Kemal Ataturk Tidak Sebanding Soekarno
Kamis, 21 Oktober 2021 - 06:00 WIB
Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation
SAAT ini terjadi polemik tentang rencana pemberian nama sebuah jalan utama di Jakarta dengan nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk. Konon kabarnya sebagai imbalan di Ankara Turki juga akan ada sebuah jalan yang dinamai Jalan Soekarno. Tentu saling memberi nama jalan dengan nama seorang tokoh dari negara masing-masing dianggap sebagai simbol kedekatan.
Sementara itu pemilihan Kemal Ataturk untuk dipakai sebagai nama jalan di Jakarta menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya Umat Islam. Kemal Ataturk memang dikenal sebagai Bapak Sekularisme Turki. Bahkan lebih dari itu Kemal Ataturk dikenal sebagai sosok yang tidak saja menumbangkan Ottoman Empire (Khilafah Utsmaniyah). Tapi juga sangat identik sebagai sosok yang antiagama.
Di bawah kekuasaan Ataturk, Islam dibumihanguskan di Turki. Simbol-simbol agama dilarang bahkan dianggap kejahatan. Semua gedung-gedung publik, termasuk sekolah, kantor pemerintahan hingga ke parlemen tidak memperbolehkan simbol agama. Jilbab diharamkan. Bahkan azan yang berbahasa Arab pun diganti menjadi azan yang berbahasa Turki.
Saya tidak bermaksud merincikan lagi sepak terjang Kemal Ataturk sebagai musuh Islam (dan agama). Karena saya yakin hal ini sudah menjadi pengetahuan dasar umum (ma’kumun bid-dhorurah). Hanya orang bodoh atau pura-pura bodoh yang tidak tahu atau juga pura-pura tidak tahu.
Dengan rencana pemberian nama Jalan Ataturk di sebuah jalan utama, pusat Kota Jakarta yang istimewa (Menteng) memang menimbulkan banyak reaksi negatif, bahkan resistensi. Kenapa yang dipilih Ataturk? Dan kenapa di jalan istimewa Menteng?
Tentu dengan memakai positif mind (pemikiran positif) kita berharap pertukaran nama jalan ini akan lebih menguatkan relasi Indonesia dan Turki. Keduanya adalah negara Muslim yang besar dan masing-masing punya potensi untuk kejayaan Islam dunia.
Tapi di balik dari hal positif itu ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di benak banyak orang. Pertama, kenapa nama Kemal Ataturk yang dipilih? Padahal sosok ini jelas dikenal sebagai master sekularisme Turki?
Presiden Nusantara Foundation
SAAT ini terjadi polemik tentang rencana pemberian nama sebuah jalan utama di Jakarta dengan nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk. Konon kabarnya sebagai imbalan di Ankara Turki juga akan ada sebuah jalan yang dinamai Jalan Soekarno. Tentu saling memberi nama jalan dengan nama seorang tokoh dari negara masing-masing dianggap sebagai simbol kedekatan.
Sementara itu pemilihan Kemal Ataturk untuk dipakai sebagai nama jalan di Jakarta menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya Umat Islam. Kemal Ataturk memang dikenal sebagai Bapak Sekularisme Turki. Bahkan lebih dari itu Kemal Ataturk dikenal sebagai sosok yang tidak saja menumbangkan Ottoman Empire (Khilafah Utsmaniyah). Tapi juga sangat identik sebagai sosok yang antiagama.
Di bawah kekuasaan Ataturk, Islam dibumihanguskan di Turki. Simbol-simbol agama dilarang bahkan dianggap kejahatan. Semua gedung-gedung publik, termasuk sekolah, kantor pemerintahan hingga ke parlemen tidak memperbolehkan simbol agama. Jilbab diharamkan. Bahkan azan yang berbahasa Arab pun diganti menjadi azan yang berbahasa Turki.
Saya tidak bermaksud merincikan lagi sepak terjang Kemal Ataturk sebagai musuh Islam (dan agama). Karena saya yakin hal ini sudah menjadi pengetahuan dasar umum (ma’kumun bid-dhorurah). Hanya orang bodoh atau pura-pura bodoh yang tidak tahu atau juga pura-pura tidak tahu.
Dengan rencana pemberian nama Jalan Ataturk di sebuah jalan utama, pusat Kota Jakarta yang istimewa (Menteng) memang menimbulkan banyak reaksi negatif, bahkan resistensi. Kenapa yang dipilih Ataturk? Dan kenapa di jalan istimewa Menteng?
Tentu dengan memakai positif mind (pemikiran positif) kita berharap pertukaran nama jalan ini akan lebih menguatkan relasi Indonesia dan Turki. Keduanya adalah negara Muslim yang besar dan masing-masing punya potensi untuk kejayaan Islam dunia.
Tapi di balik dari hal positif itu ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di benak banyak orang. Pertama, kenapa nama Kemal Ataturk yang dipilih? Padahal sosok ini jelas dikenal sebagai master sekularisme Turki?
tulis komentar anda