Kaum Perempuan Bisa Jadi Suri Teladan dalam Penanggulangan Radikalisme

Sabtu, 02 September 2023 - 03:40 WIB
loading...
Kaum Perempuan Bisa...
Ketua Tanfidziyah PBNU periode 2022-2027, Alissa Wahid. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Kaum perempuan berjasa besar dalam berbagai aspek kehidupan antara lain sebagai figur yang menjadi suri teladan keluarga, terutama anak-anak. Karena itu, perempuan bisa menjadi garda terdepan dalam melakukan deteksi dini terhadap intoleransi, radikalisme , dan terorisme yang bisa menyasar anak-anak.

Ketua Tanfidziyah PBNU periode 2022-2027, Alissa Wahid mengatakan, ketika seorang ibu berkiprah mengaktualisasikan potensi diri, sebetulnya dia juga melakukan pendidikan anak secara langsung tanpa harus mengatakan apa-apa.

"Seorang ibu yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik dan mulia, pasti akan menjadi contoh yang baik pula bagi anak-anaknya. Misalnya, ada seorang ibu yang berjualan di pasar untuk membantu nafkah keluarga, anaknya akan terinspirasi melihat bagaimana ibunya bekerja keras dan menjaga kepercayaan para pelanggannya. Pun bila perempuan menjadi polwan atau menjadi prajurit, maka itu sekaligus menjadi pesan kepada anak-anaknya, bahwa ibunya juga berkhidmat untuk bangsa," kata Alissa di Jakarta, Jumat (1/9/2023).



Alissa menekankan pentingnya peranan orang tua dalam membentuk kualitas generasi muda. Perempuan yang menjadi seorang ibu memiliki porsi besar dalam membentengi anak-anaknya dari paham yang tidak membangun kebaikan bersama, bisa berupa tafsir keagamaan maupun ideologi menyimpang.

Menurut Alissa, pengaruh ibu sangatlah besar terhadap anak-anaknya karena ia bisa menata nilai-nilai yang ingin ditanamkan sejak dini. Ikatan batin ibu terhadap anaknya bahkan telah terbentuk ketika anak masih di dalam kandungan.

"Apa yang dibaca dan didengarkan ibu juga bisa mempengaruhi anak, dan ini sudah ada risetnya. Kalau misalnya ibu ini dari sejak masa kehamilan dia mendengarkan khutbah agama yang baik-baik, maka anaknya juga mendapatkan asupan yang baik di dalam kandungan. Tetapi kalau misalnya si ibu yang sedang hamil mengikuti ceramah agama yang mengajarkan kebencian, maka kebencian pula yang akan dikenal oleh bayinya," imbuhnya.

Direktur Nasional GusDurian Network Indonesia (GNI) ini menerangkan, jika pengasuhan seorang ibu dilakukan dengan penuh kasih sayang, maka anaknya pun menjadi pribadi yang penuh kasih sayang. Kalau ibunya penuh dengan kemarahan dan kebencian, maka anaknya pun juga penuh dengan kemarahan dan kebencian.



"Saya tahu secara langsung bahwa ada orang tua yang mengasuh anaknya dengan menanamkan kebencian kepada orang yang berbeda agama. Ketika masih dalam kandungan pun, bahkan sang ibu mengelus-elus perutnya sambil mengatakan bahwa orang kafir itu jahat, kita adalah musuh orang kafir dan seterusnya. Sampai ketika anaknya lahir, anaknya juga ditimang-timang dengan pesan itu. Ini sudah masuk dalam kategori ajaran kebencian. Apalagi misalnya kalau nanti pesannya bahwa negara dan Pemerintah Indonesia adalah thaghut, akan jadi apa anaknya nanti? Tentu ini bukan pola pendidikan yang sehat," ujar Alissa.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2106 seconds (0.1#10.140)