Cara Ganjar Pranowo Cegah Korupsi Pengadaan Obat di RS

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 04:29 WIB
Kebutuhan itu dimanfaatkan oleh sejumlah oknum internal rumah sakit untuk melakukan praktik kolusi dengan pemasok obat. Lalu terjadilah inefisiensi biaya pengadaan obat akibat adanya over stock, perencanaan obat dan AHP tidak sesuai kebutuhan rumah sakit, kehilangan fisik obat dan expired, ketidakuratan pencatatan sehingga terjadi selisih inventory obat dan persoalan-persoalan lainnya.

Hal itulah yang membuat RSUD Dr Margono Soekarjo membangun sistem Mangan Mendoane Rini. "Celah (dugaan kolusi) bisa saja internal rumah sakit yang didukung oleh penyedia obat. Karena ada yang diskonnya sampai 60%. Itu baru obat, belum lagi alat habis pakai (AHP)," ujarnya.

Yunita menjelaskan, ketika sistem tersebut belum hadir, selalu saja di temukan banyak obat yang tak terserap. Jumlahnya, sekitar 0,15 persen obat kedaluwarsa. Adapun, setiap hari ada sekitar 6.554 resep obat. Melalui sistem ini, ketersediaan obat dan alat habis pakai bisa dipantau secara real time.

Inovasi sistem 'Mangan Mendoane Rini' ini dipilih oleh Kementerian Dalam Negeri untuk dimuat dalam buku 'Pengalaman Praktik Terbaik Otonomi Daerah Di Indonesia 2021'. Buku itu dapat dijadikan acuan bagi daerah lain yang ingin mereplikasi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(maf)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More