Jenderal TNI Maraden Panggabean: Pemimpin Laskar Rakyat, Loyalis Soeharto
Kamis, 25 November 2021 - 14:51 WIB
Baca juga: Jejak TB Simatupang, Gerilya Bersama Jenderal Soedirman hingga Menjadi Pahlawan Nasional
Setelahnya, Maraden mengatur penempatan pasukannya dan memerintahkan bawahannya mencari informasi tempat persembunyian gerombolan Simarmata yang kala itu bersembunyi di hutan antara Tigadolok dan Aek Nauli. Informasi itu kemudian didapat dari seorang anak laki laki.
Membawa satu pleton pasukan di bawah Letnan RF Soedirdjo, Maraden memimpin operasi rahasia itu. Mereka menyergap sebuah gubug pada pukul 3 pagi setelah berjalan melintasi hutan yang gelap-pekat. Sayang dalam penyergapan menggunakan 12 anggota itu, Simarmata berhasil meloloskan diri.
Setelah menangkap gerombolan perompak itu, Maraden menggiringnya ke pinggir jalan raya antara Pematangsiantar dan Parapat. Ia kemudian memerintahkan mereka memberi hormat senjata dengan amunisi kosong kepada setiap kendaraan yang lewat.
Dalam penghormatan itu, Maraden dan pasukannya memberitahu para penumpang kendaraan yang melintas bahwa para prajurit yang memberi hormat senjata itu merupakan perampok kendaraan-kendaraan yang lewat.
Sempat membuat para kendaraan yang melintas ketakutan. Namun para sopir dan penumpang tertawa terbahak-bahak. Di sanalah banyak pengendara mengucapkan terima kasih kepada dirinya dan pasukannya.
Karier Militer
Maraden sendiri sebenarnya lahir dari Laskar Rakyat Semasa Revolusi. Jadi ia bukanlah perwira yang mengakar di Jawa seperti PETA maupun KNIL. "Panggabean sebelum menjadi anggota angkatan perang Republik, tidak mengalami pendidikan militer profesional," tulis Nugroho Notosusanto dalam bukunya Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia (1979).
Bahkan saat zaman pendudukan Jepang, ia sempat bekerja di sekolah pegawai di Batusangkar, Sumatera Barat dan sempat naik jabatan sebagai pelatih pegawai. Barulah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan Laskar Rakyat dan memimpinnya.
Setelahnya, Maraden mengatur penempatan pasukannya dan memerintahkan bawahannya mencari informasi tempat persembunyian gerombolan Simarmata yang kala itu bersembunyi di hutan antara Tigadolok dan Aek Nauli. Informasi itu kemudian didapat dari seorang anak laki laki.
Membawa satu pleton pasukan di bawah Letnan RF Soedirdjo, Maraden memimpin operasi rahasia itu. Mereka menyergap sebuah gubug pada pukul 3 pagi setelah berjalan melintasi hutan yang gelap-pekat. Sayang dalam penyergapan menggunakan 12 anggota itu, Simarmata berhasil meloloskan diri.
Setelah menangkap gerombolan perompak itu, Maraden menggiringnya ke pinggir jalan raya antara Pematangsiantar dan Parapat. Ia kemudian memerintahkan mereka memberi hormat senjata dengan amunisi kosong kepada setiap kendaraan yang lewat.
Dalam penghormatan itu, Maraden dan pasukannya memberitahu para penumpang kendaraan yang melintas bahwa para prajurit yang memberi hormat senjata itu merupakan perampok kendaraan-kendaraan yang lewat.
Sempat membuat para kendaraan yang melintas ketakutan. Namun para sopir dan penumpang tertawa terbahak-bahak. Di sanalah banyak pengendara mengucapkan terima kasih kepada dirinya dan pasukannya.
Karier Militer
Maraden sendiri sebenarnya lahir dari Laskar Rakyat Semasa Revolusi. Jadi ia bukanlah perwira yang mengakar di Jawa seperti PETA maupun KNIL. "Panggabean sebelum menjadi anggota angkatan perang Republik, tidak mengalami pendidikan militer profesional," tulis Nugroho Notosusanto dalam bukunya Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia (1979).
Bahkan saat zaman pendudukan Jepang, ia sempat bekerja di sekolah pegawai di Batusangkar, Sumatera Barat dan sempat naik jabatan sebagai pelatih pegawai. Barulah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia bergabung dengan Laskar Rakyat dan memimpinnya.
tulis komentar anda