Waspadai Lonjakan Covid-19, DKI dan Jateng Harus Jadi Fokus
Selasa, 01 Desember 2020 - 07:24 WIB
“Kalau sekarang, flat isolasi mandiri itu kita masih 20%. Nanti kita akan fokuskan kepada yang bergejala. Sementara yang tanpa gejala, kita alihkan ke Pademangan dan hotel-hotel yang sudah ditunjuk. Sementara ketersediaan untuk gejala ringan dan sedang saja. Biasanya yang berat dan kritis, kita rujuk ke rumah sakit rujukan. Sampai sekarang ketersediaan masih 50%. Namun, ini harus tetap kita antisipasi. Bisa saja dalam waktu beberapa hari ke depan bisa langsung penuh,” paparnya. (Baca juga: Meski Pandemi, Milenial Bisa Berinvestasi Sambil Rebahan)
Lebih lanjut Tjahja mengatakan memang ada lokasi lain yang sudah disiapkan Pemda DKI untuk isolasi mandiri. Namun, hotel-hotel tersebut keterisiannya sudah penuh. “Misalkan hotel, kalau tak salah Hotel Ibis Senen, Grand Asia Penjaringan, kemudian juga Hotel U Stay Mangga Besar, ini sudah hampir atau bahkan mencapai 100%,” ungkapnya.
Dia menyebut adanya kemungkinan penambahan lokasi isolasi mandiri. Beberapa tempat yang bisa jadi lokasi isolasi mandiri di antaranya hotel dan graha wisata. “Dari Dinas Kesehatan maupun Parekraf, itu mau mengupayakan untuk penambahan sepertinya di Twin Plaza. Tapi, saya belum tahu apakah itu jadi di Twin Plaza Hotel. Juga ada tempat-tempat seperti JIC atau Jakarta Islamic Center. Kemudian Graha Wisata di TMII dan Graha Wisata satu lagi. Nah itu penambahannya,” katanya.
Dia berharap agar penambahan kasus ini tidak berlangsung lama. Jika trennya terus naik, akan ada luapan pasien. “Mudah-mudahan kita berdoa trennya itu tidak bertambah tinggi, tapi bisa melandai. Kalau dengan tren seperti ini, kita takutkan nanti akan timbul semacam luapan. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu dan kita tetap siap siagakan,” ujarnya. (Baca juga: Bikin Penasaran, Monolit Misterius di Gurun AS Kini Menghilang)
IDI Mohon Libur Bersama Ditiadakan
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan peningkatan kasus Covid-19 sering kali terjadi setelah adanya libur bersama. Hal ini belajar dari libur di bulan Agustus dan beberapa waktu lalu. “Libur bersama itu memicu kerumunan aktivitas berkerumun,” katanya, kemarin
Untuk mencegah lonjakan kasus terjadi, Daeng meminta agar kebijakan libur bersama ditiadakan. Menurutnya, libur bersama hanya memicu lonjakan penularan Covid-19 di masyarakat. “Kami dari IDI memohon, sangat memohon ke pemerintah untuk mempertimbangkan barangkali kebijakan libur bersama, cuti bersama ditiadakan. Karena, ini akan memicu kegiatan kerumunan dan akan memicu lonjakan penularan di masyarakat,” ungkapnya.
Lebih jauh Daeng mengatakan masalah besar pada Covid-19 adalah kecepatan penularannya. Bahkan, jika dibandingkan penyakit lain, kecepatan penularannya bisa 100 kali lipat. "Memang, Covid-19 ini dibandingkan dengan penyakit yang lain menimbulkan angka kematian itu tidak terlalu ganas, hanya 2 sampai 3%. Demikian juga angka kesakitan itu tidak terlalu tinggi dibandingkan SARS, Flu Burung, MERS, dan lain-lain. Tetapi, memang dalam kecepatan penularan, Covid-19 ini luar biasa, bisa 10 sampai 100 kali lipat dari penyakit yang lain," ucapnya. (Baca juga: Ogah Dijual, Sami Kedhira Ngotot Bertahan di Juventus)
Dia mengatakan bahwa terjadinya mutasi Covid-19 memang menyebabkan peningkatan kecepatan penularan, meskipun memang tidak berpengaruh pada bahaya kematian. “Bahkan, yang dikatakan banyak terjadi mutasi, mutasi Covid-19 itu justru meningkatkan kecepatan. Meskipun Alhamdulillah menimbulkan kematian itu memang mutasi ini tidak berpengaruh, yang berpengaruh kecepatan penularan yakni semakin cepat penularannya,” ujarnya.
Daeng menduga meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini karena kecepatan penularan. Apalagi, masyarakat belum bisa berdisiplin untuk menghambat penularan ini. “Oleh karena itu, penambahan kasus ini karena kecepatan penularan ini yang terjadi. Dan, mohon maaf, kalau boleh dikatakan, masyarakat belum disiplin menghambat penularan ini,” paparnya.
Lebih lanjut Tjahja mengatakan memang ada lokasi lain yang sudah disiapkan Pemda DKI untuk isolasi mandiri. Namun, hotel-hotel tersebut keterisiannya sudah penuh. “Misalkan hotel, kalau tak salah Hotel Ibis Senen, Grand Asia Penjaringan, kemudian juga Hotel U Stay Mangga Besar, ini sudah hampir atau bahkan mencapai 100%,” ungkapnya.
Dia menyebut adanya kemungkinan penambahan lokasi isolasi mandiri. Beberapa tempat yang bisa jadi lokasi isolasi mandiri di antaranya hotel dan graha wisata. “Dari Dinas Kesehatan maupun Parekraf, itu mau mengupayakan untuk penambahan sepertinya di Twin Plaza. Tapi, saya belum tahu apakah itu jadi di Twin Plaza Hotel. Juga ada tempat-tempat seperti JIC atau Jakarta Islamic Center. Kemudian Graha Wisata di TMII dan Graha Wisata satu lagi. Nah itu penambahannya,” katanya.
Dia berharap agar penambahan kasus ini tidak berlangsung lama. Jika trennya terus naik, akan ada luapan pasien. “Mudah-mudahan kita berdoa trennya itu tidak bertambah tinggi, tapi bisa melandai. Kalau dengan tren seperti ini, kita takutkan nanti akan timbul semacam luapan. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu dan kita tetap siap siagakan,” ujarnya. (Baca juga: Bikin Penasaran, Monolit Misterius di Gurun AS Kini Menghilang)
IDI Mohon Libur Bersama Ditiadakan
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan peningkatan kasus Covid-19 sering kali terjadi setelah adanya libur bersama. Hal ini belajar dari libur di bulan Agustus dan beberapa waktu lalu. “Libur bersama itu memicu kerumunan aktivitas berkerumun,” katanya, kemarin
Untuk mencegah lonjakan kasus terjadi, Daeng meminta agar kebijakan libur bersama ditiadakan. Menurutnya, libur bersama hanya memicu lonjakan penularan Covid-19 di masyarakat. “Kami dari IDI memohon, sangat memohon ke pemerintah untuk mempertimbangkan barangkali kebijakan libur bersama, cuti bersama ditiadakan. Karena, ini akan memicu kegiatan kerumunan dan akan memicu lonjakan penularan di masyarakat,” ungkapnya.
Lebih jauh Daeng mengatakan masalah besar pada Covid-19 adalah kecepatan penularannya. Bahkan, jika dibandingkan penyakit lain, kecepatan penularannya bisa 100 kali lipat. "Memang, Covid-19 ini dibandingkan dengan penyakit yang lain menimbulkan angka kematian itu tidak terlalu ganas, hanya 2 sampai 3%. Demikian juga angka kesakitan itu tidak terlalu tinggi dibandingkan SARS, Flu Burung, MERS, dan lain-lain. Tetapi, memang dalam kecepatan penularan, Covid-19 ini luar biasa, bisa 10 sampai 100 kali lipat dari penyakit yang lain," ucapnya. (Baca juga: Ogah Dijual, Sami Kedhira Ngotot Bertahan di Juventus)
Dia mengatakan bahwa terjadinya mutasi Covid-19 memang menyebabkan peningkatan kecepatan penularan, meskipun memang tidak berpengaruh pada bahaya kematian. “Bahkan, yang dikatakan banyak terjadi mutasi, mutasi Covid-19 itu justru meningkatkan kecepatan. Meskipun Alhamdulillah menimbulkan kematian itu memang mutasi ini tidak berpengaruh, yang berpengaruh kecepatan penularan yakni semakin cepat penularannya,” ujarnya.
Daeng menduga meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini karena kecepatan penularan. Apalagi, masyarakat belum bisa berdisiplin untuk menghambat penularan ini. “Oleh karena itu, penambahan kasus ini karena kecepatan penularan ini yang terjadi. Dan, mohon maaf, kalau boleh dikatakan, masyarakat belum disiplin menghambat penularan ini,” paparnya.
tulis komentar anda