GPM Akui Tidak Mudah Bangun Budaya Wajib Pakai Masker

Rabu, 14 Oktober 2020 - 17:16 WIB
loading...
GPM Akui Tidak Mudah Bangun Budaya Wajib Pakai Masker
Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM), Sigit Pramono memaparkan tidak mudah untuk membangun kesadaran masyarakat untuk wajib memakai masker. Foto/SINDOnews/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Pemakaian masker perlu menjadi kesadaran bersama. Apalagi ribuan kasus positif COVID-19 terus bertambah setiap harinya. Namun demikian, tidak sedikit orang yang belum menyadari pentingnya masker untuk mencegah paparan virus Corona .

Berbagai kebijakan pun telah dikeluarkan pemerintah. Bahkan, sejumlah daerah terpaksa menerapkan sanksi sosial hingga denda bagi pelanggar protokol kesehatan, termasuk bagi mereka yang tidak patuh menggunakan masker saat berkegiatan di luar rumah. (Baca juga: Efektif Cegah Paparan COVID-19, Budaya Wajib Masker Harus Terus Dikampanyekan)

Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM), Sigit Pramono memaparkan tidak mudah untuk membangun kesadaran masyarakat untuk wajib memakai masker. Cerita itu diungkapkannya dalam diskusi bertajuk ‘Budaya Wajib Masker, Ampuh Kurangi Risiko Penularan COVID-19’ yang diselenggarakan SINDO Media bersama Satgas Penanganan COVID-19, Rabu (14/10/2020).

“Perubahan perilaku itu tidak mudah. Diperlukan ketekunan, disiplin, dan juga tidak boleh bosan. Harus mengingatkan pakai masker, tiap hari, tiap saat,” ujar Sigit menceritakan kampanye yang telah dilakukannya.

Lebih lanjut, gerakan tersebut memprioritaskan sosialisasi pada klaster yang rentan, terutama area populasi padat, mobilitas dan interaksinya antar manusia yang tinggi seperti pasar rakyat, pesantren, daerah wisata, transportasi umum, dan lainnya. Ada sepuluh kota terbesar yang menjadi lokasi kampanye, mulai dari Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, Semarang, Palembang, Padang, Batam, dan Bandar Lampung.

“Di pasar rakyat, penyuluhan sudah mencapai 9.200 pasar dengan jumlah lebih dari 7 juta pedagang. Selain itu, di pesantren sudah mencapai 65 pesantren dengan lebih dari 91 ribu santri dan 3.361 guru, termasuk kiai,” terangnya.

Sigit memahami ada banyak jenis masker saat ini. Namun, salah satu di antaranya tidak dianjurkan pemerintah untuk digunakan adalah jenis masker scuba. Lantaran tak ingin memicu kontroversial, bagi Sigit yang terpenting adalah masyarakat minimal membiasakan diri menggunakan masker. (Baca juga: DKI Klaim Pelanggaran Masker Berkurang Selama PSBB Ketat)

“Yang penting sekarang adalah pakai masker dulu. Nanti kita akan menyesuaikan dan mulai edukasi,” tandasnya.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1054 seconds (0.1#10.140)