Ramadhan, Momentum Meningkatkan Spritualitas Umat dan Empati Bangsa

Selasa, 20 April 2021 - 06:02 WIB
Ramadhan dan Spritualitas Umat

Dalam Surah Al Baqarah ayat 183, Allah Swt berfirman "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Puasa melatih diri untuk “menahan diri”. Menahan melakukan aktivitas yang halal di siang hari, apatah lagi melakukan aktivitas yang diharamkan (Syam, 2020). Hal ini bertujuan agar yang menjalankannya menjadi insan yang bertakwa. Puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, namun juga melatih untuk menahan diri dari ucapan atau perbuatan yang tidak bermanfaat.

Selain melaksanakan puasa, selama bulan yang mulia ini kita melaksanakan salat sunah di malam hari. Hal ini untuk melatih diri agar terbiasa melaksanakan salat lail sesuai firman Allah Swt dalam surah Al-Insaan ayat 26: “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari”. Pada bulan yang mubarak ini, momentum diturunkannya kitab suci Alquran sebagai petunjuk umat manusia.

Setiap insan berkomitmen tadarus Alquran dan bisa menghatamkannya sesuai kemampuan. Kebiasan tadarus diharapkan tidak sekadar di bulan ini, namun juga bisa berlanjut pasca Ramadhan. Setiap malam ba’da salat isya atau ba’da salat subuh akan mendengarkan tausiah dari para ustaz/ulama. Secara kontinu mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pencerahan untuk meningkatkan pemahaman tentang keislaman yang rahmatan lil alamin.

Madrasah ruhaniah yang dijalankan selama sebulan meliputi puasa, salat lail/tarwih, tadarus, mendengarkan ceramah, dan amaliah lainnya. Hal ini diharapkan akan meningkatkan kualitas spritualitas umat. Harapannya, proses sebulan ini akan menjadi bekal untuk menjalani 11 bulan selanjutnya. Kebiasaaan berpuasa wajib dapat dilanjutkan dengan puasa sunah, shalat tarwih dilanjutkan dengan shalat malam, membaca Alquran, dan mendengarkan tausiah menjadi kebiasaan pada bulan-bulan di luar bulan suci Ramadhan.

Peningkatan Kualitas Empati Bangsa

Salah satu esensi puasa yaitu agar kita memiliki empati terhadap saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Mereka mengalami kesulitan untuk makan sehari-hari, sehingga dengan berpuasa kita dapat merasakan apa yang mereka alami. Apatah lagi dengan kondisi seperti ini, banyak masyarakat terkena dampak COVID-19 dan berimbas pada kondisi ekonomi yang makin memprihatinkan. Selain melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, kita juga diharapkan memiliki rasa empati yang “lebih”. Dengan meningkatkan kualitas kepedulian kepada sesama (Syam, 2020).

Zakat fitrah yang ditunaikan menjadi media proses pembelajaran bahwa kita wajib berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Sesuai firman Allah SWT dalam surah Adz-Dzariyat ayat 19: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bahagian”. Rezeki dan harta yang didapatkan merupakan titipan Allah Swt, sebagian dari harta yang kita miliki terdapat hak orang lain yang membutuhkan.

Puasa merupakan manifestasi “empati” merasakan lapar dan dahaga, seperti yang dialami saudara kita yang belum beruntung. Zakat fitrah merupakan implementasi “empati” dengan memberikan secara langsung sebagian harta yang kita miliki kepada yang berhak. Empati dengan “merasakan” dan “memberikan” secara langsung diharapkan terinternalisasi dalam diri setiap muslim. Hal ini akan berdampak pada keseimbangan dalam kehidupan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Refleksi Ramadhan
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More