Siapkah PT DI Go Global?
Senin, 29 April 2024 - 05:00 WIB
Tentu tak luput kolaborasi dengan perusahaan asal Malaysia, Indo Pasific Resources, yang telah berkontribusi mewujudkan kontrak pembelian 23 unit helikopter angkut kelas medium untuk end user negara di Asia Tenggara. Masih dengan perusahaan Malaysia, PT DI juga telah menandatangani MoU dengan AIROD Sdn. Bhd. untuk memasarkan dan menjual pesawat N219.
Tak kalah penting, PT DI juga harus berkolaborasi dengan lembaga keuangan. Dalam konteks ini, PT DI telah bekerjasama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk memberikan solusi pembiayaan, termasuk untuk ekspor enam unit pesawat terbang NC212i yang dipesan Department of National Defense/Armed Forces of Philippines (DND/AFP) senilai USD79 juta. Pembiayaan tersebut dilakukan dengan skema Penugasan Khusus Ekspor (PKE) atau National Interest Account (NIA).
Sebelumnya, LPEI telah memberikan dua fasilitas modal kerja ekspor untuk mendukung pelaksanaan kontrak PT DI dengan Nepal berupa 1 unit CN235-220 Military Transport senilai USD30 juta dan kontrak PT DI dengan Senegal berupa 1 unit CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) senilai USD24 juta. Kedua unit pesawat tersebut telah berhasil dikirimkan pada tahun 2021 lalu.
Bila melihat berbagai langkah bisnis yang ditunjukkan, maka PT DI bisa dianggap sudah sangat siap untuk go global karena sudah memilki pondasi kuat. Pondasi dimaksud adalah kapasitas produksi cukup, ketersedian dan kesiapan SDM, sudah menjadi bagian dari supply chain industri penerbangan dunia, adanya kolaborasi dengan berbagai perusahaan asing untuk mendukung pemasaran.
Tak kalah penting sebagai prasyarat PT DI untuk memiliki pijakan kuat untuk go global adalah dukungan domestik yang cukup -dalam hal ini banyaknya transaksi yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta nasional terhadap produk PT DI; dan adanya solusi pembiayaan termasuk untuk mendukung kelancaran ekspor pesawat. Tak kalah pentingnya adalah sudah terbentuknya ekosistem seperti PT NTP, PT LEN dan sebagainya.
Potensi Indonesia untuk menjadi pemain utama industri penerbangan dunia terbuka karena tidak banyak negara memiliki kompetensi industri dirgantara, terlebih Indonesia fokus pada pesawat propeller atau baling-baling -terutama untuk pesawat angkut kelas medium dan ringan.Kendati demikian, PT DI tetap dituntut untuk selalu melakukan inovasi demi merespons dinamika kebutuhan pasar.(*)
Referensi: Diolah dari Berbagai Sumber
Tak kalah penting, PT DI juga harus berkolaborasi dengan lembaga keuangan. Dalam konteks ini, PT DI telah bekerjasama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk memberikan solusi pembiayaan, termasuk untuk ekspor enam unit pesawat terbang NC212i yang dipesan Department of National Defense/Armed Forces of Philippines (DND/AFP) senilai USD79 juta. Pembiayaan tersebut dilakukan dengan skema Penugasan Khusus Ekspor (PKE) atau National Interest Account (NIA).
Sebelumnya, LPEI telah memberikan dua fasilitas modal kerja ekspor untuk mendukung pelaksanaan kontrak PT DI dengan Nepal berupa 1 unit CN235-220 Military Transport senilai USD30 juta dan kontrak PT DI dengan Senegal berupa 1 unit CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) senilai USD24 juta. Kedua unit pesawat tersebut telah berhasil dikirimkan pada tahun 2021 lalu.
Bila melihat berbagai langkah bisnis yang ditunjukkan, maka PT DI bisa dianggap sudah sangat siap untuk go global karena sudah memilki pondasi kuat. Pondasi dimaksud adalah kapasitas produksi cukup, ketersedian dan kesiapan SDM, sudah menjadi bagian dari supply chain industri penerbangan dunia, adanya kolaborasi dengan berbagai perusahaan asing untuk mendukung pemasaran.
Tak kalah penting sebagai prasyarat PT DI untuk memiliki pijakan kuat untuk go global adalah dukungan domestik yang cukup -dalam hal ini banyaknya transaksi yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta nasional terhadap produk PT DI; dan adanya solusi pembiayaan termasuk untuk mendukung kelancaran ekspor pesawat. Tak kalah pentingnya adalah sudah terbentuknya ekosistem seperti PT NTP, PT LEN dan sebagainya.
Potensi Indonesia untuk menjadi pemain utama industri penerbangan dunia terbuka karena tidak banyak negara memiliki kompetensi industri dirgantara, terlebih Indonesia fokus pada pesawat propeller atau baling-baling -terutama untuk pesawat angkut kelas medium dan ringan.Kendati demikian, PT DI tetap dituntut untuk selalu melakukan inovasi demi merespons dinamika kebutuhan pasar.(*)
Referensi: Diolah dari Berbagai Sumber
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda