Welcoming Gen-Alpha Chance and Challenge in Digital Era
Rabu, 01 Mei 2024 - 13:47 WIB
“Internet itu anugerah tetapi bisa menjadi bencana menakala teknologi yang tidak bisa mengendalikan kita manusia tanpa unsur-unsur yang memiliki etika. Salah satu etika dalam berinternet adalah menghindari konten negatif dan membuat konten positif, kita harus membagi konten positif ya agar internet menjadi anugerah bagi manusia,” tutup Ari.
Sementara narasumber kedua pada kegiatan ini, Xenia Angelica Wijayanto selaku JAPELIDI, Head of Centre for Publication LSPR Institute, menyampaikan paparan yang berfokus pada salah satu pilar literasi digital, yaitu keamanan digital.
Aman bermedia digital adalah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital dilakukan aman dan nyaman. Dewasa ini, kejahatan digital semakin marak terjadi. Termasuk di antaranya kejahatan malware seperti menyebarkan file lewat whatsapp dan apabila kita click linknya, maka data yang ada di dalam perangkat handphone kita akan disebar atau diretas.
Pengguna layanan digital terutama anak perlu paham cara melindungi data terutama data pribadi yang bersifat rahasia. Menggunakan password dengan kombinasi unik, terdapat huruf, angka, tanda baca, dan sebagainya merupakan salah satu upaya kita dalam mengamankan data diri di dunia digital. Gunakan password yang berbeda di setiap akun dan ganti password secara berkala. Perkuat password dengan mengaktifkan 2 factor autentication sebagai keamanan digital berlapis.
Selain itu, para pengguna internet juga harus memahami tentang jejak digital karena jejak digital itu tidak dapat hilang dengan mudah. Jejak digital akan berpengaruh pada kehidupan kita saat ini dan di masa depan. Oleh karena itu, pastikan apa yang kita posting adalah hal yang memang diperlukan dan tidak bersifat negatif maupun merugikan orang lain. Juga pastikan kita tidak ikut menyebarkan luaskan konten hoaks, cukup berhenti di kita saja.
”Ada hal-hal yang perlu kuntuk kita sebarluaskan juga. Nah teman-teman harus bisa mencari. Dan kalau misalnya teman-temannya ada yang lupa, teman-teman ingatin, jangan posting sembarangan. Kayaknya postingan lo yang ini kurang oke deh, mending lo take down deh. Kayaknya postingan yang ini tidak merepresentasikan seorang anak SMA deh. Mending jangan. Anak SMA yang baik gak posting kayak gini deh. Mungkin anak gaul gak kaya gini dipostingan nya, kita harusnya berkata-kata yang lebih bijaksana, ada yang marah-marah (apabila) diingetin, jangan marah-marah,” tutur Xenia.
Sementara itu, pada saat ini pengguna internet di Indonesia berasal dari segala kalangan dan usia dengan angka pengguna internet yang selalu naik setiap tahun nya. Influencer, Khansa Putri yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Banten sekaligus inisiator sebuah organisasi bernama ICB atau Influencer Content Creator Banten menjadi narasumber ketiga yang memberi paparan dari pilar literasi berikutnya, yaitu Cakap Bermedia Digital.
Cakap Bermedia Digital adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan bijak melalui media digital. Ini mencakup keterampilan dalam menggunakan media sosial, berbagi informasi dan berpartisipasi dalam diskusi online.
Dalam paparan ini, Khansa Putri memberi ilmu dasar yang harus dipahami oleh seorang individu sebelum ia berinteraksi melalui media digital. Seorang pengguna media digital wajib mengetahui dan memahami apa saja perangkat lunak yang ada di perangkat elektroniknya, sekaligus fungsinya.
Salah satunya aplikasi media sosial, dimana pengguna harus teliti dan memahami dengan baik apa saja keunggulan dan kekurangan di masing-masing aplikasi seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok dan Youtube, sehingga dapat memetakan konten apa saja yang cocok dan tepat diunggah di masing-masing aplikasi sesuai dengan fitur yang dimiliki.
Sementara narasumber kedua pada kegiatan ini, Xenia Angelica Wijayanto selaku JAPELIDI, Head of Centre for Publication LSPR Institute, menyampaikan paparan yang berfokus pada salah satu pilar literasi digital, yaitu keamanan digital.
Aman bermedia digital adalah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital dilakukan aman dan nyaman. Dewasa ini, kejahatan digital semakin marak terjadi. Termasuk di antaranya kejahatan malware seperti menyebarkan file lewat whatsapp dan apabila kita click linknya, maka data yang ada di dalam perangkat handphone kita akan disebar atau diretas.
Pengguna layanan digital terutama anak perlu paham cara melindungi data terutama data pribadi yang bersifat rahasia. Menggunakan password dengan kombinasi unik, terdapat huruf, angka, tanda baca, dan sebagainya merupakan salah satu upaya kita dalam mengamankan data diri di dunia digital. Gunakan password yang berbeda di setiap akun dan ganti password secara berkala. Perkuat password dengan mengaktifkan 2 factor autentication sebagai keamanan digital berlapis.
Selain itu, para pengguna internet juga harus memahami tentang jejak digital karena jejak digital itu tidak dapat hilang dengan mudah. Jejak digital akan berpengaruh pada kehidupan kita saat ini dan di masa depan. Oleh karena itu, pastikan apa yang kita posting adalah hal yang memang diperlukan dan tidak bersifat negatif maupun merugikan orang lain. Juga pastikan kita tidak ikut menyebarkan luaskan konten hoaks, cukup berhenti di kita saja.
”Ada hal-hal yang perlu kuntuk kita sebarluaskan juga. Nah teman-teman harus bisa mencari. Dan kalau misalnya teman-temannya ada yang lupa, teman-teman ingatin, jangan posting sembarangan. Kayaknya postingan lo yang ini kurang oke deh, mending lo take down deh. Kayaknya postingan yang ini tidak merepresentasikan seorang anak SMA deh. Mending jangan. Anak SMA yang baik gak posting kayak gini deh. Mungkin anak gaul gak kaya gini dipostingan nya, kita harusnya berkata-kata yang lebih bijaksana, ada yang marah-marah (apabila) diingetin, jangan marah-marah,” tutur Xenia.
Sementara itu, pada saat ini pengguna internet di Indonesia berasal dari segala kalangan dan usia dengan angka pengguna internet yang selalu naik setiap tahun nya. Influencer, Khansa Putri yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Banten sekaligus inisiator sebuah organisasi bernama ICB atau Influencer Content Creator Banten menjadi narasumber ketiga yang memberi paparan dari pilar literasi berikutnya, yaitu Cakap Bermedia Digital.
Cakap Bermedia Digital adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan bijak melalui media digital. Ini mencakup keterampilan dalam menggunakan media sosial, berbagi informasi dan berpartisipasi dalam diskusi online.
Dalam paparan ini, Khansa Putri memberi ilmu dasar yang harus dipahami oleh seorang individu sebelum ia berinteraksi melalui media digital. Seorang pengguna media digital wajib mengetahui dan memahami apa saja perangkat lunak yang ada di perangkat elektroniknya, sekaligus fungsinya.
Salah satunya aplikasi media sosial, dimana pengguna harus teliti dan memahami dengan baik apa saja keunggulan dan kekurangan di masing-masing aplikasi seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok dan Youtube, sehingga dapat memetakan konten apa saja yang cocok dan tepat diunggah di masing-masing aplikasi sesuai dengan fitur yang dimiliki.
tulis komentar anda