Di Pilkada Serentak, Artis Masih Laris

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 08:35 WIB
Pengamat politik Hendri Satrio membenarkan hal itu. Menurut dia, terpilih atau tidak seorang artis tergantung kalibernya. (Baca juga: 9 Poin Penting RUU Ciptaker Masih Jadi Perdebatan Tim Buruh-DPR)

“Kalau dia artis masa lalu atau sebaliknya baru sekali dua kali tampil di panggung selebritas lalu jadi calon, pasti sulit. Beda halnya dengan Pasha Ungu dan Hengki Kurniawan sebagai contoh. Keduanya artis yang punya jam terbang panjang jadi bisa mendulang suara,” ujarnya kemarin.

Maju sebagai calon di pilkada hak konstitusional semua warga negara. Namun Hendri prihatin jika artis mencalonkan diri sekadar sebagai ajang coba-coba. Itu berbahaya jika si artis terpilih sebagai pemimpin. Dia berharap jika seorang artis berniat maju di pilkada, yang bersangkutan harus mengerti bahwa dia mesti total mengabdi untuk daerah dan masyarakat.

“Dia harus sudah selesai dengan dunia keartisan dan keselebritasannya. Dengan begitu dia bisa konsentrasi dengan daerah yang dia pimpin,” ujarnya.

Bahkan, bagi seorang artis yang total dan bersedia melupakan dunia keartisannya, dia tidak hanya potensial jadi pendulang suara, tetapi juga bisa jadi pemimpin yang baik saat terpilih.

“Makanya kita ingatkan, kalau mereka belum selesai dengan keartisan dan keselebritasannya, ya jangan masuk arena. Misalnya sudah terpilih tapi masih mau main sinetron, masih bikin album, kasihan rakyatnya,” ujarnya.

Hendri juga menantang artis untuk tidak sekadar dimanfaatkan partai politik sebagai pendulang suara. Artis harus bisa membuktikan bahwa dia memiliki kapasitas dan kompetensi sebagai calon pemimpin. Bukan aji mumpung.

“Mesti punya kehormatan dan harga diri dong, bahwa dia dipilih karena dia memang punya kapasitas dan kemampuan jadi pemimpin yang baik,” tandasnya. (Baca juga: Wamena Papua Kembali Mencekam, 10 Rumah Dibakar dan 4 Warga Terluka)

Partai politik tidak menampik bahwa magnet artis memang jadi andalan untuk mendulang suara di pilkada. Partai Amanat Nasional (PAN) termasuk partai yang identik dengan artis, terutama untuk diusung di pemilihan legislatif. Untuk pilkada mendatang, PAN juga membuka diri untuk selebritas. Mengenai figur Pasha yang akan diusung PAN, Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno menjelaskan, partainya tidak lagi melihat sosok Wakil Wali Kota Palu itu sebagai artis, melainkan sudah bertransformasi sebagai politikus. Diakuinya popularitas Pasha memang tinggi karena profesi keartisannya. Label itu sudah telanjur kental dengan diri Pasha dan hal itu tidak bisa disalahkan.

“Memang popularitasnya sebagai artis cukup kuat. Dia magnet yang kuat bagi masyarakat Sulteng sehingga menjadi kandidat yang cukup mampu mendongkrak suara calon gubernurnya,” kata Eddy saat dihubungi kemarin.

Di Pilkada Sulteng Pasha akan berpasangan dengan calon gubernur Anwar Hafid. Mengenai Pasha yang beberapa kali mengundang kontroversi karena tampilannya yang masih bergaya artis, misalnya tampil di depan publik dengan mengikat rambut atau mengecat merah rambutnya, Eddy berharap publik tidak melihat seorang pemimpin hanya dari sisi unik atau kontroversinya. (Lihat videonya: jejak Tradisi Malam 1 Suro dan Suronan di Pesantren)

Menurut Eddy, yang paling penting adalah kepala daerah bersangkutan tidak melakukan pelanggaran terhadap sumpahnya, tidak melakukan penyelewengan, dan benar-benar bisa bekerja. Dia mengklaim Pasha tidak sekadar jual tampang artis. Sebaliknya Pasha disebutnya sebagai contoh artis yang berhasil bertransformasi menjadi kepala daerah yang bekerja untuk masyarakat.

“Pasha orang yang artikulatif dalam berkomunikasi. Dia bisa meyakinkan masyarakat tentang ide dan gagasannya, sudah biasa tampil depan umum, enggak canggung lagi,” ujarnya. (Kiswondari/Bakti)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More