Pemerintah Buka Peluang Turunkan Biaya Tes Swab
Selasa, 29 September 2020 - 08:02 WIB
Doni Monardo pada sebuah rapat dengan DPR beberapa waktu lalu mengatakan, masyarakat masih kesulitan melakukan tes karena biaya dipatok rumah sakit rata-rata di atas Rp2,5 juta. Padahal, kata dia, tarif tes PCR atau pemeriksaan per spesimen tidak melebihi angka Rp500 ribu. (Baca juga: Pneumonia Butuh Penanganan Serius)
Mengenai kapan waktu tarif swab distandarkan, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut saat masih dalam proses penyamaan pagu. Pemerintah segera mengumumkan jika sudah ada hasilnya.
“Segera setelah kami dapat hasilnya akan kami umumkan kepada masyarakat. Kami berusaha keras agar masyarakat bisa mendapat harga termurah dan terjangkau,” ungkapnya.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan harga tes swab di Tanah Air memang masih sangat mahal. Kondisi tersebut dipengaruhi beberapa faktor, misalnya reagen untuk periksa PCR masih mahal. “Harusnya tes swab mandiri dipermudah, tapi kan memang tes ini mahal,” ujarnya saat dihubungi kemarin.
Padahal, kata dia, biaya tes swab murah akan mendorong orang melakukan pemeriksaan mandiri yang dengan sendirinya membantu pemerintah memperbanyak rasio pengetesan. Kemampuan tes Indonesia menurut dia masih jauh dari standar WHO, hanya Jakarta yang memenuhi target. (Baca juga: Era Teknologi KTP Biometrik Dimulai)
Ahli mikrobiologi dari Universitas Indonesia, Pratiwi Pujilestari Sudarmono, memaparkan sejumlah alasan sehingga harga tes swab ini mahal. Satu di antaranya karena menggunakan mesin khusus dan perangkat (kit) pendukung. Harga per satu kali tes dengan memakai dua kit berkisar Rp500–600 ribu.
Ditambah lagi mesin masih diimpor dari luar negeri. Indonesia sampai saat ini belum memiliki pabrik pembuat PCR kit sehingga semuanya harus impor.
Komponen yang membuat biaya jadi mahal karena petugas yang melakukan tes swab wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) sekali pakai. Selain itu, limbah uji kerik berupa spesimen dan virus perlu penanganan khusus dan tidak boleh dibuang sembarang karena berbahaya.
“Faktor lain yang membuat swab test mahal ialah metode PCR memiliki tingkat akurasi yang terjaga dibandingkan metode pengujian lain,” ujarnya pada sebuah konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.
Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay berharap biaya tes swab sedapat mungkin bisa dijangkau oleh masyarakat. Kebutuhan akan tes swab tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang memiliki uang, tapi juga oleh masyarakat biasa. “Bahkan, masyarakat yang tergolong biasa dan tidak punya uang sekalipun tetap memerlukan tes swab,” kata Saleh saat dihubungi kemarin. (Lihat videonya: Sepeda Kayu dari Limbah Kayu Pinus)
Mengenai kapan waktu tarif swab distandarkan, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut saat masih dalam proses penyamaan pagu. Pemerintah segera mengumumkan jika sudah ada hasilnya.
“Segera setelah kami dapat hasilnya akan kami umumkan kepada masyarakat. Kami berusaha keras agar masyarakat bisa mendapat harga termurah dan terjangkau,” ungkapnya.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan harga tes swab di Tanah Air memang masih sangat mahal. Kondisi tersebut dipengaruhi beberapa faktor, misalnya reagen untuk periksa PCR masih mahal. “Harusnya tes swab mandiri dipermudah, tapi kan memang tes ini mahal,” ujarnya saat dihubungi kemarin.
Padahal, kata dia, biaya tes swab murah akan mendorong orang melakukan pemeriksaan mandiri yang dengan sendirinya membantu pemerintah memperbanyak rasio pengetesan. Kemampuan tes Indonesia menurut dia masih jauh dari standar WHO, hanya Jakarta yang memenuhi target. (Baca juga: Era Teknologi KTP Biometrik Dimulai)
Ahli mikrobiologi dari Universitas Indonesia, Pratiwi Pujilestari Sudarmono, memaparkan sejumlah alasan sehingga harga tes swab ini mahal. Satu di antaranya karena menggunakan mesin khusus dan perangkat (kit) pendukung. Harga per satu kali tes dengan memakai dua kit berkisar Rp500–600 ribu.
Ditambah lagi mesin masih diimpor dari luar negeri. Indonesia sampai saat ini belum memiliki pabrik pembuat PCR kit sehingga semuanya harus impor.
Komponen yang membuat biaya jadi mahal karena petugas yang melakukan tes swab wajib mengenakan alat pelindung diri (APD) sekali pakai. Selain itu, limbah uji kerik berupa spesimen dan virus perlu penanganan khusus dan tidak boleh dibuang sembarang karena berbahaya.
“Faktor lain yang membuat swab test mahal ialah metode PCR memiliki tingkat akurasi yang terjaga dibandingkan metode pengujian lain,” ujarnya pada sebuah konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.
Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay berharap biaya tes swab sedapat mungkin bisa dijangkau oleh masyarakat. Kebutuhan akan tes swab tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang memiliki uang, tapi juga oleh masyarakat biasa. “Bahkan, masyarakat yang tergolong biasa dan tidak punya uang sekalipun tetap memerlukan tes swab,” kata Saleh saat dihubungi kemarin. (Lihat videonya: Sepeda Kayu dari Limbah Kayu Pinus)
Lihat Juga :
tulis komentar anda