Pengamat Nilai Hoaks dan Fitnah ke Pejabat Negara Cermin Ketidakmampuan Mengkritik
Selasa, 16 November 2021 - 02:33 WIB
JAKARTA - Pengamat Komunikasi dari Universitas Indonesia Fatimah Ibtisam menilai banyaknya hoaks dan fitnah yang menimpa tokoh dan pejabat negara menjadi cermin ketidakdewasaan dalam berpolitik. Baik pihak yang menyebar dan mempercayai serangan hoaks, membuktikan seberapa berkualitas tingkat kematangan intelektual dan emosional.
Fitnah terbaru menimpa Menteri BUMN Erick Thohir, salah satunya berkaitan dengan keluarganya. Menurut Tisam, hoaks dan fitnah yang menimpa Erick Thohir sebagai bagian dari usaha untuk merusak karakter sang menteri. Ia memandang, serangan fitnah yang bersifat personal menunjukkan kegagalan mencari celah untuk mengkritisi sang menteri dari sisi objektif.
"Oleh karenanya kerap muncul serangan fitnah yang sifatnya personal. Mengambil jalan pintas yang cepat untuk menjatuhkan, yakni dengan informasi yang direkayasa. Di sisi lain mengangkat isu personal seperti ini kontraproduktif dan tidak bermanfaat. Mengaburkan isu dan kritik yang semestinya diangkat, seperti bagaimana upaya penguatan BUMN," ujar Tisam, Senin (15/11/2021)
Diketahui, dalam sepekan terakhir Erick Thohir diserang sejumlah serangan hoaks. Mulai dari tudingan soal PCR, deklarasi capres, hingga serangan fitnah yang menyasar kepada keluarganya. Bahkan Erick Thohir difitnah soal asal usul keluarga dan agamanya.
Tisam menilai serangan fitnah itu membuktikan adanya pihak yang memancing di air keruh. Sulit dilepaskan dari kenyataan bahwa serangan itu terkait dengan posisi Erick Thohir yang sekarang ini sebagai salah satu menteri di pos strategis.
Sebab sebelum duduk di pemerintahan, Erick Thohir relatif tidak pernah diserang isu negatif. Hal ini membuktikan adanya pihak yang kepentingannya terganggu.
"Memang makin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerpa. Mungkin, posisi sebagai menteri membuat banyak orang yang kepentingannya terganggu, menyerang balik. Salah satu bentuknya adalah fitnah," tegas Tisam.
Tisam mengajak masyarakat untuk cerdas dalam menyaring informasi. Menurutnya, kritik adalah hal yang diperlukan oleh pejabat publik. Namun serangan fitnah atau hoaks merupakan hal yang tidak dapat diterima dan dibenarkan dalam konteks apa pun.
"Fitnah dan hoaks, apalagi menyasar ke keluarga dan orang tua dari sang pejabat, adalah tindakan yang tidak manusiawi," tandasnya.
Tisam melihat serangan ke Erick Thohir adalah pola lama yang kerap menimpa sejumlah tokoh dan pejabat. "Sebenarnya fitnah semacam ini bukan hal baru, kerap menimpa tokoh penting atau pemimpin. Jika diamati narasi hoaksnya pun mirip. Sehingga sebenarnya cukup mudah bagi masyarakat untuk menilai mana yang kritik dan yang mana serangan personal berupa hoaks.
Fitnah terbaru menimpa Menteri BUMN Erick Thohir, salah satunya berkaitan dengan keluarganya. Menurut Tisam, hoaks dan fitnah yang menimpa Erick Thohir sebagai bagian dari usaha untuk merusak karakter sang menteri. Ia memandang, serangan fitnah yang bersifat personal menunjukkan kegagalan mencari celah untuk mengkritisi sang menteri dari sisi objektif.
"Oleh karenanya kerap muncul serangan fitnah yang sifatnya personal. Mengambil jalan pintas yang cepat untuk menjatuhkan, yakni dengan informasi yang direkayasa. Di sisi lain mengangkat isu personal seperti ini kontraproduktif dan tidak bermanfaat. Mengaburkan isu dan kritik yang semestinya diangkat, seperti bagaimana upaya penguatan BUMN," ujar Tisam, Senin (15/11/2021)
Diketahui, dalam sepekan terakhir Erick Thohir diserang sejumlah serangan hoaks. Mulai dari tudingan soal PCR, deklarasi capres, hingga serangan fitnah yang menyasar kepada keluarganya. Bahkan Erick Thohir difitnah soal asal usul keluarga dan agamanya.
Tisam menilai serangan fitnah itu membuktikan adanya pihak yang memancing di air keruh. Sulit dilepaskan dari kenyataan bahwa serangan itu terkait dengan posisi Erick Thohir yang sekarang ini sebagai salah satu menteri di pos strategis.
Sebab sebelum duduk di pemerintahan, Erick Thohir relatif tidak pernah diserang isu negatif. Hal ini membuktikan adanya pihak yang kepentingannya terganggu.
"Memang makin tinggi pohon semakin kencang pula angin yang menerpa. Mungkin, posisi sebagai menteri membuat banyak orang yang kepentingannya terganggu, menyerang balik. Salah satu bentuknya adalah fitnah," tegas Tisam.
Tisam mengajak masyarakat untuk cerdas dalam menyaring informasi. Menurutnya, kritik adalah hal yang diperlukan oleh pejabat publik. Namun serangan fitnah atau hoaks merupakan hal yang tidak dapat diterima dan dibenarkan dalam konteks apa pun.
"Fitnah dan hoaks, apalagi menyasar ke keluarga dan orang tua dari sang pejabat, adalah tindakan yang tidak manusiawi," tandasnya.
Tisam melihat serangan ke Erick Thohir adalah pola lama yang kerap menimpa sejumlah tokoh dan pejabat. "Sebenarnya fitnah semacam ini bukan hal baru, kerap menimpa tokoh penting atau pemimpin. Jika diamati narasi hoaksnya pun mirip. Sehingga sebenarnya cukup mudah bagi masyarakat untuk menilai mana yang kritik dan yang mana serangan personal berupa hoaks.
(thm)
tulis komentar anda