Samaun Bakri, Utusan Bung Karno yang Gugur Saat Menjalankan Tugas Negara
Sabtu, 14 Agustus 2021 - 06:00 WIB
Samaun juga penulis buku. Dia menulis tentang peristiwa Bandung Lautan Api secara rinci. Samaun mendapat banyak pujian dari bukunya itu.
Samaun Bakri mempunyai banyak peran penting dalam kemerdekaan. Salah satunya, dengan bergabung dengan Putera, bersama Empat Serangkai yakni Soekarno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Putera kemudian dicurigai dan dibubarkan Jepang. Sebagai gantinya, didirikan Jawa Hokokai. Samaun juga ikut di dalamnya.
Jelang hari Proklamasi, tokoh-tokoh perjuangan berkumpul untuk merumuskan naskah Proklamasi. Samaun datang. Sedikit banyak dia mendukung Soekarno-Hatta di hadapan golongan muda yang cenderung keras kepala. Samaun tercatat sebagai salah satu saksi peristiwa bersejarah tersebut. Proklamasi lalu dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945.
Setelah Indonesia merdeka, Samaun Bakri membantu Presiden Soekarno sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Jawa Barat dan Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3). Di sinilah dia menjadi bagian peristiwa Bandung Lautan Api.
Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda dmenggunakan Kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Setelah Bandung Lautan Api, Samaun Bakri pindah ke Banten. Dia ditunjuk menjadi Wakil Residen Banten.
Di kemudian hari, sebagai Wakil Residen Banten dan sekaligus orang kepercayaan Presiden Soekarno, Samaun Bakri mendapat sebuah tugas negara, yakni misi rahasia yang tidak diumumkan ke masyarakat. Soekarno meminta Samaun agar mengantarkan 20 kilogram emas ke India untuk membeli pesawat.
Samaun Bakri tidak sendiri karena Soekarno membentuk tim. Samaun ditemani Bobby Earl Freeberg (Penerbang 1), Bambang Saptoadji (Penerbang II AURI), Santoso (Navigator AURI), Soemadi (Opsir Muda AURI), dan Sersan Udara Soerjatman (Radio Telegrafis. Mereka akan naik pesawat Dakota RI-002 milik Bobby Earl Feeeberg yang merupakan pilot Amerika kepercayaan Soekarno.
1 Oktober 1948, Samaun Bakri memulai perjalanan dari Lanud Gorda Serang, Banten dengan membawa 20 kilogram emas. Tujuan selanjutnya adalah Lampung pada pukul 07.00, dan ke Bengkulu pada pukul 14.00. Sesuai jadwal, Samaun dan pesawat yang ditumpanginya seharusnya mendarat pada pukul 00.05 WIB. Namun, para petugas bandara di Bengkulu tak melihat Samaun dan pesawatnya.
Keesokan harinya, setelah pencarian tak membuahkan hasil, Dakota RI-002 resmi dinyatakan hilang. 30 tahun kemudian, tepatnya 14 April 1978, dua pencari kayu menemukan bangkai pesawat tersebut di Bukit Punggur, Lampung Tengah. Selain itu, ditemukan pula kerangka jenazah. Tak ada emas yang ditemukan.
Samaun Bakri mempunyai banyak peran penting dalam kemerdekaan. Salah satunya, dengan bergabung dengan Putera, bersama Empat Serangkai yakni Soekarno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Putera kemudian dicurigai dan dibubarkan Jepang. Sebagai gantinya, didirikan Jawa Hokokai. Samaun juga ikut di dalamnya.
Jelang hari Proklamasi, tokoh-tokoh perjuangan berkumpul untuk merumuskan naskah Proklamasi. Samaun datang. Sedikit banyak dia mendukung Soekarno-Hatta di hadapan golongan muda yang cenderung keras kepala. Samaun tercatat sebagai salah satu saksi peristiwa bersejarah tersebut. Proklamasi lalu dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945.
Setelah Indonesia merdeka, Samaun Bakri membantu Presiden Soekarno sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Jawa Barat dan Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3). Di sinilah dia menjadi bagian peristiwa Bandung Lautan Api.
Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda dmenggunakan Kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Setelah Bandung Lautan Api, Samaun Bakri pindah ke Banten. Dia ditunjuk menjadi Wakil Residen Banten.
Di kemudian hari, sebagai Wakil Residen Banten dan sekaligus orang kepercayaan Presiden Soekarno, Samaun Bakri mendapat sebuah tugas negara, yakni misi rahasia yang tidak diumumkan ke masyarakat. Soekarno meminta Samaun agar mengantarkan 20 kilogram emas ke India untuk membeli pesawat.
Samaun Bakri tidak sendiri karena Soekarno membentuk tim. Samaun ditemani Bobby Earl Freeberg (Penerbang 1), Bambang Saptoadji (Penerbang II AURI), Santoso (Navigator AURI), Soemadi (Opsir Muda AURI), dan Sersan Udara Soerjatman (Radio Telegrafis. Mereka akan naik pesawat Dakota RI-002 milik Bobby Earl Feeeberg yang merupakan pilot Amerika kepercayaan Soekarno.
1 Oktober 1948, Samaun Bakri memulai perjalanan dari Lanud Gorda Serang, Banten dengan membawa 20 kilogram emas. Tujuan selanjutnya adalah Lampung pada pukul 07.00, dan ke Bengkulu pada pukul 14.00. Sesuai jadwal, Samaun dan pesawat yang ditumpanginya seharusnya mendarat pada pukul 00.05 WIB. Namun, para petugas bandara di Bengkulu tak melihat Samaun dan pesawatnya.
Keesokan harinya, setelah pencarian tak membuahkan hasil, Dakota RI-002 resmi dinyatakan hilang. 30 tahun kemudian, tepatnya 14 April 1978, dua pencari kayu menemukan bangkai pesawat tersebut di Bukit Punggur, Lampung Tengah. Selain itu, ditemukan pula kerangka jenazah. Tak ada emas yang ditemukan.
tulis komentar anda