Kemenangan Biden: Optimis Iya, Euphoria Tidak!
Minggu, 24 Januari 2021 - 09:52 WIB
Akibatnya Amerika menjadi negara yang paling terbanyak korban Covid bahkan dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Tentu sangat kontras dengan asumsi yang terbangun bahwa Amerika adalah negara super power dunia.
Biden sejak awal telah menjadikan penyelesaian Covid sebagai prioritàs utama pemerintahannya. Bahkan secara khusus Sebelum pelantikannya, presiden terpilih telah membentuk tim khusus penanganan Covid. Termasuk upaya vaksinasi sebagai bagian dari solusi.
Harapan itu tentu besar. Dan Biden nampaknya berusaha untuk memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat luas. Termasuk pembentukan kabinet yang berwajah Amerika. Artinya kabinet yang merangkul seluruh elemen masyarakat Amerika.
Pada tataran inilah kemudian terjadi dilema. Maju kena, mundur kena. Karena eksklusivitas itulah yang kemudian menjadikan Biden harus mengakomodir semua keinginan warganya.
Memang banyak keinginan warga yang terakomodir. Walau nampak sekali dalam pembentukan tim pemerintahan ini terasa 'Kamala Power' atau pengaruh Kamala Harris dalam pembentukannya. Dari sekian anggota tim itu ada sekitar 20-an keturunan India mewakili elemen warga India Amerika yang sangat kecil.
Yang paling disoroti khususnya oleh sebagian Komunitas Muslim adalah pemilihan warga 'gay dan transgender' pertama dalam tim pemerintahan Biden. Tapi sekali lagi, itulah konsekuensi dari pemerintahan yang terbuka atau eksklusif.
Baca juga: Pete Buttigieg Jadi Menteri Pertama di Kabinet Biden yang Mengaku Gay
Dari semua harapan di tengah kekhawatiran-kekhawatiran itu, kebijakan luar negeri (Foreign Policy) Biden juga menjadi sorotan Umat, khususnya yang ada di negara-negara mayoritas Muslim. Bagaimana Biden akan menangani isu Palestina dan Jerusalem khususnya? Akankah Biden membalik keputusan Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel secara sepihak?
Biden sejak awal telah menjadikan penyelesaian Covid sebagai prioritàs utama pemerintahannya. Bahkan secara khusus Sebelum pelantikannya, presiden terpilih telah membentuk tim khusus penanganan Covid. Termasuk upaya vaksinasi sebagai bagian dari solusi.
Harapan itu tentu besar. Dan Biden nampaknya berusaha untuk memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat luas. Termasuk pembentukan kabinet yang berwajah Amerika. Artinya kabinet yang merangkul seluruh elemen masyarakat Amerika.
Pada tataran inilah kemudian terjadi dilema. Maju kena, mundur kena. Karena eksklusivitas itulah yang kemudian menjadikan Biden harus mengakomodir semua keinginan warganya.
Memang banyak keinginan warga yang terakomodir. Walau nampak sekali dalam pembentukan tim pemerintahan ini terasa 'Kamala Power' atau pengaruh Kamala Harris dalam pembentukannya. Dari sekian anggota tim itu ada sekitar 20-an keturunan India mewakili elemen warga India Amerika yang sangat kecil.
Yang paling disoroti khususnya oleh sebagian Komunitas Muslim adalah pemilihan warga 'gay dan transgender' pertama dalam tim pemerintahan Biden. Tapi sekali lagi, itulah konsekuensi dari pemerintahan yang terbuka atau eksklusif.
Baca juga: Pete Buttigieg Jadi Menteri Pertama di Kabinet Biden yang Mengaku Gay
Dari semua harapan di tengah kekhawatiran-kekhawatiran itu, kebijakan luar negeri (Foreign Policy) Biden juga menjadi sorotan Umat, khususnya yang ada di negara-negara mayoritas Muslim. Bagaimana Biden akan menangani isu Palestina dan Jerusalem khususnya? Akankah Biden membalik keputusan Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel secara sepihak?
tulis komentar anda