Negara Perlu Bekali Masyarakat Deteksi Dini untuk Atasi Terorisme
Selasa, 06 April 2021 - 09:45 WIB
JAKARTA - Negara perlu memberikan pembekalan kepada semua keluarga dan masyarakat untuk mampu melakukan deteksi dini atas ideologi terorisme ini. Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai berpendapat, kunci pencegahan berada di masyarakat, terutama keluarga. Di tingkat keluarga inilah terorisme untuk pertama kalinya gejala bisa dideteksi.
"Negara perlu memberikan pembekalan kepada semua keluarga dan masyarakat untuk mampu melakukan deteksi dini atas ideologi radikal terorisme ini," ujar Stanislaus, Selasa (6/4/2021).
Dia melihat radikalisme dan terorisme terus berkembang secara pesat terutama dengan adanya tekonologi internet yang memudahkan propaganda kepada siapapun tanpa mengenal batas dan jarak.
"Selain itu khusus kelompok ini menggunakan dalil-dalil dan propaganda ideologis sehingga ketika berhasil melakukan doktrinasi, ideologi tersebut akan sangat sulit diubah kembali," katanya.
Menurut dia, kelompok transnasional seperti ISIS dan Al-Qaeda memang tujuannya politik, meraih kekuasaan. "Mereka menggalang massa dengan doktrinasi ideologi," ujarnya.
Jadi, menurut dia, walaupun tidak bergerak dalam arahan organisasi, sangat banyak terorisme yang bergerak sendirian atau lone wolf yang sudah terpapar dan bergerak sendiri karena ideologi. "Mereka bisa disebut menjadi korban propaganda dan diperalat oleh kelompok besar ini," imbuhnya.
Maka itu, dia menilai perlu memperkuat kapasitas masyarakat dan membuka komunikasi intens antara pemerintah dengan masyarakat. "Kolaborasi antara state actor dan non-state actor ini sangat penting untuk pencegahan terorisme, karena terorisme tidak mungkin diurus hanya oleh pemerintah," pungkasnya.
Lihat Juga: Siapa John Ratcliffe? Calon Direktur CIA Pilihan Trump yang Agresif terhadap China dan Iran
"Negara perlu memberikan pembekalan kepada semua keluarga dan masyarakat untuk mampu melakukan deteksi dini atas ideologi radikal terorisme ini," ujar Stanislaus, Selasa (6/4/2021).
Dia melihat radikalisme dan terorisme terus berkembang secara pesat terutama dengan adanya tekonologi internet yang memudahkan propaganda kepada siapapun tanpa mengenal batas dan jarak.
"Selain itu khusus kelompok ini menggunakan dalil-dalil dan propaganda ideologis sehingga ketika berhasil melakukan doktrinasi, ideologi tersebut akan sangat sulit diubah kembali," katanya.
Menurut dia, kelompok transnasional seperti ISIS dan Al-Qaeda memang tujuannya politik, meraih kekuasaan. "Mereka menggalang massa dengan doktrinasi ideologi," ujarnya.
Jadi, menurut dia, walaupun tidak bergerak dalam arahan organisasi, sangat banyak terorisme yang bergerak sendirian atau lone wolf yang sudah terpapar dan bergerak sendiri karena ideologi. "Mereka bisa disebut menjadi korban propaganda dan diperalat oleh kelompok besar ini," imbuhnya.
Maka itu, dia menilai perlu memperkuat kapasitas masyarakat dan membuka komunikasi intens antara pemerintah dengan masyarakat. "Kolaborasi antara state actor dan non-state actor ini sangat penting untuk pencegahan terorisme, karena terorisme tidak mungkin diurus hanya oleh pemerintah," pungkasnya.
Lihat Juga: Siapa John Ratcliffe? Calon Direktur CIA Pilihan Trump yang Agresif terhadap China dan Iran
(muh)
tulis komentar anda