100 Dokter Jadi Korban, Tingkatkan Perlindungan Tenaga Medis

Selasa, 01 September 2020 - 06:10 WIB
Politikus PKB ini pun menunjukkan keheranannya kenapa penyaluran insentif bagi tenaga medis selama ini tersendat. Padahal seharusnya pemerintah sudah memiliki data yang valid dan angkanya pun jelas. "Apa sih susahnya insentif itu, kan banyak sekali yang belum cair. Saya pas rapat dengan Ibu Menkeu, Gugus Tugas saat itu, dengan Pak Doni, kan kita sudah tahu data petugas medis, begini insentif mereka, apa yang menghambat?" keluhnya.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam juga memprihatinkan banyaknya dokter dan tenaga medis yang tumbang karena terpapar Covid-19. Dalam pandangannya, hal itu terjadi sebagai imbas dari lonjakan kasus yang harus ditangani. Dengan jumlah kasus seperti ini, yang lebih berisiko adalah orang yang berhadapan langsung dengan pasien adalah dokter, perawat.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan selama Maret-April 2020, diprediksi sekitar 8% dari pasien yang positif adalah tenaga medis. Artinya, semakin banyak kasus positif yang bertambah jumlah tenaga kesehatan yang menjadi korban juga ikut meningkat. “Tinggal menunggu. Semakin kasusnya banyak, tinggal dihitung saja kira-kira dari persentasenya. Maka, dokter juga makin banyak yang meninggal,” ujarnya kemarin.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, tidak ada pilihan selain kasus Covid-19 ditekan atau dikendalikan. Jika semakin banyak kasus yang terjadi, upaya penanganan akan semakin tidak optimal. Apalagi sekarang banyak fasilitas kesehatan seperti IGD, ICU yang sudah penuh menangani pasien sehingga limpahan kasus tersebut membuat dokter juga berpotensi kewalahan. “Makanya, kita tinggal menunggu saja besok siapa lagi dokter yang meninggal,” keluh Ari.

Dia kemudian meminta pemerintah segera melakukan evaluasi karena melihat kondisi sekarang yang semakin buruk karena jumlah kasus bertambah drastis. Misalnya memberlakukan jam malam, jika perlu melakukan karantina, pilkada harus ditunda, pembukaan bioskop harus dihentikan.

Ari melihat sekarang banyak masyarakat yang sudah jenuh. Karena itu, dia menekankan pemerintah juga harus tegas dalam melakukan pembatasan secara ketat. Terlebih sekarang ini banyak orang yang sepertinya sudah tidak peduli lagi atau apatis pada kesehatan di saat pandemi.

“Masyarakat sudah jenuh, mau dikasih tahu berulang-ulang juga susah. Orang sekarang sudah enggak peduli, mau sakit mau enggak, enggak masalah. Akhirnya kami yang dokter jadi korban. (Itu semua) karena kita sudah gagal, sudah salah dari awal,” ujarnya.

Senada dengan Ari, epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono juga melihat banyaknya dokter yang menjadi korban karena Covid-19 semakin tidak terkendali. Bahkan, dalam beberapa hari saja sudah mencapai lebih dari 3.000 kasus positif per harinya. (Baca juga: Gubernur Anies Bikin Bank DKI Borong Penghargaan)

“Tenaga kesehatan itu korban dari pandemi yang tidak terkendali. Mereka tidak bisa meninggalkan tugas, jadi harus merawat dan berhadapan langsung dengan pasien yang terpapar,” katanya kemarin.

Menurut Pandu, pemerintah harus serius melihat kasus tenaga kesehatan yang berguguran dan mengevaluasi penanganan Covid-19. Termasuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang memungkinkan kasus meningkat.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More