Prinsip Kedermawanan Dinilai Perlu Ditumbuhkan untuk Kesejahteraan Masyarakat
Selasa, 24 September 2024 - 22:51 WIB
Dia menuturkan, koperasi di banyak negara terbukti menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dia melanjutkan, sebagai model bisnis yang berbasis pada keanggotaan dan partisipasi, koperasi menawarkan struktur yang tidak hanya berfokus pada keuntungan tetapi juga kesejahteraan bersama.
“Saya yakin bahwa retreat ini akan menjadi batu loncatan yang penting bagi kita semua untuk memperkuat peran koperasi dalam membangun ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan adil. Saya berharap kita semua meninggalkan acara ini dengan pengetahuan baru, inspirasi, dan semangat yang dapat kita terapkan dalam pekerjaan dan komunitas kita,” imbuhnya.
Para peserta dari berbagai negara yang merepresentasikan dari berbagai benua mengaku sangat tertarik untuk mengkaji tentang ekonomi syariah, terutama membahas koperasi berbasis syariah seperti Tamzis. Mereka antusias mempelajari mulai sejarah berdiri, praktik akad-akad, hingga bagaimana aktivitas anggota Tamzis di pasar dan tempat usahanya.
Salah satu partisipan dari Prancis yang merupakan mahasiswa muslim Eropa Ahmadu mengatakan ketertarikannya mengikuti acara. Dia mengaku sangat tertarik dengan acara ini karena menurutnya komunitas ekonomi syariah khususnya gerakan BMT punya kekuatan yang besar, sehingga perlu untuk disosialisasikan secara lebih luas, tidak hanya untuk komunitas muslim.
“Karenanya pengalaman 30 tahun Tamzis penting bagi saya untuk belajar dan mengimplementasikannya di Perancis bahkan tidak hanya untuk muslim tapi juga untuk nonmuslim, sehingga mereka memiliki kemandirian ekonomi,” ujar Ahmadu.
Selain itu, juga dilakukan kunjungan lapangan di beberapa pasar di Yogyakarta dan sekitarnya untuk melihat secara langsung proses pelayanan Tamzis dengan mengunjungi para pedagang pasar tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk mengajak para peserta agar dapat melihat secara langsung proses pelayanan Tamzis terhadap para anggota yang merupakan para pedagang pasar tradisional.
Kegiatan kunjungan studi lapangan dilakukan pada hari ketiga yakni dengan kunjungan ke pasar tradisional Beringharjo, Bantul, dan Jodog. Sedangkan hari keempat, kunjungan dilakukan ke Yogyakarta Optometry Academy (Aktriyo) yang merupakan salah satu mitra Baitul Maal Tamzis dalam pengembangan program pendidikan tinggi optometri berbasis wakaf. Aktriyo merupakan satu-satunya akademi optometri berbasis wakaf di Indonesia.
“Saya yakin bahwa retreat ini akan menjadi batu loncatan yang penting bagi kita semua untuk memperkuat peran koperasi dalam membangun ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan adil. Saya berharap kita semua meninggalkan acara ini dengan pengetahuan baru, inspirasi, dan semangat yang dapat kita terapkan dalam pekerjaan dan komunitas kita,” imbuhnya.
Para peserta dari berbagai negara yang merepresentasikan dari berbagai benua mengaku sangat tertarik untuk mengkaji tentang ekonomi syariah, terutama membahas koperasi berbasis syariah seperti Tamzis. Mereka antusias mempelajari mulai sejarah berdiri, praktik akad-akad, hingga bagaimana aktivitas anggota Tamzis di pasar dan tempat usahanya.
Salah satu partisipan dari Prancis yang merupakan mahasiswa muslim Eropa Ahmadu mengatakan ketertarikannya mengikuti acara. Dia mengaku sangat tertarik dengan acara ini karena menurutnya komunitas ekonomi syariah khususnya gerakan BMT punya kekuatan yang besar, sehingga perlu untuk disosialisasikan secara lebih luas, tidak hanya untuk komunitas muslim.
“Karenanya pengalaman 30 tahun Tamzis penting bagi saya untuk belajar dan mengimplementasikannya di Perancis bahkan tidak hanya untuk muslim tapi juga untuk nonmuslim, sehingga mereka memiliki kemandirian ekonomi,” ujar Ahmadu.
Selain itu, juga dilakukan kunjungan lapangan di beberapa pasar di Yogyakarta dan sekitarnya untuk melihat secara langsung proses pelayanan Tamzis dengan mengunjungi para pedagang pasar tradisional. Hal tersebut dilakukan untuk mengajak para peserta agar dapat melihat secara langsung proses pelayanan Tamzis terhadap para anggota yang merupakan para pedagang pasar tradisional.
Kegiatan kunjungan studi lapangan dilakukan pada hari ketiga yakni dengan kunjungan ke pasar tradisional Beringharjo, Bantul, dan Jodog. Sedangkan hari keempat, kunjungan dilakukan ke Yogyakarta Optometry Academy (Aktriyo) yang merupakan salah satu mitra Baitul Maal Tamzis dalam pengembangan program pendidikan tinggi optometri berbasis wakaf. Aktriyo merupakan satu-satunya akademi optometri berbasis wakaf di Indonesia.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda