Zakat Solusi di Tengah Pandemi Corona
Senin, 04 Mei 2020 - 06:23 WIB
Dia mengungkapkan, banyak masyarakat yang sudah membayar zakat sejak awal Ramadan. Berbeda dari biasanya yang sering dilakukan akhir Ramadan. Dalam pandangannya, pandemi corona membuat kedermawanan masyarakat tumbuh dengan baik. "Masyarakat yang tadinya tak bergerak menjadi muzakki, sekarang sudah membuat lembaga-lembaga kecil, inisiatif di komunitas masing-masing dan saya kira itu sangat bagus untuk meringankan beban masyarakat," tuturnya kemarin.
Di Baznas, kata Arifin, secara total ada kenaikan penerimaan, terutama dalam bentuk donasi, dari tahun lalu naik mendekati 50% atau naik 10% dari target. Baznas menargetkan selama Ramadan bisa mengumpulkan Rp102 miliar. ”Ini di awal Ramadan saja sudah terkumpul hampir Rp40 miliar. Nanti puncak kedua kami targetkan Rp70 miliar. Tapi, melihat dari awal sudah lebih banyak sehingga kami memperkirakan ada kenaikan dari target kami, bisa sampai 50% dari tahun lalu. Semua (penerimaan awal), hampir Rp40 miliar itu, juga sudah kami salurkan," katanya.
Namun, dia mengakui sebaran donasi kini berubah. Banyak perusahaan yang dulunya mengeluarkan donasi kini karena terkena krisis akhirnya tidak bisa berdonasi.
Sementara itu, Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Fauzan Amin mengatakan, membayar zakat adalah kewajiban bagi tiap muslim yang mampu. Bahkan, bagi mereka yang menolak membayar zakat, padahal yang bersangkutan sebenarnya mampu, makan dia layak diperangi seperti pernah dilakukan sahabat Abu Bakar.
Fauzan menjelaskan, metode pengumpulan zakat boleh dikoordinasikan oleh ulil amri, dalam hal ini di Indonesia melalui Baznas, atau lembaga zakat lainnya. Dia menyampaikan, pemerintah boleh saja mengeluarkan anjuran untuk membayar zakat di awal karena alasan percepatan penyaluran bagi mustahiq korban Covid-19.
Pembayaran lewat Online
Dalam kondisi wabah, pembayaran zakat juga butuh solusi. Seperti dilakukan Baznas, mereka mengampanyekan zakat digital dan transfer demi memudahkan masyarakat untuk berzakat.
"Sekarang kami arahkan seluruhnya ke digital dan transfer, walaupun kami tak menolak kalau ada zakat ke counter. Kami ada 200 rekening. Kami arahkan ke zakat digital melalui berbagai platform Baznas yang jumlahnya hampir 50 saluran digital," ujar Dirut Baznas Arifin Purwakananta.
Untuk mendukung digitalisasi zakat, Baznas bekerja sama dengan sejumlah toko online seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan lainnya. "Masyarakat bisa memilih moda zakat yang gampang dan kami tetap menjaga semua berbasis syariah. Pilihan itu bisa dibuka di website Baznas," tuturnya.
Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama (Lazisnu) tak mau kalah. Mereka pun menyarankan kaum muslim membayar zakat dengan cara daring demi mencegah penyebaran wabah korona. "Meskipun secara konvensional masih bisa, tetapi dibatasi oleh physical distancing maka yang paling pas adalah lewat online," ujar Ketua Lazisnu Ajat Sudrahat kemarin.
Di Baznas, kata Arifin, secara total ada kenaikan penerimaan, terutama dalam bentuk donasi, dari tahun lalu naik mendekati 50% atau naik 10% dari target. Baznas menargetkan selama Ramadan bisa mengumpulkan Rp102 miliar. ”Ini di awal Ramadan saja sudah terkumpul hampir Rp40 miliar. Nanti puncak kedua kami targetkan Rp70 miliar. Tapi, melihat dari awal sudah lebih banyak sehingga kami memperkirakan ada kenaikan dari target kami, bisa sampai 50% dari tahun lalu. Semua (penerimaan awal), hampir Rp40 miliar itu, juga sudah kami salurkan," katanya.
Namun, dia mengakui sebaran donasi kini berubah. Banyak perusahaan yang dulunya mengeluarkan donasi kini karena terkena krisis akhirnya tidak bisa berdonasi.
Sementara itu, Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Fauzan Amin mengatakan, membayar zakat adalah kewajiban bagi tiap muslim yang mampu. Bahkan, bagi mereka yang menolak membayar zakat, padahal yang bersangkutan sebenarnya mampu, makan dia layak diperangi seperti pernah dilakukan sahabat Abu Bakar.
Fauzan menjelaskan, metode pengumpulan zakat boleh dikoordinasikan oleh ulil amri, dalam hal ini di Indonesia melalui Baznas, atau lembaga zakat lainnya. Dia menyampaikan, pemerintah boleh saja mengeluarkan anjuran untuk membayar zakat di awal karena alasan percepatan penyaluran bagi mustahiq korban Covid-19.
Pembayaran lewat Online
Dalam kondisi wabah, pembayaran zakat juga butuh solusi. Seperti dilakukan Baznas, mereka mengampanyekan zakat digital dan transfer demi memudahkan masyarakat untuk berzakat.
"Sekarang kami arahkan seluruhnya ke digital dan transfer, walaupun kami tak menolak kalau ada zakat ke counter. Kami ada 200 rekening. Kami arahkan ke zakat digital melalui berbagai platform Baznas yang jumlahnya hampir 50 saluran digital," ujar Dirut Baznas Arifin Purwakananta.
Untuk mendukung digitalisasi zakat, Baznas bekerja sama dengan sejumlah toko online seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan lainnya. "Masyarakat bisa memilih moda zakat yang gampang dan kami tetap menjaga semua berbasis syariah. Pilihan itu bisa dibuka di website Baznas," tuturnya.
Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama (Lazisnu) tak mau kalah. Mereka pun menyarankan kaum muslim membayar zakat dengan cara daring demi mencegah penyebaran wabah korona. "Meskipun secara konvensional masih bisa, tetapi dibatasi oleh physical distancing maka yang paling pas adalah lewat online," ujar Ketua Lazisnu Ajat Sudrahat kemarin.
tulis komentar anda