Waspadai Lonjakan Covid-19, DKI dan Jateng Harus Jadi Fokus

Selasa, 01 Desember 2020 - 07:24 WIB
loading...
Waspadai Lonjakan Covid-19,...
Kepala daerah diminta untuk mewaspadai pergerakan kasus Covid-19 di wilayah masing-masing. Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Tren meningkatnya kasus positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir mengusik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut meminta agar jajarannya mewaspadai peningkatan kasus positif, khususnya di Jawa Tengah dan wilayah Ibu Kota.

Waspadai Lonjakan Covid-19, DKI dan Jateng Harus Jadi Fokus


“Saya ingin ingatkan bahwa ada dua provinsi yang menurut saya perlu perhatian khusus. (Ini) karena peningkatan dalam minggu ini, dalam dua-tiga hari ini peningkatannya sangat drastis sekali, yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta,” ujar Jokowi, saat membuka rapat terbatas, kemarin. (Baca: Jadikan Sifat tawadhu sebagai Modal Kebahagiaan)

Jokowi meminta kepada para kepala daerah untuk mewaspadai pergerakan kasus Covid-19 di wilayah masing-masing. Kepala daerah harus menempatkan keselamatan masyarakat dalam prioritas tertinggi. Untuk itu kepala daerah bisa melakukan apa pun yang dibutuhkan agar kasus Covid-19 di wilayahnya tetap terkendali. “Sudah saya sampaikan keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi dengan memegang angka-angka kasus, kasus aktif, angka kesembuhan angka kematian dan indikator-indikator ekonomi yang ada,” ujarnya.

Dia pun meminta kepada jajarannya untuk menelusuri penyebab meningkatnya kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta maupun di Jawa Tengah. Dia berharap pencarian pemicu peningkatan kasus akan berdampak pada ketepatan langkah untuk mengerem laju kasus positif Covid-19. “Agar dilihat betul-betul kenapa peningkatannya begitu sangat drastis,” ujarnya. (Baca juga: DPR Usulkan Sekolah Tatap Muka Sifatnya Pilihan)

Berdasarkan data yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 , hari ini terdapat 4.617 kasus baru Covid-19 sehingga jumlah keseluruhan kasus Covid-19 yang ada di Indonesia mencapai 538.883 kasus. Pada hari ini DKI Jakarta memiliki angka penambahan positif Covid-19 tertinggi, yakni 1.099 kasus. Kemudian disusul Jawa Tengah 899 kasus, Jawa Barat 741 kasus, Jawa Timur 400 kasus, dan Banten 262 kasus. Kemudian Lampung 145 kasus, Riau 136 kasus, Kalimantan Timur 116 kasus, Sulawesi Utara 115 kasus, Sulawesi Selatan 105 kasus, Sumatera Barat 92 kasus, dan Bali 89. Selanjutnya Sumatera Utara 77 kasus, Sulawesi Tengah 60 kasus, Maluku 43 kasus, DI Yogyakarta 41 kasus, Sumatera Selatan 35 kasus, Jambi 30 kasus, dan Kalimantan Utara 24 kasus. Lalu Nusa Tenggara Timur 20 kasus, Papua Barat 19 kasus, Kepulauan Riau 14 kasus, Kalimantan Selatan 12 kasus, Aceh 10 kasus, Bangka Belitung 8 kasus, dan Nusa Tenggara Barat 8 kasus. Kemudian Sulawesi Barat 7 kasus, Papua 5 kasus, Bengkulu 2 kasus, Maluku Utara 2 kasus, Sulawesi Tenggara 1 kasus, Kalimantan Barat 0 kasus, Kalimantan Tengah 0 kasus, dan Gorontalo 0 kasus.

Sementara untuk kasus sembuh pada hari ini mencapai 4.725 orang. Maka, jumlah kasus sembuh kumulatif adalah 450.518 orang. Lalu, untuk angka kematian hari ini mencapai 130 orang. Dengan begitu, jumlah total kasus kematian akibat Covid-19 mencapai 16.945 orang. Satgas juga merilis jumlah suspek Covid-19 sebanyak 72.786 orang. Sementara itu, jumlah daerah terdampak, yakni 34 provinsi dan 505 kabupaten/kota. (Baca juga: Merokok Bisa Berdampak Buruk bagi Kecantikan)

Sementara itu, Kepala Sekretariat Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Kolonel Laut (K) dr RM Tjahja Nurrobi mengatakan bahwa di Wisma Atlet awalnya terdapat empat tower difungsikan untuk Covid-19. Di antara tower 4 dan 5 untuk isolasi mandiri. Sementara tower 6 dan 7 untuk perawatan. Namun, dia mengatakan bahwa sejak seminggu lalu salah satu tower dialihfungsikan untuk perawatan karena adanya peningkatan jumlah kasus. “Mengalihfungsikan salah satu tower yang biasanya dipakai untuk isolasi mandiri, yaitu tower 4 untuk dipakai sebagai tower perawatan sehingga saat ini kita menyiapkan tiga tower untuk perawatan, yaitu 4,6,7. Sementara tower 5 tetap digunakan untuk isolasi mandiri,” katanya, kemarin.

Dia mengatakan saat ini keterisian di tower 5 yang berfungsi sebagai isolasi mandiri telah mencapai 80%. Sementara tower 4, 6, dan 7 yang berguna sebagai perawatan pasien Covid-19 keterisiannya sudah mencapai 50%-an.

“Kalau sekarang, flat isolasi mandiri itu kita masih 20%. Nanti kita akan fokuskan kepada yang bergejala. Sementara yang tanpa gejala, kita alihkan ke Pademangan dan hotel-hotel yang sudah ditunjuk. Sementara ketersediaan untuk gejala ringan dan sedang saja. Biasanya yang berat dan kritis, kita rujuk ke rumah sakit rujukan. Sampai sekarang ketersediaan masih 50%. Namun, ini harus tetap kita antisipasi. Bisa saja dalam waktu beberapa hari ke depan bisa langsung penuh,” paparnya. (Baca juga: Meski Pandemi, Milenial Bisa Berinvestasi Sambil Rebahan)

Lebih lanjut Tjahja mengatakan memang ada lokasi lain yang sudah disiapkan Pemda DKI untuk isolasi mandiri. Namun, hotel-hotel tersebut keterisiannya sudah penuh. “Misalkan hotel, kalau tak salah Hotel Ibis Senen, Grand Asia Penjaringan, kemudian juga Hotel U Stay Mangga Besar, ini sudah hampir atau bahkan mencapai 100%,” ungkapnya.

Dia menyebut adanya kemungkinan penambahan lokasi isolasi mandiri. Beberapa tempat yang bisa jadi lokasi isolasi mandiri di antaranya hotel dan graha wisata. “Dari Dinas Kesehatan maupun Parekraf, itu mau mengupayakan untuk penambahan sepertinya di Twin Plaza. Tapi, saya belum tahu apakah itu jadi di Twin Plaza Hotel. Juga ada tempat-tempat seperti JIC atau Jakarta Islamic Center. Kemudian Graha Wisata di TMII dan Graha Wisata satu lagi. Nah itu penambahannya,” katanya.

Dia berharap agar penambahan kasus ini tidak berlangsung lama. Jika trennya terus naik, akan ada luapan pasien. “Mudah-mudahan kita berdoa trennya itu tidak bertambah tinggi, tapi bisa melandai. Kalau dengan tren seperti ini, kita takutkan nanti akan timbul semacam luapan. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti itu dan kita tetap siap siagakan,” ujarnya. (Baca juga: Bikin Penasaran, Monolit Misterius di Gurun AS Kini Menghilang)

IDI Mohon Libur Bersama Ditiadakan

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan peningkatan kasus Covid-19 sering kali terjadi setelah adanya libur bersama. Hal ini belajar dari libur di bulan Agustus dan beberapa waktu lalu. “Libur bersama itu memicu kerumunan aktivitas berkerumun,” katanya, kemarin

Untuk mencegah lonjakan kasus terjadi, Daeng meminta agar kebijakan libur bersama ditiadakan. Menurutnya, libur bersama hanya memicu lonjakan penularan Covid-19 di masyarakat. “Kami dari IDI memohon, sangat memohon ke pemerintah untuk mempertimbangkan barangkali kebijakan libur bersama, cuti bersama ditiadakan. Karena, ini akan memicu kegiatan kerumunan dan akan memicu lonjakan penularan di masyarakat,” ungkapnya.

Lebih jauh Daeng mengatakan masalah besar pada Covid-19 adalah kecepatan penularannya. Bahkan, jika dibandingkan penyakit lain, kecepatan penularannya bisa 100 kali lipat. "Memang, Covid-19 ini dibandingkan dengan penyakit yang lain menimbulkan angka kematian itu tidak terlalu ganas, hanya 2 sampai 3%. Demikian juga angka kesakitan itu tidak terlalu tinggi dibandingkan SARS, Flu Burung, MERS, dan lain-lain. Tetapi, memang dalam kecepatan penularan, Covid-19 ini luar biasa, bisa 10 sampai 100 kali lipat dari penyakit yang lain," ucapnya. (Baca juga: Ogah Dijual, Sami Kedhira Ngotot Bertahan di Juventus)

Dia mengatakan bahwa terjadinya mutasi Covid-19 memang menyebabkan peningkatan kecepatan penularan, meskipun memang tidak berpengaruh pada bahaya kematian. “Bahkan, yang dikatakan banyak terjadi mutasi, mutasi Covid-19 itu justru meningkatkan kecepatan. Meskipun Alhamdulillah menimbulkan kematian itu memang mutasi ini tidak berpengaruh, yang berpengaruh kecepatan penularan yakni semakin cepat penularannya,” ujarnya.

Daeng menduga meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini karena kecepatan penularan. Apalagi, masyarakat belum bisa berdisiplin untuk menghambat penularan ini. “Oleh karena itu, penambahan kasus ini karena kecepatan penularan ini yang terjadi. Dan, mohon maaf, kalau boleh dikatakan, masyarakat belum disiplin menghambat penularan ini,” paparnya.

Sementara itu, pemerintah telah memutuskan untuk memangkas libur akhir tahun karena ada peningkatan kasus Covid-19. Namun, hingga kini belum dapat dipastikan jumlah hari libur yang dipangkas. Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa hal ini sudah dibahas bersama Presiden Jokowi pada rapat kemarin. Namun, memang belum ada keputusan. “Masih diminta dibicarakan dengan beberapa menteri dan lembaga yang waktu rapat tadi tidak diundang,” katanya, saat dihubungi, kemarin.

Dia mengatakan secepatnya akan menggelar rapat dengan kementerian/lembaga terkait untuk membahas hal ini. Diharapkan awal Desember revisi surat keputusan bersama (SKB) terkait cuti bersama sudah bisa diterbitkan. “Insy Allah (bisa diterbitkan awal Desember),” ungkapnya. (Lihat videonya: Semburan Gas Beracun di Indramayu Resahkan Warga Setempat)

Berdasarkan SKB Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri PANRB No.440/2020, 03/2020, 03/2020, pada akhir tahun nanti terdapat satu hari libur nasional dan lima hari cuti bersama. Di antaranya cuti bersama Natal, libur nasional Natal, pengganti cuti bersama Hari Raya Idul Fitri, dan libur nasional Tahun Baru 2021. (Dita Angga)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1023 seconds (0.1#10.140)