Meski Tak Akurat, Satgas Sebut Rapid Test Corona Masih Layak Digunakan

Selasa, 18 Agustus 2020 - 20:23 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, rapid test masih layak digunakan saat ini, meskipun banyak pihak menilai sudah tak layak. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, rapid test masih layak digunakan di Indonesia saat ini. Meskipun memang banyak pihak yang menilai sudah tak layak dijadikan acuan karena tidak akurat.

(Baca juga: Positif Covid-19 Bertambah 1.673 Kasus, Berikut Sebaran di 34 Provinsi)

"Di tengah situasi yang terbatas ini, kami melihat bahwa metode ini masih proper untuk digunakan. Terutama di tengah masyarakat berisiko tinggi yang sedang bepergian. Untuk izin perjalanan dan tracing," kata Wiku saat konferensi pers, Selasa (18/8/2020).

(Baca juga: Update Corona: Positif 143.043 Orang, 96.306 Sembuh dan 6.277 Meninggal)

Dia menegaskan, rapid test bukanlah untuk diagnostik tapi untuk proses screening dengan melakukan tes antibodi. Sementara untuk diagnostik masih menggunakan PCR test, yang mana jumlahnya masih terbatas.



(Baca juga: Momentum Benahi Pelayanan Kesehatan)

"Tes ini bertujuan sebagai respons cepat. Namun lebih jauh, rapid test bukan tahap final, tes PCR tetap diperlukan sebagai diagnosis akhir," ungkapnya.

Wiku menyebut bahwa setiap metode tes memiliki kekurangan. Termasuk rapid test yang bisa memberikan false negative atau false positive.

"Nah, situasi ini terjadi karena antibodi butuh waktu untuk diproduksi setelah gejala muncul, dan hasil positif dari rapid bisa menunjukkan infeksi lain juga," tuturnya,

Ditanyakan apakah ada kemungkinan menghapus rapid test sebagai syarat melakukan perjalanan, Wiku mengaku sedang melakukan kajian.

"Kami sampaikan bahwa saat ini satgas covid-19 sedang melakukan kajian terhadap opsi-opsi yang terbaik untuk pelaku perjalanan dalam rangka hindari penularan dari satu daerah ke daerah lain. Apabila kajian sudah selesai nanti, akan kami sampaikan kepada masyarakat luas," pungkasnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(maf)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More