maupun rapat dengan mitra komisi DPR. “Jadi, tahu betul apa yang terjadi di dalam sana. Termasuk rapat kerja, maupun rapat lain yang bersifat resmi,” kata Mustofa kepada SINDOnews, Rabu (19/1/2022).
Mustofa menuturkan, suasana rapat di komisi DPR tak seperti yang dibayangkan orang. Suasananya, kata dia, tidak seperti sidang pidato Presiden di rapat paripurna. “Kalau didengar semua rekaman raker di komisi, justru sebaliknya. Suasana kadang cair, kadang tegang, dan sebagainya,” ujarnya.
Jadi, kata dia, suasana rapat komisi DPR tidak terlalu formal mesti pakai bahasa Indonesia dengan benar. “Sekali-sekali ada jokes maupun humor dari mitra maupun anggota komisi, biasa saja. Jadi, Mas Arteria Dahlan saya rasa terlalu lebay menanggapi adanya mitra yang menggunakan bahasa daerah Sunda,” tuturnya.
Menurut dia, tuntutan Arteria kepada Jaksa Agung Sanitiar Burhanudin agar memecat seorang Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang berbahasa Sunda di forum rapat sungguh membuat rakyat ketakutan. “Seolah DPR itu kaku, dan tidak ada kompromi serta mudah marah dan emosi mirip Arteria. Tentu ini tidak benar,” ungkapnya.
Maka itu, kata Mustofa, sebaiknya Arteria datang ke Jawa Barat, temui masyarakat Sunda dan meminta maaf. “Ini lebih elok. Ke depan, tidaklah baik meniru gaya Arteria sebagai wakil rakyat. Kita sedang memerangi watak sentimen SARA, maka next time watak Arteria harus dihindari,” jelasnya.
Dia menuturkan, kearifan lokal jangan dibunuh di kantor wakil rakyat. “Justru sebaliknya, harus dikembangkan menjadi kearifan nasional. Karena bahasa daerah itu bagian dari kearifan lokal yang memiliki nilai keadaban tinggi,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda