Krisis Lingkungan dan Paradigma Baru Pengelolaan SDA
Senin, 13 Desember 2021 - 13:59 WIB
Untuk meminimalisir krisis ekologi yang lebih parah, Kate Raworth menawarkan konsep ekonomi donat (doughnut economy), sebagai jalan pintas untuk mengevaluasi dan meninjau ulang penggunaan konsep ekonomi klasik. Menurut Raworth, embrio lahirnya ekonomi donat dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa, alam penting untuk diperhatikan dan dilestarikan habitusnya melebihi surplus finansial seperti yang ditekankan oleh ekonomi klasik (Raworth, 2019).
Raworth menyebut, konsep ekonomi donat tidak lagi memakai adagium ‘membuang sampah pada tempatnya’ melainkan ‘kelola sampah untuk produk selanjutnya’. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Reworth hendak mengantarkan pada kesimpulan, tujuan utama produksi dalam sistem ekonomi harus didudukkan setara (equality) dengan lestarinya habitus lingkungan sekitar, tidak mensubordinatkan alam, apalagi mengeksploitasinya.
Kesadaran ekologi ekonomi—doughnut economy—dalam bentuk inilah yang penting untuk terus didesiminasikan kelanjutannya, dengan tujuan untuk menjaga habitus lingkungan dan alam yang lebih lestari.
Bibliography:
- Bacon, F. (1597). Meditationes Sacrae and Human Philosophy. United States: Literary Licensing.
- Bailey, S., & Bryant, R. (1997). Third World Political Ecology. London : Routledge.
- Barrow, C. (2003). Environmental Change and Human Development: Controlling Nature? London: Arnold .
- Bertens, K. (2013). Sejarah Filsafat Kontemporer: Jerman dan Inggris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Fox, W. (1995). Toward a Transpersonal Ecology. New York: State University of New York Press.
- Haber, W. (2004). Landscape Ecology as a Bridge From Ecosystems to Human Ecology. Ecological Research Vol 19, 99-106.
Raworth menyebut, konsep ekonomi donat tidak lagi memakai adagium ‘membuang sampah pada tempatnya’ melainkan ‘kelola sampah untuk produk selanjutnya’. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Reworth hendak mengantarkan pada kesimpulan, tujuan utama produksi dalam sistem ekonomi harus didudukkan setara (equality) dengan lestarinya habitus lingkungan sekitar, tidak mensubordinatkan alam, apalagi mengeksploitasinya.
Kesadaran ekologi ekonomi—doughnut economy—dalam bentuk inilah yang penting untuk terus didesiminasikan kelanjutannya, dengan tujuan untuk menjaga habitus lingkungan dan alam yang lebih lestari.
Bibliography:
- Bacon, F. (1597). Meditationes Sacrae and Human Philosophy. United States: Literary Licensing.
- Bailey, S., & Bryant, R. (1997). Third World Political Ecology. London : Routledge.
- Barrow, C. (2003). Environmental Change and Human Development: Controlling Nature? London: Arnold .
- Bertens, K. (2013). Sejarah Filsafat Kontemporer: Jerman dan Inggris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Fox, W. (1995). Toward a Transpersonal Ecology. New York: State University of New York Press.
- Haber, W. (2004). Landscape Ecology as a Bridge From Ecosystems to Human Ecology. Ecological Research Vol 19, 99-106.
tulis komentar anda