Membangun Indonesia melalui Jalan Kebudayaan

Rabu, 28 Juli 2021 - 20:58 WIB


"Begitu pentingnya pembangunan ranah mental spiritual (karakter) bagi suatu bangsa, maka banyak kalangan melakukan studi mencari hubungan "mental spiritual/karakter" dan "pembangunan/kemajuan" sebuah bangsa. Salah satu penganjur utamanya di Indonesia adalah Prof Koentjaraningrat yang menautkan antara mentalitas dan pembangunan," kata Pontjo.

Dalam kesempatan tersebut Pontjo juga menyetir pendapat dari Kim & Jaffe dalam bukunya "The New Korea" (2013) yang mengungkapkan bahwa bangsa Korea menjadi maju karena karakter bangsanya. Demikian juga yang dikemukan oleh Jared Diamond dalam bukunya "Collapse" (2014) bahwa kepunahan satu peradaban antara lain dimulai dari cara pandang, terkait sistem nilai atau budaya, bangsa tersebut.

"Lantas bagaimana dengan Indonesia? Apakah modal budaya pada aspek mental spiritual yang dimiliki bangsa ini sudah menjadi "determinant factor" bagi kemajuan bangsa Indonesia?," tanya Pontjo.

Diakuinya, banyak pihak justru khawatir bahwa bangsa ini sedang mengalami perapuhan nilai-nilai kebangsaannya. Banyak indikasi yang memperkuat sinyalemen ini. Bahkan sampai sampai saat ini kita masih merasakan fenomena terpolarisasinya kelompok masyarakat hanya karena perbedaan aspirasi politik.

"Saat ini, ketika kita menghadapi pandemi Covid-19 yang dampaknya begitu luas, semangat dan rasa kebangsaan kita kembali menghadapi ujian," katanya.

Menurut Pontjo, terjadinya eskalasi perapuhan nilai-nilai kebangsaan, seringkali juga dipicu oleh perilaku beberapa elite politik kita yang justru menjadi faktor pemecah belah ketika mereka menggunakan sentimen primordial seperti sentimen suku dan agama yang hidup di masyarakat untuk memobilisasi dukungan dalam Pilpres dan Pilkada.

Politisasi sentimen primordial seperti ini, lanjut Pontjo, dalam banyak kasus membuat terbelahnya kelompok masyarakat yang sangat tajam, sehingga pada eskalasi tertentu berpotensi mengancam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang sudah disepakati bersama sebagai salah satu konsensus nasional bangsa Indonesia.

Akibat terjadinya perapuhan nilai-nilai kebangsaan kita, Yudi Latif dalam tulisannya di koran pada 11 Oktober 2018 yang lalu pernah mengilustrasikan bahwa bangunan negara Indonesia hari ini ibarat berdiri di atas tanah aluvial dengan daya ikat tanah yang merenggang. Dengan satu getaran gempa sosial, segala bangunan yang dengan susah payah didirikan bisa saja mengalami proses likuefaksi (liquefaction) atau sirna ilang kertaning bumi.

Warning Negara Gagal
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More