Membangun Mobil Listrik, Menatap Langit Biru
Sabtu, 06 November 2021 - 05:37 WIB
Tak kalah dengan AS dan Eropa, China bakal menjadi raksasa industri mobil listrik. China merupakan negara yang telah memberikan kontribusi sangat besar terhadap emisi gas rumah kaca 28,5%, dari emisi CO2 pada 2018 (How is China Managing Its Greenhouse Gas Emissions?, China Power, CSIS). Terkait dengan Perjanjian Paris itu, China setuju untuk mengurangi emisi gas 60-65%. Pada 2018, di China terdapat 2,3 juta mobil listrik atau 45% dari seluruh mobil di dunia. Bahkan, China mendorong jumlah mobil listrik mencapai 5 juta unit pada 2020. Untuk itu, pemerintah China memberikan insentif untuk pengembangan mobil listrik.
Di China, ada banyak perusahaan yang memproduksi mobil listrik untuk dijual kepada masyarakat. Salah satu perusahaan mobil listrik yang layak disebut adalah BYD yang semula hanya membuat baterai untuk motor, mobil dan keperluan lainnya. Demikian pula perusahaan Nio dan Wuling yang produk mobilnya kian marak di Indonesia. Perusahaan Wuling mulai memproduksi mobil listrik kelascity cardengan harga sangat rendah, di bawah Rp100 juta.
baca juga: Tesla Uji Coba Supercharger di Belanda, Bisa Digunakan Mobil Listrik Lain
Mobil listrik Wuling memiliki daya jangkau yang relatif terbatas. Namun, mobil listrik itu memang diproduksi dengan tujuan untuk mobilitas dalam kota. Tentu mobil listrik Wuling tak setara dengan mobil listrik buatan Tesla yang harganya bisa mencapai 10 kali lipat. Dalam peringkat produsen mobil listrik di China, Wuling masih kalah oleh Tesla. Saat ini, Tesla sudah membangun pabriknya di Shanghai, China. Produknya Tesla Model 3 bisa dikatakan laris manis di China.
Bagaimana laju industri mobil listrik di Jepang? Baru-baru ini ada artikel yang membahas masa depan industri mobil di Jepang dan Jerman. Artikel itu menyatakan jika kendaraan dengan BBM melibatkan 30.000 komponen sedangkan mobil listrik hanya memerlukan separuhnya. Artinya, produsen komponen yang antara lain melibatkan usaha kecil dan menengah (UKM) akan terganggu dengan makin banyak mobil listrik. Lebih lanjut, artikel itu mengatakan Jepang akan kehilangan paling sedikit 200.000 lapangan pekerjaan. Itulah disrupsi pada industri kendaraan mobil Jepang. Wah!
Hal itu membuat galau CEO Toyota yang menyatakan jika pemerintah Jepang menerapkan pembatasan penjualan mobil denganinternal combustion engineterlalu cepat yakni 2035, makaWe will be collapsed. Apakah kemudian pemerintah tidak melanjutkan komitmen Perjanjian Paris itu? Pemerintah Metropolitan Tokyo justru akan menerapkan ketentuan itu lebih cepat, yakni pada 2030.
baca juga: BMW dan Mercedes-Benz Bakal Investasi Mobil Listrik di Indonesia
Perkembangan itu mengandung arti, bahwa para pengusaha Jepang relatif tidak terlalu siap dalam menghadapi perubahan zaman. Kini masih sangat sedikit perusahaan mobil Jepang secara serius menyiapkan diri. Perusahaan yang sudah memproduksi baru Nissan Leaf dan Mitsubishi. Barangkali perusahaan yang bisa membaca tanda-tanda itu adalah Panasonic. Dengan melihat bahwa industri otomotif Jepang belum menunjukkan tanda-tanda persiapan ke arah mobil listrik, Panasonic kemudian berkolaborasi dengan Tesla. Baru-baru ini, Toyota menyatakan akan mengeluarkan dua produk mobil listrik untuk pasar AS bekerja sama dengan Subaru.
Sejatinya, Toyota dapat memanfaatkan pabrik mobil dengan BBM yang sudah ada selama ini untuk kemudian diubah menjadi pabrik mobil listrik. Simak saja, Tesla sangat tertolong dalam menyongsong lonjakan permintaan mobil listrik buatannya karena fasilitas pabrik yang mereka akuisisi dari NUMMI (patungan Toyota dengan General Motors) di Fremont. Inilah tantangan serius bagi Toyota yang memilikibrandtinggi dan total produksi terbesar di dunia.
Industri Mobil Listrik Nasional
Di China, ada banyak perusahaan yang memproduksi mobil listrik untuk dijual kepada masyarakat. Salah satu perusahaan mobil listrik yang layak disebut adalah BYD yang semula hanya membuat baterai untuk motor, mobil dan keperluan lainnya. Demikian pula perusahaan Nio dan Wuling yang produk mobilnya kian marak di Indonesia. Perusahaan Wuling mulai memproduksi mobil listrik kelascity cardengan harga sangat rendah, di bawah Rp100 juta.
baca juga: Tesla Uji Coba Supercharger di Belanda, Bisa Digunakan Mobil Listrik Lain
Mobil listrik Wuling memiliki daya jangkau yang relatif terbatas. Namun, mobil listrik itu memang diproduksi dengan tujuan untuk mobilitas dalam kota. Tentu mobil listrik Wuling tak setara dengan mobil listrik buatan Tesla yang harganya bisa mencapai 10 kali lipat. Dalam peringkat produsen mobil listrik di China, Wuling masih kalah oleh Tesla. Saat ini, Tesla sudah membangun pabriknya di Shanghai, China. Produknya Tesla Model 3 bisa dikatakan laris manis di China.
Bagaimana laju industri mobil listrik di Jepang? Baru-baru ini ada artikel yang membahas masa depan industri mobil di Jepang dan Jerman. Artikel itu menyatakan jika kendaraan dengan BBM melibatkan 30.000 komponen sedangkan mobil listrik hanya memerlukan separuhnya. Artinya, produsen komponen yang antara lain melibatkan usaha kecil dan menengah (UKM) akan terganggu dengan makin banyak mobil listrik. Lebih lanjut, artikel itu mengatakan Jepang akan kehilangan paling sedikit 200.000 lapangan pekerjaan. Itulah disrupsi pada industri kendaraan mobil Jepang. Wah!
Hal itu membuat galau CEO Toyota yang menyatakan jika pemerintah Jepang menerapkan pembatasan penjualan mobil denganinternal combustion engineterlalu cepat yakni 2035, makaWe will be collapsed. Apakah kemudian pemerintah tidak melanjutkan komitmen Perjanjian Paris itu? Pemerintah Metropolitan Tokyo justru akan menerapkan ketentuan itu lebih cepat, yakni pada 2030.
baca juga: BMW dan Mercedes-Benz Bakal Investasi Mobil Listrik di Indonesia
Perkembangan itu mengandung arti, bahwa para pengusaha Jepang relatif tidak terlalu siap dalam menghadapi perubahan zaman. Kini masih sangat sedikit perusahaan mobil Jepang secara serius menyiapkan diri. Perusahaan yang sudah memproduksi baru Nissan Leaf dan Mitsubishi. Barangkali perusahaan yang bisa membaca tanda-tanda itu adalah Panasonic. Dengan melihat bahwa industri otomotif Jepang belum menunjukkan tanda-tanda persiapan ke arah mobil listrik, Panasonic kemudian berkolaborasi dengan Tesla. Baru-baru ini, Toyota menyatakan akan mengeluarkan dua produk mobil listrik untuk pasar AS bekerja sama dengan Subaru.
Sejatinya, Toyota dapat memanfaatkan pabrik mobil dengan BBM yang sudah ada selama ini untuk kemudian diubah menjadi pabrik mobil listrik. Simak saja, Tesla sangat tertolong dalam menyongsong lonjakan permintaan mobil listrik buatannya karena fasilitas pabrik yang mereka akuisisi dari NUMMI (patungan Toyota dengan General Motors) di Fremont. Inilah tantangan serius bagi Toyota yang memilikibrandtinggi dan total produksi terbesar di dunia.
Industri Mobil Listrik Nasional
tulis komentar anda