Spiritual, Moral, dan Ekonomi

Senin, 01 April 2024 - 07:00 WIB
Survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset dan organisasi internasional, termasuk Transparency International, Indonesia secara konsisten menduduki peringkat yang tinggi dalam daftar negara-negara dengan tingkat korupsi yang signifikan. Berdasarkan laporan Transparency International (TI) menunjukkan bahwa skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tercatat sebesar 34 poin dari skala 0-100 poin pada 2023.

Angka tersebut stagnan dari perolehan 2022, namun peringkatnya terus mengalami penurunan. Indonesia sempat menduduki peringkat 110 pada 2022, lantas turun ke posisi 115 pada 2023, di mana posisi tersebut sejajar dengan Ekuador, Malawi, Filipina, Sri Lanka, dan Turki.

Belum lama ini, kasus korupsi dengan nilai jumbo kembali mencoreng Indonesia. Setelah deretan kasus korupsi jumbo seperti PT Asabri dan Jiwasraya, publik kembali dikagetkan dengan kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah. Berdasarkan penghitungan Kejaksaan Agung (Kejagung), kerugian negara dalam kasus korupsi penambangan timah di lokasi IUP PT Timah Tbk tersebut menjadi rekor terbesar dalam penanganan perkara korupsi di Indonesia.

Kejagung mencatat luas kerusakan lahan dari kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah tersebut mencapai dua kali lipat wilayah DKI Jakarta. Alhasil, potensi kerugian lingkungan yang diakibatkan oleh kasus dugaan korupsi tersebut ditaksir mencapai Rp271 triliun.

Sungguh ironi, namun fakta adanya. Guna mengatasi problematika korupsi dan dampaknya pada ekonomi, penting untuk memperkuat nilai-nilai spiritualitas, moralitas, dan integritas dalam masyarakat. Pendidikan spiritual dan moral yang kuat seiring dengan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi, dan penguatan lembaga-lembaga anti-korupsi adalah langkah-langkah kunci yang harus diambil untuk menekan praktik korupsi di semua tingkatan.

Spiritual dan Moral adalah Fondasi Perbaikan Ekonomi

Dalam menjalankan roda ekonomi, seringkali kita terlalu fokus pada strategi, kebijakan, dan angka-angka, sehingga melupakan elemen kunci yang dapat memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan yang berkelanjutan yakni spiritual dan moral. Di Indonesia, di mana nilai-nilai agama dan budaya memiliki pengaruh yang kuat, memperkuat dimensi spiritual dan moral dapat menjadi kunci untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara.

Spitiritual memiliki potensi besar untuk membentuk dan mendorong kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan berarti. Kekuatan spiritual membawa nilai-nilai etis yang mendasari aktivitas ekonomi. Integritas, tanggung jawab, kejujuran, dan keadilan adalah beberapa nilai moral yang sering kali berakar pada kekuatan spiritual. Alhasil, bisnis dan organisasi yang dikelola dengan prinsip-prinsip tersebut cenderung lebih berdaya dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Institute for Corporate Productivity menemukan hasil bahwa perusahaan yang memprioritaskan kebahagiaan dan kesejahteraan karyawan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa investasi dalam kekuatan spiritual dan kesejahteraan karyawan dapat membawa dampak positif yang signifikan pada kinerja ekonomi perusahaan.

Sementara itu, moralitas berperan sebagai panduan dalam membuat keputusan dan bertindak dalam kegiatan ekonomi. Nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati menjadi landasan bagi praktik ekonomi yang etis dan berkelanjutan. Bisnis yang dikelola dengan prinsip-prinsip moral cenderung lebih dihormati oleh masyarakat, meningkatkan kepercayaan dan kestabilan dalam ekosistem ekonomi.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More