Perilaku dan Pengelolaan Manusia sebagai Konsumen di Era Pandemi

Rabu, 10 Februari 2021 - 05:05 WIB
Pertanyaannya, bagaimana kita melihat masyarakat Indonesia hari ini dari sudut pandang konsumen di tengah pandemi seperti sekarang? Banyak pengamat mengatakan bahwa kerusakan ekonomi yang diakibatkan pandemi memerlukan waktu 2–5 tahun untuk pulih seperti sedia kala.

Dengan rentang waktu yang sedemikian lama, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-hari dalam perjalanan kita menuju normal?

Manusia Indonesia jika dilihat dari sudut pandang konsumsi memiliki ukuran yang luar biasa mengingat jumlahnya yang sedemikian besar, yakni sekitar 270 juta jiwa, dan dalam dua atau tiga tahun mendatang akan segera menembus angka 300 juta orang. Bagaimana negara harus mengelola konsumen yang sedemikian banyaknya dan bagaimana konsumen seharusnya memosisikan diri dalam transisi menuju kondisi normal pascapandemi?

Catatan statistik menyatakan bahwa selama pandemi ini sektor yang tetap tumbuh positif dan bahkan melebihi pertumbuhan pada kondisi normal adalah pertanian, perikanan, makanan-minuman, dan kesehatan. Artinya, mau ada pandemi atau tidak, konsumen butuh tercukupi makanan dan minumannya. Laporan BPS terbaru tentang perekonomian Indonesia pada kuartal keempat 2020 memperlihatkan sektor pertanian dan perikanan mampu tumbuh di atas 15%, yang mengindikasikan bahwa sektor ini dapat menjadi benteng untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Yang juga menarik adalah laporan lembaga konsultan terkemuka McKinsey yang memperlihatkan bahwa konsumen China, India, dan Indonesia adalah konsumen yang paling optimistik bila dibandingkan dengan konsumen di negara-negara lain, terutama di kawasan Eropa dan Amerika. Bahkan dari tiga negara yang disebut optimistik, konsumen Indonesia adalah yang optimismenya tertinggi bahwa pandemi akan segera berakhir dan situasi akan kembali normal.

Temuan tersebut tentu menarik sekaligus menantang mengingat tingkat perbedaan konsumen Indonesia, baik dari sisi kemampuan daya beli, demografi maupun psikografi, relatif paling kompleks di antara negara-negara lain mengingat kondisi geografis Indonesia yang bersifat kepulauan. Variasi tingkat pendidikan misalnya memiliki spektrum yang amat luas. Variasi tingkat literasi terhadap informasi sebagai contoh yang lain juga demikian. Rentangnya sangat lebar.

Hal ini membawa konsekuensi perlunya turn around dalam pengelolaan manusia atau SDM yang lebih efisien, adaptif, dan customized, sesuai dengan preferensi konsumsi setiap kelompok konsumen. Pengelolaan tersebut memerlukan tidak hanya perencanaan yang mendetail, tetapi juga dukungan teknologi yang sudah tersedia hari ini. Platform digital yang berkembang sedemikian masif setelah terjadinya pandemi menjadi bukti bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi digital yang paling pesat di seluruh dunia.

Oleh karena itu sektor konsumsi seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih serius dalam pemulihan ekonomi pascapandemi mengingat kita memiliki modal yang relatif besar sebagai bangsa, yaitu karakter optimistik. Salah satu jalan untuk menunjukkan keseriusan itu adalah mengonversi setiap aktivitas di sektor-sektor unggulan––salah satunya pertanian dan perikanan—menjadi layanan digital yang dapat mengatasi kendala mobilitas, ketidakakuratan, dan kelambatan.
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More