Badak Jawa Hanya Tersisa 80 Individu
Senin, 18 September 2023 - 07:45 WIB
Ancaman dari penyakit akibat penggembalaan juga dijelaskan oleh Indra Exploitasia, Staf Ahli Menteri Bidang Pangan yang juga selaku Plt Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik KLHK. Indra mengatakan, dalam menghadapi tantangan dimaksud, sejumlah usaha telah dilakukan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, salah satunya ialah pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).
JRSCA merupakan program konservasi yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah populasi Badak Jawa, sehingga masuk pada tingkat viable, dan diharapkan suaka tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pusat pengetahuan tentang Badak Jawa serta menjadi pusat pemeliharaan dan pemindahan/translokasi Badak Jawa.
Dalam kesempatan itu, Indra juga menyampaikan mengenai upaya penghitungan Badak Jawa yang menggunakan metode album. Di mana, pihaknya merekam tiap individu badak Jawa dengan kamera trap dan membedakan badak-badak ini dari sisi morfologinya.
baca juga: Ilmuwan Ngotot Hidupkan Lagi Macan Gigi Pedang dan Badak Berbulu
“Diharapkan dengan adanya foto-foto tiap individu ini, dapat memudahkan kami dalam mengidentifikasi badak. Kami dapat mengikuti jejak badak untuk mengambil feses dan dapat diketahui badak mana yang masih subur untuk berkembang biak. Apabila pengembangbiakan terkontrol sudah dilakukan maka akan dilakukan pelepasliaran,” ujar Indra.
Dijelaskan pula, apabila tidak terjadi kawin alami, pendekatan teknologi reproduksi berbantu (bayi tabung dengan Badak Sumatera menjadi surrogate mother) dan biobank (pengambilan sperma) bisa dilakukan.
Pada akhir dialog, Anggia menuturkan bahwa Komisi IV DPR RI mendukung rencana aksi yang telah disusun KLHK dalam Konservasi Badak Jawa. “Diperlukan dukungan sumber daya yang memadai untuk wilayah seluas ini. Pemerintah harus memberikan atensi kepada pelaku konservasi Badak Jawa sehingga program ini dapat terlaksana dengan baik,” tandasnya. (*)
JRSCA merupakan program konservasi yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah populasi Badak Jawa, sehingga masuk pada tingkat viable, dan diharapkan suaka tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pusat pengetahuan tentang Badak Jawa serta menjadi pusat pemeliharaan dan pemindahan/translokasi Badak Jawa.
Dalam kesempatan itu, Indra juga menyampaikan mengenai upaya penghitungan Badak Jawa yang menggunakan metode album. Di mana, pihaknya merekam tiap individu badak Jawa dengan kamera trap dan membedakan badak-badak ini dari sisi morfologinya.
baca juga: Ilmuwan Ngotot Hidupkan Lagi Macan Gigi Pedang dan Badak Berbulu
“Diharapkan dengan adanya foto-foto tiap individu ini, dapat memudahkan kami dalam mengidentifikasi badak. Kami dapat mengikuti jejak badak untuk mengambil feses dan dapat diketahui badak mana yang masih subur untuk berkembang biak. Apabila pengembangbiakan terkontrol sudah dilakukan maka akan dilakukan pelepasliaran,” ujar Indra.
Dijelaskan pula, apabila tidak terjadi kawin alami, pendekatan teknologi reproduksi berbantu (bayi tabung dengan Badak Sumatera menjadi surrogate mother) dan biobank (pengambilan sperma) bisa dilakukan.
Pada akhir dialog, Anggia menuturkan bahwa Komisi IV DPR RI mendukung rencana aksi yang telah disusun KLHK dalam Konservasi Badak Jawa. “Diperlukan dukungan sumber daya yang memadai untuk wilayah seluas ini. Pemerintah harus memberikan atensi kepada pelaku konservasi Badak Jawa sehingga program ini dapat terlaksana dengan baik,” tandasnya. (*)
(hdr)
tulis komentar anda