Konsumsi Susu Kental Manis Dinilai Pengaruhi Asupan Gizi Anak
Selasa, 28 Juli 2020 - 00:06 WIB
Mantan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu mengungkapkan calon ibu perlu memperhatikan gizi lengkap dan seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air. Sebab hal itu akan mempengaruhi bayi mereka yang akan lahir kelak.
"Baik bayi, balita, ibu hamil, sampai lansia semuanya memerlukan gizi, cuma bentuknya berbeda-beda. Kalau bayi itu bentuknya cair makanan pendamping ASI tapi setelah 6 bulan 1 tahun harus ditambahkan dengan makanan-makanan lain," ucap dr Tubagus Rachmat Sentika.
Khusus untuk ibu hamil, yang perlu diperhatikan adalah pembentukan organ-organ setelah 8 minggu atau 4 bulan 10 hari. Di sini sangat dibutuhkan asam folat, tablet zat besi (Fe) untuk pembentukan 25% perkembangan otak calon bayi. Setelah 2- 3 tahun otak anak akan berkembang menjadi menjadi 80% dan setelah 6 tahun jadi 95%.
"Ini yang dinamakan golden period, yaitu masa emas atau 1000 hari pertama kehidupan atau masa-masa pembentukan otak. Karena itu, protein asam amino harus cukup, karbohidrat cukup, semua harus cukup," paparnya.
Selanjutnya, harus dipantau sesuai dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dijelaskan, badannya waktu lahir 3 kg, 1 tahun jadi 9 kg atau 3 kali berat badan lahir, 5 atau 6 bulan 2 kali berat badan lahir atau 9 kg dan 3 tahun seharusnya 11 kg lebih. Tentunya, semua ada grafiknya untuk menjadi panduan dan antisipasi pada pertumbuhan anak.
"Kalau dia di bawah garis merah, jadi gizi buruk dan nanti setelah 3 tahun jadi stunting," tuturnya.
Dia juga mengkritisi langkah Kemenkes yang membiarkan pemberian makanan tambahan berupa biskuit dan SKM dalam setiap sembako yang diberikan kepada masyarakat. Menurutnya, keduanya itu tidak bisa digunakan untuk anak yang mengalami gizi buruk.
Selain di Tangerang, kasus gizi buruk akibat pemberian susu kental manus ke anak juga terjadi pada korban banjir di Konawe, Sulaeesi Tenggara. Sebagaimana dilaporkan beberapa media setemoat, dari sekian banyak korban, ada salah seorang balita perempuan berusia 3,3 tahun yang ikut berdesak-desakan di bangsal penampungan.
Dia bernama Iluh Suriani, sekilas dia nampak sehat dan sedang tertidur pulas di dalam tenda. Setelah didekati, bayi yang sudah terbaring 7 hari di pengungsian tak seperti anak lainnya. Seharusnya, sejak berusia setahun lebih, dia sudah bisa berjalan atau berlari. Namun, hingga hari ini tulangnya masih lemah, ia juga belum mampu berceloteh menyebut nama ayah dan ibunya.
Kedua orang tuanya, Komang Suryawan (34) dan Komang Suarsih (20) mengungkapkan, bayinya mengalami gizi buruk. Hal itu terungkap saat keduanya memeriksakan kondisinya di RSUD Unaaha, 2019 lalu. Komang, yang bekerja sebagai buruh sawah? bercerita bahwa sejak putri tunggalnya itu berusia delapan bulan, dia hanya mampu memberi minuman susu kaleng kental manis.
"Baik bayi, balita, ibu hamil, sampai lansia semuanya memerlukan gizi, cuma bentuknya berbeda-beda. Kalau bayi itu bentuknya cair makanan pendamping ASI tapi setelah 6 bulan 1 tahun harus ditambahkan dengan makanan-makanan lain," ucap dr Tubagus Rachmat Sentika.
Khusus untuk ibu hamil, yang perlu diperhatikan adalah pembentukan organ-organ setelah 8 minggu atau 4 bulan 10 hari. Di sini sangat dibutuhkan asam folat, tablet zat besi (Fe) untuk pembentukan 25% perkembangan otak calon bayi. Setelah 2- 3 tahun otak anak akan berkembang menjadi menjadi 80% dan setelah 6 tahun jadi 95%.
"Ini yang dinamakan golden period, yaitu masa emas atau 1000 hari pertama kehidupan atau masa-masa pembentukan otak. Karena itu, protein asam amino harus cukup, karbohidrat cukup, semua harus cukup," paparnya.
Selanjutnya, harus dipantau sesuai dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dijelaskan, badannya waktu lahir 3 kg, 1 tahun jadi 9 kg atau 3 kali berat badan lahir, 5 atau 6 bulan 2 kali berat badan lahir atau 9 kg dan 3 tahun seharusnya 11 kg lebih. Tentunya, semua ada grafiknya untuk menjadi panduan dan antisipasi pada pertumbuhan anak.
"Kalau dia di bawah garis merah, jadi gizi buruk dan nanti setelah 3 tahun jadi stunting," tuturnya.
Dia juga mengkritisi langkah Kemenkes yang membiarkan pemberian makanan tambahan berupa biskuit dan SKM dalam setiap sembako yang diberikan kepada masyarakat. Menurutnya, keduanya itu tidak bisa digunakan untuk anak yang mengalami gizi buruk.
Selain di Tangerang, kasus gizi buruk akibat pemberian susu kental manus ke anak juga terjadi pada korban banjir di Konawe, Sulaeesi Tenggara. Sebagaimana dilaporkan beberapa media setemoat, dari sekian banyak korban, ada salah seorang balita perempuan berusia 3,3 tahun yang ikut berdesak-desakan di bangsal penampungan.
Dia bernama Iluh Suriani, sekilas dia nampak sehat dan sedang tertidur pulas di dalam tenda. Setelah didekati, bayi yang sudah terbaring 7 hari di pengungsian tak seperti anak lainnya. Seharusnya, sejak berusia setahun lebih, dia sudah bisa berjalan atau berlari. Namun, hingga hari ini tulangnya masih lemah, ia juga belum mampu berceloteh menyebut nama ayah dan ibunya.
Kedua orang tuanya, Komang Suryawan (34) dan Komang Suarsih (20) mengungkapkan, bayinya mengalami gizi buruk. Hal itu terungkap saat keduanya memeriksakan kondisinya di RSUD Unaaha, 2019 lalu. Komang, yang bekerja sebagai buruh sawah? bercerita bahwa sejak putri tunggalnya itu berusia delapan bulan, dia hanya mampu memberi minuman susu kaleng kental manis.
tulis komentar anda