Satgas COVID-19: Budaya Bermasker Harus Dimulai dari Sadar Bahaya Virus Corona
Rabu, 14 Oktober 2020 - 18:22 WIB
JAKARTA - Budaya patuh protokol kesehatan harus dimulai dari pemahaman tentang bahaya COVID-19 . Apalagi saat ini ribuan kasus positif COVID-19 terus bertambah setiap harinya, termasuk angka kematian yang masih meningkat.
Hal itu diungkapkan Ketua Satgas COVID-19 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Ika Trisnawati dalam diskusi bertajuk ‘Budaya Wajib Masker, Ampuh Kurangi Risiko Penularan Covid-19’ yang diselenggarakan SINDO Media bersama Satgas Penanganan COVID-19, Rabu (14/10/2020). (Baca juga: GPM Akui Tidak Mudah Bangun Budaya Wajib Pakai Masker)
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah hingga menerapkan sanksi sosial sampai denda bagi pelanggar protokol kesehatan. Namun, tidak sedikit orang yang belum menyadari kepatuhan tersebut, salah satunya memakai masker saat berkegiatan di luar rumah.
Ika mengatakan bahwa membangun budaya wajib pakai masker itu harus dimulai dari pemahaman bahaya COVID-19 yang bisa merenggut nyawa. Melalui pemahaman tersebut, orang dengan kesadaran penuh akan beralih menggunakan masker.
“Karena kita paham, dengan kesadaran penuh tidak terpaksa lagi menggunakan masker. Misalnya, gunakan masker karena takut didenda. Jadi kita tidak perlu lagi seperti itu,” jelasya.
Masyarakat harus tahu bahwa virus SARS Cov-2 yang menyebabkan COVID-19 sangat mudah menular ke sel tubuh manusia. Hal itu dikuatnya dengan data hingga 11 Oktober 2020, kasus positif sudah mencapai hampir mencapai 18 juta. Khusus di Indonesia, kasusnya sudah menembus 333 ribu dengan jumlah kematian mencapai hampir 12 ribu orang.
Terlebih lagi, COVID-19 memiliki keunikan lantaran yang terpapar belum tentu langsung mengalami gejala seperti halnya influenza. Gejala tersebut bisa muncul beberapa hari berikutnya. Di sisi lain, flu bisa sembuh dengan sendirinya melalui istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan yang sehat.
“Bedanya dengan COVID-19, ada yang memang tanpa gejala, ada yang dengan gejala ringan, dan ada juga dengan gejala berat sampai dengan kematian,” imbuh dokter spesialis di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FK UGM itu.
Terkait penggunaan masker, Ika menjelaskan bahwa penyebaran virus bisa terjadi karena kontak erat dengan orang yang sudah terpapar. Umumnya, percikan yang keluar dari hidung maupun mulut penderita COVID-19 akan mengeluarkan partikel kecil (droplet) yang bisa terbawa di udara dan mudah terhirup.
“Inilah mengapa kita harus menggunakan masker. Kalaupun kita berada dekat orang yang terinfeksi COVID-19, apabila kita menggunakan proteksi (masker), maka kita tidak akan mudah menghirup droplet yang dikeluarkan oleh pasien,” paparnya.
Percikan lainnya bisa berwujud partikel besar yang bisa menempel pada benda-benda di sekeliling orang yang sakit. Apabila disentuh orang sehat dan tidak melakukan cuci tangan, langsung menyentuh mulut, hidung atau mengusap wajah, maka akan menyebabkan penularan secara tidak langsung. (Baca juga: Efektif Cegah Paparan COVID-19, Budaya Wajib Masker Harus Terus Dikampanyekan)
Melihat bahaya tersebut, Ika mengingatkan perlunya penerapan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter, dan mencuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun (3M).
Hal itu diungkapkan Ketua Satgas COVID-19 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Ika Trisnawati dalam diskusi bertajuk ‘Budaya Wajib Masker, Ampuh Kurangi Risiko Penularan Covid-19’ yang diselenggarakan SINDO Media bersama Satgas Penanganan COVID-19, Rabu (14/10/2020). (Baca juga: GPM Akui Tidak Mudah Bangun Budaya Wajib Pakai Masker)
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah hingga menerapkan sanksi sosial sampai denda bagi pelanggar protokol kesehatan. Namun, tidak sedikit orang yang belum menyadari kepatuhan tersebut, salah satunya memakai masker saat berkegiatan di luar rumah.
Ika mengatakan bahwa membangun budaya wajib pakai masker itu harus dimulai dari pemahaman bahaya COVID-19 yang bisa merenggut nyawa. Melalui pemahaman tersebut, orang dengan kesadaran penuh akan beralih menggunakan masker.
“Karena kita paham, dengan kesadaran penuh tidak terpaksa lagi menggunakan masker. Misalnya, gunakan masker karena takut didenda. Jadi kita tidak perlu lagi seperti itu,” jelasya.
Masyarakat harus tahu bahwa virus SARS Cov-2 yang menyebabkan COVID-19 sangat mudah menular ke sel tubuh manusia. Hal itu dikuatnya dengan data hingga 11 Oktober 2020, kasus positif sudah mencapai hampir mencapai 18 juta. Khusus di Indonesia, kasusnya sudah menembus 333 ribu dengan jumlah kematian mencapai hampir 12 ribu orang.
Terlebih lagi, COVID-19 memiliki keunikan lantaran yang terpapar belum tentu langsung mengalami gejala seperti halnya influenza. Gejala tersebut bisa muncul beberapa hari berikutnya. Di sisi lain, flu bisa sembuh dengan sendirinya melalui istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan yang sehat.
“Bedanya dengan COVID-19, ada yang memang tanpa gejala, ada yang dengan gejala ringan, dan ada juga dengan gejala berat sampai dengan kematian,” imbuh dokter spesialis di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FK UGM itu.
Terkait penggunaan masker, Ika menjelaskan bahwa penyebaran virus bisa terjadi karena kontak erat dengan orang yang sudah terpapar. Umumnya, percikan yang keluar dari hidung maupun mulut penderita COVID-19 akan mengeluarkan partikel kecil (droplet) yang bisa terbawa di udara dan mudah terhirup.
“Inilah mengapa kita harus menggunakan masker. Kalaupun kita berada dekat orang yang terinfeksi COVID-19, apabila kita menggunakan proteksi (masker), maka kita tidak akan mudah menghirup droplet yang dikeluarkan oleh pasien,” paparnya.
Percikan lainnya bisa berwujud partikel besar yang bisa menempel pada benda-benda di sekeliling orang yang sakit. Apabila disentuh orang sehat dan tidak melakukan cuci tangan, langsung menyentuh mulut, hidung atau mengusap wajah, maka akan menyebabkan penularan secara tidak langsung. (Baca juga: Efektif Cegah Paparan COVID-19, Budaya Wajib Masker Harus Terus Dikampanyekan)
Melihat bahaya tersebut, Ika mengingatkan perlunya penerapan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter, dan mencuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun (3M).
(kri)
tulis komentar anda