Cegah Radikalisme, Perempuan Berperan Tentukan Pola Pikir Keluarga
Kamis, 07 September 2023 - 15:16 WIB
JAKARTA - Kaum perempuan tidak bisa dipandang hanya sebagai ibu rumah tangga, tapi lebih dari itu, memiliki peran penting dalam mencetak generasi bangsa. Peranan kaum hawa sangat krusial dalam menentukan pola pikir keluarga, utamanya terkait pemahaman intoleran dan radikalisme .
Aktivis Perdamaian, HAM, dan Perempuan, Dwi Rubiyanti Kholifah berpendapat, seorang ibu memiliki kuasa otoritatif dalam membentuk karakter dan konstruksi berpikir sang anak. Selain itu, ibu memiliki emosional kuat dengan anak-anak yang dilahirkan dari rahimnya, sehingga sangat bisa mempengaruhi anak-anaknya agar tidak terlibat di dalam ekstremisme.
Menurut Ruby, hal inilah yang perlu dijaga. Jangan sampai peran otoritatif orang tua disalahgunakan untuk memaksa atau mengajak anak dalam berbuat hal yang menyalahi aturan. Keluarga Dita, pelaku bom Surabaya pada 2018, merupakan salah satu potret pelaku teroris yang mengajak keluarganya untuk beramaliyah.
"Perempuan sangat bisa dan otoritatif untuk menggeret anak-anak mereka terlibat di dalam terorisme. Laki-laki biasanya kalau terlibat itu sendirian saja, tapi kalau perempuan terlibat di aksi teror, mereka ngajak anaknya," kata Ruby Kholifah dikutip, Kamis (7/9/2023).
"Bayangkan kalau para ibu dan anak-anaknya terlibat aksi-aksi begini, tentu semakin mengerikan nasib bangsa," katanya.
Ruby berpendapat, sejatinya dalam penanganan konflik maupun pencegahan radikal terorisme, kaum perempuan juga perlu dilibatkan. Meski masih ada yang menganggap sebelah mata, tapi perempuan dinilai memiliki naluri tersendiri dalam mendeteksi dini perubahan sosial di lingkungannya.
Menurut perwakilan Asian Muslim Action Network (AMAN) di Indonesia ini, kaum ibu dapat memberikan data dan fakta karena terlibat dalam banyak hal di lingkungannya. Misalnya mengurus posyandu, lansia, anak anak, kebersihan dan aktivitas lainnya. Jika ada sesuatu hal yang tidak wajar, maka ibu-ibu dapat memberikan rekomendasi untuk mengambil keputusan dalam konteks menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya.
"Ketika ada fenomena di mana ada sekelompok orang mempengaruhi dengan cara-cara tertentu menjauhkan dari nilai-nilai di masyarakat yang guyub saling membantu dan sebagainya itu menjadi eksklusif. Nah itu biasanya perempuan sangat tahu," kata Ruby.
Aktivis Perdamaian, HAM, dan Perempuan, Dwi Rubiyanti Kholifah berpendapat, seorang ibu memiliki kuasa otoritatif dalam membentuk karakter dan konstruksi berpikir sang anak. Selain itu, ibu memiliki emosional kuat dengan anak-anak yang dilahirkan dari rahimnya, sehingga sangat bisa mempengaruhi anak-anaknya agar tidak terlibat di dalam ekstremisme.
Menurut Ruby, hal inilah yang perlu dijaga. Jangan sampai peran otoritatif orang tua disalahgunakan untuk memaksa atau mengajak anak dalam berbuat hal yang menyalahi aturan. Keluarga Dita, pelaku bom Surabaya pada 2018, merupakan salah satu potret pelaku teroris yang mengajak keluarganya untuk beramaliyah.
"Perempuan sangat bisa dan otoritatif untuk menggeret anak-anak mereka terlibat di dalam terorisme. Laki-laki biasanya kalau terlibat itu sendirian saja, tapi kalau perempuan terlibat di aksi teror, mereka ngajak anaknya," kata Ruby Kholifah dikutip, Kamis (7/9/2023).
"Bayangkan kalau para ibu dan anak-anaknya terlibat aksi-aksi begini, tentu semakin mengerikan nasib bangsa," katanya.
Ruby berpendapat, sejatinya dalam penanganan konflik maupun pencegahan radikal terorisme, kaum perempuan juga perlu dilibatkan. Meski masih ada yang menganggap sebelah mata, tapi perempuan dinilai memiliki naluri tersendiri dalam mendeteksi dini perubahan sosial di lingkungannya.
Menurut perwakilan Asian Muslim Action Network (AMAN) di Indonesia ini, kaum ibu dapat memberikan data dan fakta karena terlibat dalam banyak hal di lingkungannya. Misalnya mengurus posyandu, lansia, anak anak, kebersihan dan aktivitas lainnya. Jika ada sesuatu hal yang tidak wajar, maka ibu-ibu dapat memberikan rekomendasi untuk mengambil keputusan dalam konteks menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya.
"Ketika ada fenomena di mana ada sekelompok orang mempengaruhi dengan cara-cara tertentu menjauhkan dari nilai-nilai di masyarakat yang guyub saling membantu dan sebagainya itu menjadi eksklusif. Nah itu biasanya perempuan sangat tahu," kata Ruby.
Lihat Juga :
tulis komentar anda