Dinamika Politik Elite Pascapemilu Diharapkan Jangan Sampai Berujung Konflik Horizontal
Jum'at, 29 Maret 2024 - 21:02 WIB
JAKARTA - Konflik politik di elite pascapemilu diharapkan jangan sampai berujung pada konflik horizontal. Dinamika politik tentu bisa berpengaruh ke masyarakat di bawah.
Analis Komunikasi Politik Universitas Padjajaran Kunto Adi Wibowo berpendapat, selama konfliknya masih elite saja atau dari bawah ke elite, maka tidak masalah. “Tapi kalau sudah konflik horizontal, itu akan susah untuk meredam atau mendinginkan tensi politiknya,” ujar Kunto, Jumat (29/3/2024).
Dia menilai dinamika di elite politik masih aman selama masih dalam koridor demokrasi, tidak menggunakan kekerasan, tidak menghasut, tidak mengajak melakukan kekerasan. Dalam suasana bulan Ramadan, menjadi penting bagi semua orang untuk bisa mengendalikan diri, termasuk pengendalian diri dalam urusan politik.
“Saya pikir sampai sekarang, belum ada konflik yang meruncing sampai berujung kekerasan. Saya harap tetap kondusif terus suasananya. Walaupun ada gesekan dan dinamika di elite yang tensinya meninggi,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, masyarakat harus bisa membedakan narasi untuk kepentingan politik elite dan yang memang nyata-nyata untuk mejaga demokrasi dan kepentingan pemilih atau publik luas. Masalahnya, ini cukup sulit.
“Harus bisa membedakan mana retorika untuk kepentingan elite, mana retorika yang bertujuan merawat demokrasi. Nah ini yang susah. Karena secara retorika akan sama saja. Butuh ketajaman dan kedalaman berpikir bagi kita untuk merespons isu elite,” pungkasnya.
Analis Komunikasi Politik Universitas Padjajaran Kunto Adi Wibowo berpendapat, selama konfliknya masih elite saja atau dari bawah ke elite, maka tidak masalah. “Tapi kalau sudah konflik horizontal, itu akan susah untuk meredam atau mendinginkan tensi politiknya,” ujar Kunto, Jumat (29/3/2024).
Dia menilai dinamika di elite politik masih aman selama masih dalam koridor demokrasi, tidak menggunakan kekerasan, tidak menghasut, tidak mengajak melakukan kekerasan. Dalam suasana bulan Ramadan, menjadi penting bagi semua orang untuk bisa mengendalikan diri, termasuk pengendalian diri dalam urusan politik.
“Saya pikir sampai sekarang, belum ada konflik yang meruncing sampai berujung kekerasan. Saya harap tetap kondusif terus suasananya. Walaupun ada gesekan dan dinamika di elite yang tensinya meninggi,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, masyarakat harus bisa membedakan narasi untuk kepentingan politik elite dan yang memang nyata-nyata untuk mejaga demokrasi dan kepentingan pemilih atau publik luas. Masalahnya, ini cukup sulit.
“Harus bisa membedakan mana retorika untuk kepentingan elite, mana retorika yang bertujuan merawat demokrasi. Nah ini yang susah. Karena secara retorika akan sama saja. Butuh ketajaman dan kedalaman berpikir bagi kita untuk merespons isu elite,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda