Saatnya Rakyat Bergandengan Tangan Mengusir Ideologi Radikaliame
loading...
A
A
A
Mukti Arja Berlian
Pengamat Politik
“Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini”. (Presiden Ir Soekarno)
Pidato Bung Karno saat itu sangat relevan dengan Negara yang kita cintai saat ini. Kejadian-Kejadian yang melibatkan permasalahan paham radikalisme dan terorisme saat ini semakin masif, apalagi disandingkan dengan permasalahan politik.
Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato nya baru-baru ini tentang teroris yang membunuh 4 masyrakat Sigi di Sulawesi Tengah mengutuk keras Kebiadapan Teroris tersebut. Dan mengatakan tidak ada tempat teroris di Bumi Pertiwi Indonesia. Keprihatinan saat ini tampak terlihat begitu banyak anak-anak muda yang seharusnya ikut membangun Bangsa ini, justru terjerumus dalam aliran atau faham radikal. (Baca: Komisi X Dorong Munculnya Penggerak Literasi Desa)
Radikalisme merupakan permasalahan serius di Negeri ini yang mengancam eksistensi negara, dan secara lebih luas lagi merupakan permasalahan kemanusiaan. Sejauh ini radikalisme dibahas, ditelaah, dan dianalisis dengan banyak konsep dan teori.
Kondisi saat ini gerakan radikalisme lebih dipahami sebagai radikalisme agama. Radikalisme agama dapat ditemui pada agama apapun, artinya radikalisme agama bukanlah hanya ditujukan kepada salah satu agama. Beberapa contoh kasus radikalisme agama dapat kita jumpai pada kasus kaum Yahudi radikal dengan Islam di Israel dan
kaum Budha intoleran pada kaum Rohingnya dst.
Radikalisme agama, baik kritis maupun fundamentalis, merupakan ancaman bagi ketahanan Nasional dan keutuhan NKRI karena kedua tipologi radikalisme agama ini pada akhirnya bermuara pada satu hal yang sama, yaitu keinginan untuk mengubah Ideologi Bangsa Indonesia. Radikalisme agama pada akhirnya berupaya ingin mengubah struktur dan tatanan sosial yang ada dengan mendasarkan agama yang mereka yakini. Dengan demikian, otomatis Pancasila bukan lagi menjadi Ideologi.
Deteksi dini radikalisme diharapkan mampu memunculkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya faham radikalisme dan menjadi wujud peran aktif. Tanpa kepedulian kita sebagai anak Bangsa dan keterlibatan semua masyarakat secara langsung dan tidak langsung wajib melibatkan diri untuk memenangkan Ideologi Pancasila.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak mengubah tatanan dunia memberikan dampak yang signifikan bagi tumbuh kembangnya Faham Radikal. Sudah banyak Generasi Muda yang mempunyai masa depan cemerlang menjadi korban Ideologi Radikal lewat Organisasi-Organisasi jalur Kampus dan sekolah. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan naik di 2021)
Beberapa lembaga survey menyimpulkan bahwa, Ideologi radikal agama juga merambah di sektor bisnis/industri ke sektor swasta/bisnis melalui pekerja-pekerja pabrik, dan staf-staf perkantoran, bahkan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pun tidak steril dari faham radikal.
Isu utama dari faham Radikalisme yang menjadikan dasar dalam mempengaruhi orang lain atau melakukan cuci otak adalah menghujat Pemerintahan saat itu yang Thogut sehingga pemerintah saat itu sangat layak untuk di tumpas.
Sarwono (2012) dari hasil Kajiannya menunjukkan bahwa penyebab utama aksi radikal dan terorisme bukanlah berasal dari faktor psikopatologi, namun lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau hasil belajar sosial yang berasal dari ajakan teman, faktor kekerabatan, mengikuti perintah senior/pemimpin kharismatik yang dianutnya.
Dalam pendekatan psikoanalisis, tingkah laku menyimpang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Radikal dapat dipengaruhi oleh berbagai gejala kejiwaan yang disebut sebagai reaksi terhadap kecemasan batin/psikologis(anxiety). Bentuk reaksi tersebut adalah: 1) undoing (pasif); 2)projection(proyeksi); 3) rationalization (rasionalisasi); 4) denial (penolakan); 5) identification (identifikasi); 6) displacement or sublimation (memindahkan); 7) fixation and regression (mantap dan menyurut). (Baca juga: Temukan Bukti Baru, Komnas HAM Bakal Panggil Keluarga Laskar FPI)
Akumulasi kegagalan dan kegelisahan yang tidak terpecahkan, merupakan suatu pemicu (triger) bagi seseorang untuk melakukan tindakan agresi. Perasaan sebagai orang tertekan serta diskriminasi sosial yang dialami memunculkan perasaan Merasa termarginalkan dan terasing dari masyarakat dan lingkungan tempat tinggal, sehingga cenderung timbul anti sosial, dan akhirnya pelarian ke arah yang salah dan masuk di perkumpulan perkumpulan pengajian atau apapun yang akhirnya membawa jauh kearah yang lebih extrime.
Oleh karena itu Radikalisme memberikan dampak destruktif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Serta menimbulkan kekacauan, teror dan merusak mental anak bangsa karena faham radikalisme selalu ingin merubah ideologi Negara. Kondisi yang demikian akan sangat merugikan karena akan berdampak langsung terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, Saat ini adalah saat yang tepat meskipun dalam kondisi Pandemi Covid 19, untuk seluruh Rakyat Indonesia bergandengan tangan bersama menyamakan Langkah dan merapatkan barisan untuk melawan dan kita Hilangkan Radikalisme di bumi Pertiwi yang kita cintai ini, jangan sampai, Istri atau Suami atau anak-anak kita terpapar Radikalisme, kita saling menjaga dan mengingatkan. Karena sekali saja kita terpapar Faham Radikalisme maka selamanya kita akan dapat mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan tingkah laku yang sulit di obati.
Sudah saat nya saat ini kita berbuat untuk Bangsa Indonesia. Jangan menunggu tapi bergerak lah bersama, karena masa depan bangsa Indonesia terletak di tangan kita. Jangan kita di kelabui tindakan yang mencoreng nama baik agama karena sejatinya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. (Baca juga: Agar Tak Dicaplok Pengembang, Pemerinrah Cari Cara Mengunci Sawah)
Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan ajaran yang menghina saudaranya sendiri, tidak ada agama di Indonesia yang mengajarkan untuk menggorok leher saudara nya sendiri. Jangan tertipu karena kelompok mereka berdalih ingin melakukan pemurnian (purifikasi) agama dengan memanfaatkan simbol-simbol agama. Tumpas Habis Radikalisme yang ada saat ini di bumi Pertiwi Indonesia. Jangan beri kesempatan sedikitpun mereka bergerak di Negeri tercinta ini. Ini Negeri damai untuk seluruh umat beragama di Dunia.
Pengamat Politik
“Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini”. (Presiden Ir Soekarno)
Pidato Bung Karno saat itu sangat relevan dengan Negara yang kita cintai saat ini. Kejadian-Kejadian yang melibatkan permasalahan paham radikalisme dan terorisme saat ini semakin masif, apalagi disandingkan dengan permasalahan politik.
Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato nya baru-baru ini tentang teroris yang membunuh 4 masyrakat Sigi di Sulawesi Tengah mengutuk keras Kebiadapan Teroris tersebut. Dan mengatakan tidak ada tempat teroris di Bumi Pertiwi Indonesia. Keprihatinan saat ini tampak terlihat begitu banyak anak-anak muda yang seharusnya ikut membangun Bangsa ini, justru terjerumus dalam aliran atau faham radikal. (Baca: Komisi X Dorong Munculnya Penggerak Literasi Desa)
Radikalisme merupakan permasalahan serius di Negeri ini yang mengancam eksistensi negara, dan secara lebih luas lagi merupakan permasalahan kemanusiaan. Sejauh ini radikalisme dibahas, ditelaah, dan dianalisis dengan banyak konsep dan teori.
Kondisi saat ini gerakan radikalisme lebih dipahami sebagai radikalisme agama. Radikalisme agama dapat ditemui pada agama apapun, artinya radikalisme agama bukanlah hanya ditujukan kepada salah satu agama. Beberapa contoh kasus radikalisme agama dapat kita jumpai pada kasus kaum Yahudi radikal dengan Islam di Israel dan
kaum Budha intoleran pada kaum Rohingnya dst.
Radikalisme agama, baik kritis maupun fundamentalis, merupakan ancaman bagi ketahanan Nasional dan keutuhan NKRI karena kedua tipologi radikalisme agama ini pada akhirnya bermuara pada satu hal yang sama, yaitu keinginan untuk mengubah Ideologi Bangsa Indonesia. Radikalisme agama pada akhirnya berupaya ingin mengubah struktur dan tatanan sosial yang ada dengan mendasarkan agama yang mereka yakini. Dengan demikian, otomatis Pancasila bukan lagi menjadi Ideologi.
Deteksi dini radikalisme diharapkan mampu memunculkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya faham radikalisme dan menjadi wujud peran aktif. Tanpa kepedulian kita sebagai anak Bangsa dan keterlibatan semua masyarakat secara langsung dan tidak langsung wajib melibatkan diri untuk memenangkan Ideologi Pancasila.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak mengubah tatanan dunia memberikan dampak yang signifikan bagi tumbuh kembangnya Faham Radikal. Sudah banyak Generasi Muda yang mempunyai masa depan cemerlang menjadi korban Ideologi Radikal lewat Organisasi-Organisasi jalur Kampus dan sekolah. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan naik di 2021)
Beberapa lembaga survey menyimpulkan bahwa, Ideologi radikal agama juga merambah di sektor bisnis/industri ke sektor swasta/bisnis melalui pekerja-pekerja pabrik, dan staf-staf perkantoran, bahkan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pun tidak steril dari faham radikal.
Isu utama dari faham Radikalisme yang menjadikan dasar dalam mempengaruhi orang lain atau melakukan cuci otak adalah menghujat Pemerintahan saat itu yang Thogut sehingga pemerintah saat itu sangat layak untuk di tumpas.
Sarwono (2012) dari hasil Kajiannya menunjukkan bahwa penyebab utama aksi radikal dan terorisme bukanlah berasal dari faktor psikopatologi, namun lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau hasil belajar sosial yang berasal dari ajakan teman, faktor kekerabatan, mengikuti perintah senior/pemimpin kharismatik yang dianutnya.
Dalam pendekatan psikoanalisis, tingkah laku menyimpang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Radikal dapat dipengaruhi oleh berbagai gejala kejiwaan yang disebut sebagai reaksi terhadap kecemasan batin/psikologis(anxiety). Bentuk reaksi tersebut adalah: 1) undoing (pasif); 2)projection(proyeksi); 3) rationalization (rasionalisasi); 4) denial (penolakan); 5) identification (identifikasi); 6) displacement or sublimation (memindahkan); 7) fixation and regression (mantap dan menyurut). (Baca juga: Temukan Bukti Baru, Komnas HAM Bakal Panggil Keluarga Laskar FPI)
Akumulasi kegagalan dan kegelisahan yang tidak terpecahkan, merupakan suatu pemicu (triger) bagi seseorang untuk melakukan tindakan agresi. Perasaan sebagai orang tertekan serta diskriminasi sosial yang dialami memunculkan perasaan Merasa termarginalkan dan terasing dari masyarakat dan lingkungan tempat tinggal, sehingga cenderung timbul anti sosial, dan akhirnya pelarian ke arah yang salah dan masuk di perkumpulan perkumpulan pengajian atau apapun yang akhirnya membawa jauh kearah yang lebih extrime.
Oleh karena itu Radikalisme memberikan dampak destruktif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Serta menimbulkan kekacauan, teror dan merusak mental anak bangsa karena faham radikalisme selalu ingin merubah ideologi Negara. Kondisi yang demikian akan sangat merugikan karena akan berdampak langsung terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, Saat ini adalah saat yang tepat meskipun dalam kondisi Pandemi Covid 19, untuk seluruh Rakyat Indonesia bergandengan tangan bersama menyamakan Langkah dan merapatkan barisan untuk melawan dan kita Hilangkan Radikalisme di bumi Pertiwi yang kita cintai ini, jangan sampai, Istri atau Suami atau anak-anak kita terpapar Radikalisme, kita saling menjaga dan mengingatkan. Karena sekali saja kita terpapar Faham Radikalisme maka selamanya kita akan dapat mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan tingkah laku yang sulit di obati.
Sudah saat nya saat ini kita berbuat untuk Bangsa Indonesia. Jangan menunggu tapi bergerak lah bersama, karena masa depan bangsa Indonesia terletak di tangan kita. Jangan kita di kelabui tindakan yang mencoreng nama baik agama karena sejatinya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. (Baca juga: Agar Tak Dicaplok Pengembang, Pemerinrah Cari Cara Mengunci Sawah)
Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan ajaran yang menghina saudaranya sendiri, tidak ada agama di Indonesia yang mengajarkan untuk menggorok leher saudara nya sendiri. Jangan tertipu karena kelompok mereka berdalih ingin melakukan pemurnian (purifikasi) agama dengan memanfaatkan simbol-simbol agama. Tumpas Habis Radikalisme yang ada saat ini di bumi Pertiwi Indonesia. Jangan beri kesempatan sedikitpun mereka bergerak di Negeri tercinta ini. Ini Negeri damai untuk seluruh umat beragama di Dunia.
(ysw)