Indeks Korupsi Anjlok, 5 Hal Ini Wajib Dilakukan Indonesia  

Kamis, 11 Februari 2021 - 14:16 WIB
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra mengatakan political will pemerintah adalah syarat paling utama untuk menaikkan indeks persepsi korupsi. Foto/dok.SINDOnews
JAKARTA - Transparency International Indonesia (TII) merilis skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada 2020 sebesar 37, mengalami penurunan dari 2019 yang tercatat 40.Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra menyebut ada lima hal yang harus dilakukan untuk memulihkan kembali indeks presepsi korupsi Indonesia.

"Yang pertama adalah memperteguh political will, kemauan politik. benar-benar kemauan politik yang sungguh-sungguh," ujar Azra dalam diskusi bertajuk Meningkatkan Skor Indeks Presepsi Korupsi Indonesia secara daring, Kamis (11/2/2021).

(Baca:Korupsi Asabri, Kejagung Sita 227 Ha Tanah Milik Benny Tjokro di Banten)



Sebab, menurut Azra, political will di Indonesia kebanyakan hanya basa-basi dan gimmick belaka. Dicontohkannya saat dirinya hadir di Istana terkait revisi UU KPK. Padahal kata dia saat itu Presiden Joko Widodo bakal mempertimbangkan untuk mengeluarkan Perppu terkait UU KPK, namun hal itu tidak terjadi hingga saat ini.

"Jadi menurut saya political will itu yg harus dibangkitkan, karena di berbagai penelitian dan survei pemberantasan korupsi kunci yg paling pertama political will, ketegasan, konsistensi dari pemimpin puncak," jelasnya.

Hal yang kedua,reformasi politik."Karena apa karena kenapa tidak ada political will, karena terjadinya konspirasi politik di situ persengkongkolan politik," jelas Azra.

Menurut Azra, hasil dari persekongkolan politik sangat berdampak kepada semua pihak terutama rakyat. Misalnya, mengesahkan undang-undang, perubahan undang-undang KPK, undang-undang minerba, UU Cipta Kerja yang tanpa melibatkan masyarakat sipil.

"Jadi oleh karena itu kita tahu semua ya kan, budaya politik itulah kemudian menciptakan misalnya money politics, yang merajalela di berbagai tingkatan. pemilu, Pilkada, pilpres itu semua itu melibatkan seperti itu ada itu money politics nya," kata Azra.

(Baca:IPK Indonesia 2020 Anjlok, Indikator Pemberantasan Korupsi Alami Kemunduran)

Hal ketiga,memulihkan KPK dan lembaga-lembaga penegak hukum lain seperti kejaksaan, kepolisian serta peradilan. Keempat, memulihkan kembali regulasi undang-undang antikorupsi.

"Kelima,ini mungkin agak jangka pendek bisa jangka panjang, yaitu membangun budaya antikorupsi di lingkungan pemerintahan, lingkungan birokrasi, maupun lingkungan masyarakat lebih luas. Misalnya membuat transaksi ataupun hubungan-hubungan yang harus melibatkan uang tidak lagi melalui pembayaran secara cash, tapi melalui transaksi elektronik atau transaksi digital ya," pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More