Saatnya Rakyat Bergandengan Tangan Mengusir Ideologi Radikaliame
Sabtu, 12 Desember 2020 - 08:07 WIB
Deteksi dini radikalisme diharapkan mampu memunculkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya faham radikalisme dan menjadi wujud peran aktif. Tanpa kepedulian kita sebagai anak Bangsa dan keterlibatan semua masyarakat secara langsung dan tidak langsung wajib melibatkan diri untuk memenangkan Ideologi Pancasila.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak mengubah tatanan dunia memberikan dampak yang signifikan bagi tumbuh kembangnya Faham Radikal. Sudah banyak Generasi Muda yang mempunyai masa depan cemerlang menjadi korban Ideologi Radikal lewat Organisasi-Organisasi jalur Kampus dan sekolah. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan naik di 2021)
Beberapa lembaga survey menyimpulkan bahwa, Ideologi radikal agama juga merambah di sektor bisnis/industri ke sektor swasta/bisnis melalui pekerja-pekerja pabrik, dan staf-staf perkantoran, bahkan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pun tidak steril dari faham radikal.
Isu utama dari faham Radikalisme yang menjadikan dasar dalam mempengaruhi orang lain atau melakukan cuci otak adalah menghujat Pemerintahan saat itu yang Thogut sehingga pemerintah saat itu sangat layak untuk di tumpas.
Sarwono (2012) dari hasil Kajiannya menunjukkan bahwa penyebab utama aksi radikal dan terorisme bukanlah berasal dari faktor psikopatologi, namun lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau hasil belajar sosial yang berasal dari ajakan teman, faktor kekerabatan, mengikuti perintah senior/pemimpin kharismatik yang dianutnya.
Dalam pendekatan psikoanalisis, tingkah laku menyimpang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Radikal dapat dipengaruhi oleh berbagai gejala kejiwaan yang disebut sebagai reaksi terhadap kecemasan batin/psikologis(anxiety). Bentuk reaksi tersebut adalah: 1) undoing (pasif); 2)projection(proyeksi); 3) rationalization (rasionalisasi); 4) denial (penolakan); 5) identification (identifikasi); 6) displacement or sublimation (memindahkan); 7) fixation and regression (mantap dan menyurut). (Baca juga: Temukan Bukti Baru, Komnas HAM Bakal Panggil Keluarga Laskar FPI)
Akumulasi kegagalan dan kegelisahan yang tidak terpecahkan, merupakan suatu pemicu (triger) bagi seseorang untuk melakukan tindakan agresi. Perasaan sebagai orang tertekan serta diskriminasi sosial yang dialami memunculkan perasaan Merasa termarginalkan dan terasing dari masyarakat dan lingkungan tempat tinggal, sehingga cenderung timbul anti sosial, dan akhirnya pelarian ke arah yang salah dan masuk di perkumpulan perkumpulan pengajian atau apapun yang akhirnya membawa jauh kearah yang lebih extrime.
Oleh karena itu Radikalisme memberikan dampak destruktif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Serta menimbulkan kekacauan, teror dan merusak mental anak bangsa karena faham radikalisme selalu ingin merubah ideologi Negara. Kondisi yang demikian akan sangat merugikan karena akan berdampak langsung terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, Saat ini adalah saat yang tepat meskipun dalam kondisi Pandemi Covid 19, untuk seluruh Rakyat Indonesia bergandengan tangan bersama menyamakan Langkah dan merapatkan barisan untuk melawan dan kita Hilangkan Radikalisme di bumi Pertiwi yang kita cintai ini, jangan sampai, Istri atau Suami atau anak-anak kita terpapar Radikalisme, kita saling menjaga dan mengingatkan. Karena sekali saja kita terpapar Faham Radikalisme maka selamanya kita akan dapat mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan tingkah laku yang sulit di obati.
Sudah saat nya saat ini kita berbuat untuk Bangsa Indonesia. Jangan menunggu tapi bergerak lah bersama, karena masa depan bangsa Indonesia terletak di tangan kita. Jangan kita di kelabui tindakan yang mencoreng nama baik agama karena sejatinya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. (Baca juga: Agar Tak Dicaplok Pengembang, Pemerinrah Cari Cara Mengunci Sawah)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak mengubah tatanan dunia memberikan dampak yang signifikan bagi tumbuh kembangnya Faham Radikal. Sudah banyak Generasi Muda yang mempunyai masa depan cemerlang menjadi korban Ideologi Radikal lewat Organisasi-Organisasi jalur Kampus dan sekolah. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan naik di 2021)
Beberapa lembaga survey menyimpulkan bahwa, Ideologi radikal agama juga merambah di sektor bisnis/industri ke sektor swasta/bisnis melalui pekerja-pekerja pabrik, dan staf-staf perkantoran, bahkan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pun tidak steril dari faham radikal.
Isu utama dari faham Radikalisme yang menjadikan dasar dalam mempengaruhi orang lain atau melakukan cuci otak adalah menghujat Pemerintahan saat itu yang Thogut sehingga pemerintah saat itu sangat layak untuk di tumpas.
Sarwono (2012) dari hasil Kajiannya menunjukkan bahwa penyebab utama aksi radikal dan terorisme bukanlah berasal dari faktor psikopatologi, namun lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau hasil belajar sosial yang berasal dari ajakan teman, faktor kekerabatan, mengikuti perintah senior/pemimpin kharismatik yang dianutnya.
Dalam pendekatan psikoanalisis, tingkah laku menyimpang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Radikal dapat dipengaruhi oleh berbagai gejala kejiwaan yang disebut sebagai reaksi terhadap kecemasan batin/psikologis(anxiety). Bentuk reaksi tersebut adalah: 1) undoing (pasif); 2)projection(proyeksi); 3) rationalization (rasionalisasi); 4) denial (penolakan); 5) identification (identifikasi); 6) displacement or sublimation (memindahkan); 7) fixation and regression (mantap dan menyurut). (Baca juga: Temukan Bukti Baru, Komnas HAM Bakal Panggil Keluarga Laskar FPI)
Akumulasi kegagalan dan kegelisahan yang tidak terpecahkan, merupakan suatu pemicu (triger) bagi seseorang untuk melakukan tindakan agresi. Perasaan sebagai orang tertekan serta diskriminasi sosial yang dialami memunculkan perasaan Merasa termarginalkan dan terasing dari masyarakat dan lingkungan tempat tinggal, sehingga cenderung timbul anti sosial, dan akhirnya pelarian ke arah yang salah dan masuk di perkumpulan perkumpulan pengajian atau apapun yang akhirnya membawa jauh kearah yang lebih extrime.
Oleh karena itu Radikalisme memberikan dampak destruktif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Serta menimbulkan kekacauan, teror dan merusak mental anak bangsa karena faham radikalisme selalu ingin merubah ideologi Negara. Kondisi yang demikian akan sangat merugikan karena akan berdampak langsung terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, Saat ini adalah saat yang tepat meskipun dalam kondisi Pandemi Covid 19, untuk seluruh Rakyat Indonesia bergandengan tangan bersama menyamakan Langkah dan merapatkan barisan untuk melawan dan kita Hilangkan Radikalisme di bumi Pertiwi yang kita cintai ini, jangan sampai, Istri atau Suami atau anak-anak kita terpapar Radikalisme, kita saling menjaga dan mengingatkan. Karena sekali saja kita terpapar Faham Radikalisme maka selamanya kita akan dapat mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan tingkah laku yang sulit di obati.
Sudah saat nya saat ini kita berbuat untuk Bangsa Indonesia. Jangan menunggu tapi bergerak lah bersama, karena masa depan bangsa Indonesia terletak di tangan kita. Jangan kita di kelabui tindakan yang mencoreng nama baik agama karena sejatinya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. (Baca juga: Agar Tak Dicaplok Pengembang, Pemerinrah Cari Cara Mengunci Sawah)
tulis komentar anda