Mempertegas Ke-Indonesiaan 61 Tahun Lahirnya PMII
Sabtu, 17 April 2021 - 07:28 WIB
Orientasi gerakan yang berorientasi pada political oriented, harus diubah pada penguatan intelektualitas dan pemberdayuaan kader melalui pengataan sistem kaderisasi. PT sebagai lumbung SDM PMII, harus tercermin dengan munculnya profil kader dengan gagasan-gagasan segar dan brilian baik di bidang keagamaan maupun nwacana-wacana progresif lainnya, untuk memperkuat politik kebangsaan.
Ingat PMII harus tetap peka terhadap mereka yang papa, mereka yang lemah secara ekonomi dan sosial (kaum mustadh’afin). PMII konsisten menjadi katalisator antara pemerintah dengan rakyat, agar ikhtiar pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah khidmah tetap lanmggeng. Kader PMII bukan di cetak sebagai kader intelektual yang di menara gading tetapi harus membaur menjadi organ-oragan organik di masyarakat.
Ruang-ruang diskusi dan wacana yang mulai sepi di perguruan tinggi, harus kembali di isi oleh anggota dan kader PMII. Kitab kuning sebagai warisan ulama nusantara, yang mengajarkan Islam secara moderat, harus menjadi menu sajian utama di masjid-masjid kampus, yang konon kini didominasi oleh kelompok intoleran dan radikal.
Perebutan wacana ini penting. Saya bisa katakan mestinya yang menjadi lokomotif keagamaan yang moderat ada di tangan kader PMII, bukan orang lain. Karena sejatinya PMII dilahirkan untuk menjawab kebutuhan keagamaan masyarakat yang rahmatan lil álamin. Dapat dikatakan PMII adalah agen moderasi beragama yang tak tertandingi.
PMII adalah wajah Indonesia dan Indonesia tidak akan lengkap tanpa keberadaan PMII sebagai warisan ulama-ulama Nusantara. Selamat Harlah PMII ke-61 semoga makin jaya, makin bermanfaat dan bermartabat. Wallau a’lam bi al-shawab.
Ingat PMII harus tetap peka terhadap mereka yang papa, mereka yang lemah secara ekonomi dan sosial (kaum mustadh’afin). PMII konsisten menjadi katalisator antara pemerintah dengan rakyat, agar ikhtiar pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah khidmah tetap lanmggeng. Kader PMII bukan di cetak sebagai kader intelektual yang di menara gading tetapi harus membaur menjadi organ-oragan organik di masyarakat.
Ruang-ruang diskusi dan wacana yang mulai sepi di perguruan tinggi, harus kembali di isi oleh anggota dan kader PMII. Kitab kuning sebagai warisan ulama nusantara, yang mengajarkan Islam secara moderat, harus menjadi menu sajian utama di masjid-masjid kampus, yang konon kini didominasi oleh kelompok intoleran dan radikal.
Perebutan wacana ini penting. Saya bisa katakan mestinya yang menjadi lokomotif keagamaan yang moderat ada di tangan kader PMII, bukan orang lain. Karena sejatinya PMII dilahirkan untuk menjawab kebutuhan keagamaan masyarakat yang rahmatan lil álamin. Dapat dikatakan PMII adalah agen moderasi beragama yang tak tertandingi.
PMII adalah wajah Indonesia dan Indonesia tidak akan lengkap tanpa keberadaan PMII sebagai warisan ulama-ulama Nusantara. Selamat Harlah PMII ke-61 semoga makin jaya, makin bermanfaat dan bermartabat. Wallau a’lam bi al-shawab.
(bmm)
tulis komentar anda