Tak Ada yang Kebal
Kamis, 01 Oktober 2020 - 06:01 WIB
JAKARTA - Tidak ada orang yang kebal Covid-19 . Baik tua atau muda, kaya atau miskin, pun mereka yang rajin berolahraga atau memilih berdiam diri di rumah sama-sama berpotensi terpapar virus yang kini menimbulkan pandemi di seantero dunia.
Penegasan ini disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito merespons temuan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa masih ada 17% masyarakat yang yakin tidak akan tertular Covid-19. Wiku mengaku menyayangkan ada persepsi seperti itu. (Baca: Waspada, Jangan Remehkan Sifat Lalai)
Berdasar Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 yang dirilis di Media Center Satgas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta (28/9), BPS menyebut 17 dari 100 orang responden sangat yakini mereka tidak mungkin atau tidak mungkin tertular Covid-19.
Jumlah ini bukan kecil. Jika jumlah penduduk Indonesia secara nasional sebesar 270 juta orang, berarti ini hampir 50 juta orang yang memiliki keyakinan tersebut. “Jangan sekali-sekali kita berpikir bahwa karena rajin olahraga atau berdiam diri di rumah kita bisa kebal. Karena, tertular itu bisa mudah terjadi dari siapa pun yang kita temui,” ucapnya.
Wiku mengimbau agar masyarakat menjalankan protokol kesehatan 3M yakni menjaga jarak, gunakan masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun. Selain itu, Satgas juga tidak pernah berhenti mengedukasi masyarakat terkait hal ini. “Untuk masyarakat yang sudah paham, mohon agar saudara-saudara sekalian ingatkan orang lain yang belum sadar agar betul-betul kita menjadi satu kekuatan besar secara nasional untuk melawan virus ini,” ucapnya.
Dia kemudian mengingatkan, dalam menangani Covid-19 , pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kampanye protokol kesehatan juga terus dilakukan oleh para relawan di berbagai tempat. “Kami selalu bekerja keras agar relawan ini bisa efektif dengan menggunakan pendekatan sosial budaya sesuai dengan keadaan di masing-masing wilayah,” pungkasnya. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar)
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menduga orang-orang yang menyatakan yakin tidak tertular karena tidak mengetahui betapa cepatnya virus Sars Cov-II ini menular. Padahal, virus ini tidak pandang bulu, balita, anak-anak, remaja, dan orang tua bisa ditembus.
Terlebih, virus ini juga sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. “Itu karena mereka tidak tahu. Bukan karena sakti. Belum ada vaksin, (kok) yakin tidak tertular. Orang hebat apa. Saya yakin jika 17% dan jumlah yang disurvei besar sampai 10.000 (orang) kalau dites, ada yang positif. Jadi jangan ngomong sembarangan. Mungkin dia OTG, sakit ringan, mungkin saja. 80% yang terinfeksi akan menjadi OTG,” tuturnya.
Dalam pandangannya, sejak pandemi Covid-19 merebak di Tanah Air memang banyak rintangan yang dihadapi dalam penangannya seperti ketidakpatuhan masyarakat, banyak informasi bohong, hingga ketersediaan alat pelindung diri. Ketidakpercayaan terhadap ada Covid-19 ini sempat menyeruak ke permukaan. Bahkan, hal itu diungkapkan oleh selebritas I Gede Ari Astina alias Jerinx.
Penegasan ini disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito merespons temuan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa masih ada 17% masyarakat yang yakin tidak akan tertular Covid-19. Wiku mengaku menyayangkan ada persepsi seperti itu. (Baca: Waspada, Jangan Remehkan Sifat Lalai)
Berdasar Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 yang dirilis di Media Center Satgas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta (28/9), BPS menyebut 17 dari 100 orang responden sangat yakini mereka tidak mungkin atau tidak mungkin tertular Covid-19.
Jumlah ini bukan kecil. Jika jumlah penduduk Indonesia secara nasional sebesar 270 juta orang, berarti ini hampir 50 juta orang yang memiliki keyakinan tersebut. “Jangan sekali-sekali kita berpikir bahwa karena rajin olahraga atau berdiam diri di rumah kita bisa kebal. Karena, tertular itu bisa mudah terjadi dari siapa pun yang kita temui,” ucapnya.
Wiku mengimbau agar masyarakat menjalankan protokol kesehatan 3M yakni menjaga jarak, gunakan masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun. Selain itu, Satgas juga tidak pernah berhenti mengedukasi masyarakat terkait hal ini. “Untuk masyarakat yang sudah paham, mohon agar saudara-saudara sekalian ingatkan orang lain yang belum sadar agar betul-betul kita menjadi satu kekuatan besar secara nasional untuk melawan virus ini,” ucapnya.
Dia kemudian mengingatkan, dalam menangani Covid-19 , pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kampanye protokol kesehatan juga terus dilakukan oleh para relawan di berbagai tempat. “Kami selalu bekerja keras agar relawan ini bisa efektif dengan menggunakan pendekatan sosial budaya sesuai dengan keadaan di masing-masing wilayah,” pungkasnya. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar)
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menduga orang-orang yang menyatakan yakin tidak tertular karena tidak mengetahui betapa cepatnya virus Sars Cov-II ini menular. Padahal, virus ini tidak pandang bulu, balita, anak-anak, remaja, dan orang tua bisa ditembus.
Terlebih, virus ini juga sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. “Itu karena mereka tidak tahu. Bukan karena sakti. Belum ada vaksin, (kok) yakin tidak tertular. Orang hebat apa. Saya yakin jika 17% dan jumlah yang disurvei besar sampai 10.000 (orang) kalau dites, ada yang positif. Jadi jangan ngomong sembarangan. Mungkin dia OTG, sakit ringan, mungkin saja. 80% yang terinfeksi akan menjadi OTG,” tuturnya.
Dalam pandangannya, sejak pandemi Covid-19 merebak di Tanah Air memang banyak rintangan yang dihadapi dalam penangannya seperti ketidakpatuhan masyarakat, banyak informasi bohong, hingga ketersediaan alat pelindung diri. Ketidakpercayaan terhadap ada Covid-19 ini sempat menyeruak ke permukaan. Bahkan, hal itu diungkapkan oleh selebritas I Gede Ari Astina alias Jerinx.
tulis komentar anda