Memperingat Sumpah Pemuda: Saatnya Menghilangkan Egoisme
Selasa, 27 Oktober 2020 - 09:18 WIB
Dr Sri Yunanto
Pengamat Sosial Politik dan Keamanan
92 TAHUN yang atau tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 pemuda dari berbagai golongan dan perkumpulan di Nusantara berkumpul untuk melakukan ikrar yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda . Ikrar itu berbunyi bertanah air satu tanah air Indonesia , berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia memperingati momen nasional ini setiap tahun.
Dalam ikrar tersebut, berbagai golongan atau organisasi pemuda dengan latar belakang primordial dalam bentuk kesukuan, kedaerahan dan keagamaan hadir menyampaikan tekadnya untuk melepaskan egoism primordial dan bersatu melawan musuh bangsa. Perkumpumpulan atau organisasi pemuda itu antara lain; Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun dan beberapa perkumpulan lainnya.
Sumpah Pemuda ini menjadi bukti sejarah yang otentik bahwa pemuda Indonesia pada saat itu sudah bisa mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika ( Berbeda-beda tetapi tetap satu) yaitu dengan mengatasi perbedaan dari organisasi pemuda pada saat itu. Tujuan dari ikrar pemuda ini adalah untuk memperkuat kebangsaan dan persatuan jiwa sebagai suatu upaya untuk memperkuat nasionalisme bangsa Indonesia. (Baca juga: Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-92, Wamenparekraf Ajak Generasi Muda Jadi Solusi Masa Depan)
Persatuan dan kesatuan pada saat itu menjadi landasan politik kebangsaan untuk melawan penindasan yang sudah dilakukan Belanda selama ratusan tahun. Berbagai kebijakan pemerintah kolonial Belanda telah mengakibatkan kemiskinan dan penderitaan rakyat di nusantara.
Kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad melakukan ikrar dalam rangka mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia. Tekad inilah yang kemudia menjadi komitmen dan ruh perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.
Para pemuda dari berbagai perkumpulan dan organisasi yang hadir pada saat ini menyadari bahwa untuk menciptakan persatuan dan kesatuan sebagai upaya untuk melawan penindasan Belanda adalah dengan mengesampingkan atau menghilangkan egoisme primordial dan melebur diri dalam payung nasionalisme Indonesia.
Pengamat Sosial Politik dan Keamanan
92 TAHUN yang atau tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 pemuda dari berbagai golongan dan perkumpulan di Nusantara berkumpul untuk melakukan ikrar yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda . Ikrar itu berbunyi bertanah air satu tanah air Indonesia , berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia memperingati momen nasional ini setiap tahun.
Dalam ikrar tersebut, berbagai golongan atau organisasi pemuda dengan latar belakang primordial dalam bentuk kesukuan, kedaerahan dan keagamaan hadir menyampaikan tekadnya untuk melepaskan egoism primordial dan bersatu melawan musuh bangsa. Perkumpumpulan atau organisasi pemuda itu antara lain; Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun dan beberapa perkumpulan lainnya.
Sumpah Pemuda ini menjadi bukti sejarah yang otentik bahwa pemuda Indonesia pada saat itu sudah bisa mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika ( Berbeda-beda tetapi tetap satu) yaitu dengan mengatasi perbedaan dari organisasi pemuda pada saat itu. Tujuan dari ikrar pemuda ini adalah untuk memperkuat kebangsaan dan persatuan jiwa sebagai suatu upaya untuk memperkuat nasionalisme bangsa Indonesia. (Baca juga: Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-92, Wamenparekraf Ajak Generasi Muda Jadi Solusi Masa Depan)
Persatuan dan kesatuan pada saat itu menjadi landasan politik kebangsaan untuk melawan penindasan yang sudah dilakukan Belanda selama ratusan tahun. Berbagai kebijakan pemerintah kolonial Belanda telah mengakibatkan kemiskinan dan penderitaan rakyat di nusantara.
Kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad melakukan ikrar dalam rangka mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia. Tekad inilah yang kemudia menjadi komitmen dan ruh perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.
Para pemuda dari berbagai perkumpulan dan organisasi yang hadir pada saat ini menyadari bahwa untuk menciptakan persatuan dan kesatuan sebagai upaya untuk melawan penindasan Belanda adalah dengan mengesampingkan atau menghilangkan egoisme primordial dan melebur diri dalam payung nasionalisme Indonesia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda