Menjadi Perempuan Penggerak Literasi-Inklusi Keuangan Syariah
Minggu, 22 Desember 2024 - 10:44 WIB
Alfath Shifa Ghifara
Development and Networking Staf Kantor Pusat MES
SURVEI Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menyuguhkan sejumlah fakta menarik. Berdasarkan gender, perempuan lebih mendominasi jika dibanding dengan laki-laki dalam tingkat literasi masing-masing sebesar 66,75% dan 64,14%. Demikian halnya dengan tingkat inklusi, masing-masing sebesar 76,08% dan 73,97%. Fakta ini meneguhkan bahwa perempuan memegang peranan penting dalam manajemen keuangan keluarga, termasuk berpotensi besar menjadi penggerak utama dalam upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan tidak terkecuali keuangan syariah.
Berkaca pada SNLIK tahun 2024, indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia sebesar 39,11%, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88%. Angka ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan indeks literasi dan inklusi keuangan konvensional. Data ini menunjukkan masih besarnya peluang untuk dapat berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Salah satu strategi yang dapat dimaksimalkan adalah dengan meningkatkan peran serta perempuan.
Rendahnya minat masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan syariah, ditengarai karena beberapa faktor, salah satu faktor yang cukup dominan adalah masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah. Hal ini menjadi tantangan besar mengingat bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai visi menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka di dunia sebagaimana yang tertuang dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (Meksi) 2019-2024.
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, perlu untuk terus didorong dan diperbanyak pelaksanaan program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas yang berkelanjutan dan terintegrasi. Dari sisi industri, diharapkan dapat terus melakukan inovasi dan beradaptasi dengan perkembangan digital agar mampu berdaya saing dengan industri jasa keuangan konvensional. Mengingat bahwa pemerintah pada tahun 2024 ini telah menetapkan target inklusi keuangan sebesar 90%.
Menjawab tantangan peningkatan inklusi tersebut, Otoritas Jasa Keuangan bersama Pelaku Usaha Jasa Keuangan semua sektor baik konvensional maupun syariah, melaksanakan agenda tahunan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) dengan tema “Akses Keuangan Inklusif, Wujudkan Masyarakat Produktif" yang digelar selama bulan Oktober dan berhasil menorehkan sejumlah catatan positif.
Dari sisi akses keuangan, mengalami kenaikan sebesar 19,82% dari capaian BIK 2023 atau sebanyak 9.509.528 akses produk layanan/jasa keuangan. Demikian halnya dengan penyelenggaraan kegiatan tercatat sebanyak 6.137 kegiatan, meningkat sebanyak 3.286 kegiatan dibanding BIK tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi kepesertaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan total 6.478.027, meningkat 4.636.670 peserta dibanding BIK 2023.
Peningkatan inklusi keuangan syariah menjadi penting karena dapat mengurangi kesenjangan ekonomi karena adanya partisipasi secara langsung yang lebih luas dari masyarakat dalam aktivitas ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat akan dapat terwujud yang dibarengi dengan terbukanya lapangan kerja baru.
Development and Networking Staf Kantor Pusat MES
SURVEI Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menyuguhkan sejumlah fakta menarik. Berdasarkan gender, perempuan lebih mendominasi jika dibanding dengan laki-laki dalam tingkat literasi masing-masing sebesar 66,75% dan 64,14%. Demikian halnya dengan tingkat inklusi, masing-masing sebesar 76,08% dan 73,97%. Fakta ini meneguhkan bahwa perempuan memegang peranan penting dalam manajemen keuangan keluarga, termasuk berpotensi besar menjadi penggerak utama dalam upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan tidak terkecuali keuangan syariah.
Berkaca pada SNLIK tahun 2024, indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia sebesar 39,11%, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 12,88%. Angka ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan indeks literasi dan inklusi keuangan konvensional. Data ini menunjukkan masih besarnya peluang untuk dapat berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Salah satu strategi yang dapat dimaksimalkan adalah dengan meningkatkan peran serta perempuan.
Rendahnya minat masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan syariah, ditengarai karena beberapa faktor, salah satu faktor yang cukup dominan adalah masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah. Hal ini menjadi tantangan besar mengingat bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai visi menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka di dunia sebagaimana yang tertuang dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (Meksi) 2019-2024.
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, perlu untuk terus didorong dan diperbanyak pelaksanaan program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas yang berkelanjutan dan terintegrasi. Dari sisi industri, diharapkan dapat terus melakukan inovasi dan beradaptasi dengan perkembangan digital agar mampu berdaya saing dengan industri jasa keuangan konvensional. Mengingat bahwa pemerintah pada tahun 2024 ini telah menetapkan target inklusi keuangan sebesar 90%.
Menjawab tantangan peningkatan inklusi tersebut, Otoritas Jasa Keuangan bersama Pelaku Usaha Jasa Keuangan semua sektor baik konvensional maupun syariah, melaksanakan agenda tahunan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) dengan tema “Akses Keuangan Inklusif, Wujudkan Masyarakat Produktif" yang digelar selama bulan Oktober dan berhasil menorehkan sejumlah catatan positif.
Dari sisi akses keuangan, mengalami kenaikan sebesar 19,82% dari capaian BIK 2023 atau sebanyak 9.509.528 akses produk layanan/jasa keuangan. Demikian halnya dengan penyelenggaraan kegiatan tercatat sebanyak 6.137 kegiatan, meningkat sebanyak 3.286 kegiatan dibanding BIK tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi kepesertaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan total 6.478.027, meningkat 4.636.670 peserta dibanding BIK 2023.
Peningkatan inklusi keuangan syariah menjadi penting karena dapat mengurangi kesenjangan ekonomi karena adanya partisipasi secara langsung yang lebih luas dari masyarakat dalam aktivitas ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat akan dapat terwujud yang dibarengi dengan terbukanya lapangan kerja baru.
Lihat Juga :
tulis komentar anda