Tak Ada yang Kebal
Kamis, 01 Oktober 2020 - 06:01 WIB
Jumlah korban tewas akibat Covid-19 kini dua kali lipat lebih banyak daripada korban tewas tahunan akibat malaria. Angka kematian meningkat dalam beberapa pekan terakhir menyusul tingginya angka penularan di berbagai negara. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta agar dunia waspada. (Baca juga: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Virus Covid-19)
“Dunia kita telah mencatat sejarah dan capaian yang kelam,” ujar Guterres dalam keterangan pers, dikutip Reuters. “Ini merupakan data yang memprihatinkan dan menyedihkan. Kita tidak boleh lengah dan harus menghargai nyawa setiap orang. Mereka adalah ayah dan ibu, suami dan istri, adik dan kakak, teman, dan kolega,” sambungnya.
Hanya berselang tiga bulan, jumlah kematian akibat Covid-19 meningkat tajam dari 500.000 menjadi 1 juta orang. Lebih dari 5.400 orang tewas di seluruh dunia setiap 24 jam atau 226 orang per jam atau satu orang per 16 detik hingga terjadi krisis lahan pemakaman. Para ahli juga masih ragu data resmi yang dikeluarkan pemerintah tidak akurat.
Respons terhadap Covid-19 di berbagai negara berbeda-beda karena ditentukan berbagai faktor, mulai dari tingkat keterbukaan dengan dunia, luas negara, topografi wilayah, jumlah penduduk, sumber ekonomi, kualitas kesehatan, budaya, dan situasi politik. AS, Brasil, dan India juga dinilai kurang cepat memberlakukan lockdown. Kooperasi dari masyarakat juga rendah.
“Warga AS harus mengantisipasi peningkatan kasus pada hari-hari yang akan datang,” ujar Wakil Presiden AS Mike Pence setelah AS memperlonggar protokol kesehatan. Sementara itu, India yang mencatat angka penularan harian tertinggi di dunia (87.500 kasus) juga telah membuka lockdown dan mulai mengizinkan akses menuju tempat wisata. (Lihat videonya: Tempat Karaoke di Depok Ditutup Paksa Petugas)
Dengan tren saat ini, India kemungkinan besar dapat menyalip AS sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia pada akhir 2020. Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi juga tidak memiliki pilihan lain selain membuka lockdown menyusul pelambatan ekonomi nasional. Warga India juga mengalami banyak krisis keuangan.
Meski jumlah pasien meningkat, jumlah kematian akibat Covid-19 di India sekitar 95.500, jauh lebih rendah daripada di AS, Brasil, bahkan Inggris. Di Eropa yang terhitung menyumbangkan 25% dari total kematian di dunia juga diimbau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk waspada. Pasalnya, Eropa Barat sebentar lagi dilanda flu musim dingin. (Dita Angga/Binti Mufarida/Muh Shamil/F.W. Bahtiar)
“Dunia kita telah mencatat sejarah dan capaian yang kelam,” ujar Guterres dalam keterangan pers, dikutip Reuters. “Ini merupakan data yang memprihatinkan dan menyedihkan. Kita tidak boleh lengah dan harus menghargai nyawa setiap orang. Mereka adalah ayah dan ibu, suami dan istri, adik dan kakak, teman, dan kolega,” sambungnya.
Hanya berselang tiga bulan, jumlah kematian akibat Covid-19 meningkat tajam dari 500.000 menjadi 1 juta orang. Lebih dari 5.400 orang tewas di seluruh dunia setiap 24 jam atau 226 orang per jam atau satu orang per 16 detik hingga terjadi krisis lahan pemakaman. Para ahli juga masih ragu data resmi yang dikeluarkan pemerintah tidak akurat.
Respons terhadap Covid-19 di berbagai negara berbeda-beda karena ditentukan berbagai faktor, mulai dari tingkat keterbukaan dengan dunia, luas negara, topografi wilayah, jumlah penduduk, sumber ekonomi, kualitas kesehatan, budaya, dan situasi politik. AS, Brasil, dan India juga dinilai kurang cepat memberlakukan lockdown. Kooperasi dari masyarakat juga rendah.
“Warga AS harus mengantisipasi peningkatan kasus pada hari-hari yang akan datang,” ujar Wakil Presiden AS Mike Pence setelah AS memperlonggar protokol kesehatan. Sementara itu, India yang mencatat angka penularan harian tertinggi di dunia (87.500 kasus) juga telah membuka lockdown dan mulai mengizinkan akses menuju tempat wisata. (Lihat videonya: Tempat Karaoke di Depok Ditutup Paksa Petugas)
Dengan tren saat ini, India kemungkinan besar dapat menyalip AS sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia pada akhir 2020. Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi juga tidak memiliki pilihan lain selain membuka lockdown menyusul pelambatan ekonomi nasional. Warga India juga mengalami banyak krisis keuangan.
Meski jumlah pasien meningkat, jumlah kematian akibat Covid-19 di India sekitar 95.500, jauh lebih rendah daripada di AS, Brasil, bahkan Inggris. Di Eropa yang terhitung menyumbangkan 25% dari total kematian di dunia juga diimbau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk waspada. Pasalnya, Eropa Barat sebentar lagi dilanda flu musim dingin. (Dita Angga/Binti Mufarida/Muh Shamil/F.W. Bahtiar)
(ysw)
tulis komentar anda