Kasus Aktif Covid-19 Naik Kian Cepat, Satgas: Jika Terus Berlangsung, Masyarakat Gali Kubur Sendiri
Kamis, 24 Desember 2020 - 21:00 WIB
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa kenaikan kasus aktif Covid-19 di Indonesia menunjukkan tren yang memburuk. Dia menyoroti bahwa peningkatan kasus aktif Covid-19 di Indonesia semakin cepat. Pada periode Maret hingga Juli, kasus aktif meningkat dari 1.107 kasus menjadi 37.342.
"Dan ini membutuhkan waktu empat bulan. Peningkatan kasus aktif ini juga diikuti peningkatan testing mingguan hingga 50%. Pada periode ini, peningkatan dibarengi dengan event libur panjang Idul Fitri pada tanggal 22 sampai 25 Mei 2020," katanya saat konferensi pers, Kamis (24/12/2020).
Kemudian, periode Agustus hingga Oktober, kasus aktif meningkat dari 39.354 menjadi 66.578 hanya dalam waktu dua bulan. Testing mingguan pada periode ini meningkat 40%. Sementara, persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan juga meningkat dari 28,57% menjadi 37,12%. Pada periode ini juga terdapat libur panjang yakni 17, 20, 21,22, dan 23 Agustus 2020.
( ).
"Kenaikan tertinggi dalam waktu tersingkat terjadi pada periode bulan November hingga Desember ini. Kasus aktif meningkat dua kali lipat dari 54.804 menjadi 103.239 hanya dalam waktu satu bulan," ungkapnya.
Lanjut Wiku, hal ini dibarengi dengan peningkatan testing yang lebih rendah dari sebelumnya yakni 30%. "Sedangkan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan juga meningkat 48,01%. Pada periode ini kita sempat melewati event libur panjang 28 Oktober hingga 1 November 2020," lanjutnya.
( ).
Wiku mengatakan bahwa dalam setiap kenaikan kasus aktif selalu diiringi oleh kenaikan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan. Selain itu juga selalu berawal event libur panjang.
Kemudian, meskipun testing mingguan meningkat namun tidak dibarengi dengan penurunan kasus aktif . Padahal seharusnya meskipun testing meningkat angka kasus aktif harus terus menurun. "Saat ini kondisi yang kita hadapi adalah masih tingginya laju penularan. Sehingga masih banyak kasus baru yang ditemukan dari setiap pemeriksaan. Ini adalah bukti masyarakat masih ceroboh sehingga mereka membahayakan diri sendiri dan orang lain di tengah pandemi yang belum berakhir ini. Jika keadaan ini terus berlangsung, ini seperti kondisi dimana masyarakat menggali kuburnya sendiri," tegasnya.
Lebih lanjut Wiku mengatakan, momentum libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 dapat menjadi pembuktian bagi seluruh masyarakat untuk dapat belajar dari pengalaman buruk yang sudah terjadi pada masa libur panjang sebelumnya.
"Dengan mendukung upaya pemerintah dalam menekan laju kasus dan menurunkan angka kasus aktif. Mari kita menjadi kelompok masyarakat yang berperan dalam menyelamatkan diri sendiri dan orang terdekat yang kita cintai dengan memilih untuk tidak bepergian dan menghindari kerumunan," pungkasnya.
"Dan ini membutuhkan waktu empat bulan. Peningkatan kasus aktif ini juga diikuti peningkatan testing mingguan hingga 50%. Pada periode ini, peningkatan dibarengi dengan event libur panjang Idul Fitri pada tanggal 22 sampai 25 Mei 2020," katanya saat konferensi pers, Kamis (24/12/2020).
Kemudian, periode Agustus hingga Oktober, kasus aktif meningkat dari 39.354 menjadi 66.578 hanya dalam waktu dua bulan. Testing mingguan pada periode ini meningkat 40%. Sementara, persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan juga meningkat dari 28,57% menjadi 37,12%. Pada periode ini juga terdapat libur panjang yakni 17, 20, 21,22, dan 23 Agustus 2020.
( ).
"Kenaikan tertinggi dalam waktu tersingkat terjadi pada periode bulan November hingga Desember ini. Kasus aktif meningkat dua kali lipat dari 54.804 menjadi 103.239 hanya dalam waktu satu bulan," ungkapnya.
Lanjut Wiku, hal ini dibarengi dengan peningkatan testing yang lebih rendah dari sebelumnya yakni 30%. "Sedangkan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan juga meningkat 48,01%. Pada periode ini kita sempat melewati event libur panjang 28 Oktober hingga 1 November 2020," lanjutnya.
( ).
Wiku mengatakan bahwa dalam setiap kenaikan kasus aktif selalu diiringi oleh kenaikan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan. Selain itu juga selalu berawal event libur panjang.
Kemudian, meskipun testing mingguan meningkat namun tidak dibarengi dengan penurunan kasus aktif . Padahal seharusnya meskipun testing meningkat angka kasus aktif harus terus menurun. "Saat ini kondisi yang kita hadapi adalah masih tingginya laju penularan. Sehingga masih banyak kasus baru yang ditemukan dari setiap pemeriksaan. Ini adalah bukti masyarakat masih ceroboh sehingga mereka membahayakan diri sendiri dan orang lain di tengah pandemi yang belum berakhir ini. Jika keadaan ini terus berlangsung, ini seperti kondisi dimana masyarakat menggali kuburnya sendiri," tegasnya.
Lebih lanjut Wiku mengatakan, momentum libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 dapat menjadi pembuktian bagi seluruh masyarakat untuk dapat belajar dari pengalaman buruk yang sudah terjadi pada masa libur panjang sebelumnya.
"Dengan mendukung upaya pemerintah dalam menekan laju kasus dan menurunkan angka kasus aktif. Mari kita menjadi kelompok masyarakat yang berperan dalam menyelamatkan diri sendiri dan orang terdekat yang kita cintai dengan memilih untuk tidak bepergian dan menghindari kerumunan," pungkasnya.
(zik)
tulis komentar anda