Mengejar Target 2 Juta Vaksinasi Per Hari
Rabu, 30 Juni 2021 - 06:15 WIB
“Setidaknya kita akan menerima tiga jenis vaksin yang kita beli. Kita mendapatkan dukungan bantuan dan di bulan Juli nantinya akan mulai menerima vaksin AstraZeneca, Novavax, dan Pfizer. Mereka akan menyelesaikan proses pengiriman itu dalam jangka waktu enam bulan. Artinya, akhir Desember kita sudah akan terima. Tentunya ini menambah optimisme kita untuk mempercepat vaksinasi,” terang Nadia.
Dia menegaskan keyakinannya vaksinasi 1-2 juta dosis vaksin bisa dilakukan setiap harinya. Hanya, proses distribusi harus juga didukung dengan tata kelola logistik yang akuntabel dan telah diperbarui secara real time. Jika datanya tidak sesuai atau diinput belakangan, justru akan mempengaruhi proses distribusi.
Adapun vaksinasi fase ketiga ini ditargetkan pada usia minimal 18 tahun. Namun, pemberian vaksin diprioritaskan pada daerah-daerah zona merah atau memiliki laju penularan yang tinggi karena jumlah vaksinnya masih terbatas.
Selain ketersediaan dan distribusi, tantangan yang dihadapi tentunya kesadaran masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi. Meski informasi edukasi yang diberikan ke publik sudah begitu massif, menurut Nadia, tidak dimungkiri masih adanya hoaks atau informasi yang mislead sehingga cukup mempengaruhi masyarakat agar mau divaksin.
“Tantangan berikutnya yaitu upaya kita menjangkau masyarakat di daerah-daerah yang akses terhadap literasi digitalnya masih sangat rendah. Mau tidak mau, harus menggunakan metode konvensional agar mereka memiliki kesadaran agar mau divaksin. Di sinilah peran kepala daerah, tokoh agama, pemimpin masyarakat akan sangat membantu persepsi masyarakat agar merasa aman dan mau divaksin,” ujarnya.
Nadia pun meyakini proses vaksinasi hingga di daerah seperti wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) bisa berjalan lancar. Menurutnya, pemerintah bisa belajar dari program vaksinasi atau imunisasi dasar pada anak-anak. Di sisi lain, program vaksinasi di daerah juga bakal melibatkan TNI-Polri dalam membantu mengedukasi masyarakat dan kelancaran distribusi vaksin hingga ke di daerah pelosok.
Sementara itu, Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Tjandra Yoga Aditama memprihatinkan adanya lonjakan luar biasa kasus Covid-19 saat ini. Kasus baru per hari pernah 2.385 orang di pertengahan Mei 2021 dan dalam hitungan satu bulan saja melonjak hampir 10 kali lipat menjadi 21.342 pada 27 Juni 2021.
Kondisi itu mengakibatkan rumah sakit penuh bahkan sampai sudah membuka tenda darurat. Lahan pemakaman juga semakin penuh, serta kian banyaknya petugas kesehatan yang jatuh sakit.
Dalam kondisi seperti ini, Tjandra menyarankan, sambil melakukan upaya keras untuk mengendalikan keadaan, pembatasan sosial harus lebih diperketat.
"Ada berita yang cukup melegakan, yaitu tentang capaian vaksinasi yang sudah lebih dari 1 juta sehari. Sindonews.com 27 Juni 2021 menuliskan 'Rekor Baru! Vaksinasi Covid-19 Nasional Sentuh 1,3 Juta Per Hari'. Ini tentu hal yang patut diapresiasi dan harus terus dilanjutkan serta ditingkatkan. Untuk menunjang keberlangsungan suksesnya program vaksinasi ini maka ada setidaknya empat hal yang patut jadi perhatian," tegas Tjandra.
Dia menegaskan keyakinannya vaksinasi 1-2 juta dosis vaksin bisa dilakukan setiap harinya. Hanya, proses distribusi harus juga didukung dengan tata kelola logistik yang akuntabel dan telah diperbarui secara real time. Jika datanya tidak sesuai atau diinput belakangan, justru akan mempengaruhi proses distribusi.
Adapun vaksinasi fase ketiga ini ditargetkan pada usia minimal 18 tahun. Namun, pemberian vaksin diprioritaskan pada daerah-daerah zona merah atau memiliki laju penularan yang tinggi karena jumlah vaksinnya masih terbatas.
Selain ketersediaan dan distribusi, tantangan yang dihadapi tentunya kesadaran masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi. Meski informasi edukasi yang diberikan ke publik sudah begitu massif, menurut Nadia, tidak dimungkiri masih adanya hoaks atau informasi yang mislead sehingga cukup mempengaruhi masyarakat agar mau divaksin.
“Tantangan berikutnya yaitu upaya kita menjangkau masyarakat di daerah-daerah yang akses terhadap literasi digitalnya masih sangat rendah. Mau tidak mau, harus menggunakan metode konvensional agar mereka memiliki kesadaran agar mau divaksin. Di sinilah peran kepala daerah, tokoh agama, pemimpin masyarakat akan sangat membantu persepsi masyarakat agar merasa aman dan mau divaksin,” ujarnya.
Nadia pun meyakini proses vaksinasi hingga di daerah seperti wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) bisa berjalan lancar. Menurutnya, pemerintah bisa belajar dari program vaksinasi atau imunisasi dasar pada anak-anak. Di sisi lain, program vaksinasi di daerah juga bakal melibatkan TNI-Polri dalam membantu mengedukasi masyarakat dan kelancaran distribusi vaksin hingga ke di daerah pelosok.
Sementara itu, Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Tjandra Yoga Aditama memprihatinkan adanya lonjakan luar biasa kasus Covid-19 saat ini. Kasus baru per hari pernah 2.385 orang di pertengahan Mei 2021 dan dalam hitungan satu bulan saja melonjak hampir 10 kali lipat menjadi 21.342 pada 27 Juni 2021.
Kondisi itu mengakibatkan rumah sakit penuh bahkan sampai sudah membuka tenda darurat. Lahan pemakaman juga semakin penuh, serta kian banyaknya petugas kesehatan yang jatuh sakit.
Dalam kondisi seperti ini, Tjandra menyarankan, sambil melakukan upaya keras untuk mengendalikan keadaan, pembatasan sosial harus lebih diperketat.
"Ada berita yang cukup melegakan, yaitu tentang capaian vaksinasi yang sudah lebih dari 1 juta sehari. Sindonews.com 27 Juni 2021 menuliskan 'Rekor Baru! Vaksinasi Covid-19 Nasional Sentuh 1,3 Juta Per Hari'. Ini tentu hal yang patut diapresiasi dan harus terus dilanjutkan serta ditingkatkan. Untuk menunjang keberlangsungan suksesnya program vaksinasi ini maka ada setidaknya empat hal yang patut jadi perhatian," tegas Tjandra.
tulis komentar anda