70 Rekannya Meninggal, Kini Para Perawat Mulai Khawatir Tertular Covid-19
Senin, 31 Agustus 2020 - 20:20 WIB
JAKARTA - Tenaga medis Indonesia banyak yang terkapar oleh Covid-19. Tercatat sebanyak 70 perawat yang dinyatakan meninggal dunia karena virus ini. Dampaknya, kini para perawat mulai khawatir tertular Covid-19.
Karena itu, Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ) mendorong adanya tes polymerase chain reaction (PCR) secara berkala kepada perawat. Ketua Umum PPNI Harif Fadillah mengungkapkan, para perawat yang bertugas baik yang menangani pasien Covid-19 maupun di unit pelayanan kesehatan lain, mulai was-was akan keselamatan dan kesehatan dirinya. (Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)
Pasti khawatir, tetapi bukan hanya karena yang wafat. Namun terpapar cukup banyak,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (31/8/2020). (Baca juga: IDI Usul Waktu Kerja Dokter Tangani COVID-19 Dipersingkat)
PPNI sedang mengumpulkan data perawat yang terpapar Covid-19 dari seluruh Indonesia. Harif menerangkan, tiga minggu yang lalu, jumlah perawat di Jawa Timur yang terpapar sebanyak 724 orang.
“Makanya, Jakarta bisa lebih dari itu. Makassar diprediksi lebih dari 500 orang. Tetapi, saya belum dapat angka pastinya. Bali itu ada 156 orang, yang lain belum masuk datanya,” ungkapnya. (Baca juga: 100 Dokter Gugur Terpapar Covid-19, PB IDI Keluarkan Empat Instruksi Ini)
Banyaknya perawat yang terpapar Covid-19 akan mengganggu layanan di fasilitas kesehatan. Satu perawat yang melayani Covid-19 terpapar, maka akan diganti rekannya dari unit pelayanan lain. Hal itu tentu akan menjadi beban bagi unit-unit yang ditinggalkan.
“Walaupun tidak menangani Covid-19, tetapi sekarang orang tanpa gejala banyak berkeliaran. Jadi risiko tetap sama tingginya. Itu menjadi kekhawatiran. Teman-teman tetap bertugas seperti biasa. Kami imbau untuk disiplin dan menjaga (diri) dari paparan,” ujarnya.
PPNI, lanjutnya, juga sudah melakukan advokasi untuk keperluan alat pelindung diri (APD). Harif menerangkan, yang banyak mengeluh kekurangan APD itu rumah sakit swasta dan puskesmas. Sementara itu, rumah sakit negeri dan rujukan sudah terpenuhi.
“Kami mendorong adanya pemeriksaan PCR kepada perawat. Kami sudah menghadap BNPB. Mudah-mudahan bisa terlaksana. Paling tidak di Jabodetabek dan 8 provinsi yang menjadi episentrum,” tandasnya.
Karena itu, Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ) mendorong adanya tes polymerase chain reaction (PCR) secara berkala kepada perawat. Ketua Umum PPNI Harif Fadillah mengungkapkan, para perawat yang bertugas baik yang menangani pasien Covid-19 maupun di unit pelayanan kesehatan lain, mulai was-was akan keselamatan dan kesehatan dirinya. (Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)
Pasti khawatir, tetapi bukan hanya karena yang wafat. Namun terpapar cukup banyak,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (31/8/2020). (Baca juga: IDI Usul Waktu Kerja Dokter Tangani COVID-19 Dipersingkat)
PPNI sedang mengumpulkan data perawat yang terpapar Covid-19 dari seluruh Indonesia. Harif menerangkan, tiga minggu yang lalu, jumlah perawat di Jawa Timur yang terpapar sebanyak 724 orang.
“Makanya, Jakarta bisa lebih dari itu. Makassar diprediksi lebih dari 500 orang. Tetapi, saya belum dapat angka pastinya. Bali itu ada 156 orang, yang lain belum masuk datanya,” ungkapnya. (Baca juga: 100 Dokter Gugur Terpapar Covid-19, PB IDI Keluarkan Empat Instruksi Ini)
Banyaknya perawat yang terpapar Covid-19 akan mengganggu layanan di fasilitas kesehatan. Satu perawat yang melayani Covid-19 terpapar, maka akan diganti rekannya dari unit pelayanan lain. Hal itu tentu akan menjadi beban bagi unit-unit yang ditinggalkan.
“Walaupun tidak menangani Covid-19, tetapi sekarang orang tanpa gejala banyak berkeliaran. Jadi risiko tetap sama tingginya. Itu menjadi kekhawatiran. Teman-teman tetap bertugas seperti biasa. Kami imbau untuk disiplin dan menjaga (diri) dari paparan,” ujarnya.
PPNI, lanjutnya, juga sudah melakukan advokasi untuk keperluan alat pelindung diri (APD). Harif menerangkan, yang banyak mengeluh kekurangan APD itu rumah sakit swasta dan puskesmas. Sementara itu, rumah sakit negeri dan rujukan sudah terpenuhi.
“Kami mendorong adanya pemeriksaan PCR kepada perawat. Kami sudah menghadap BNPB. Mudah-mudahan bisa terlaksana. Paling tidak di Jabodetabek dan 8 provinsi yang menjadi episentrum,” tandasnya.
(nbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda