FDI, Harapan di Tengah Tantangan Pelemahan Ekonomi Dunia
Senin, 03 Juli 2023 - 08:47 WIB
Selain itu, pemerintah telah menyelesaikan 12 bendungan dan sedang membangun 27 bendungan baru yang ditargetkan selesai pada 2024. Selain itu, saat ini pemerintah juga masih terus mendorong akselerasi pembangunan di berbagai desa untuk menopang aktivitas ekonomi masyarakat di seluruh penjuru Nusantara.
Mendorong Perbaikan Kualitas Investasi di Indonesia
Persaingan yang semakin ketat di antara negara-negara di dunia untuk menarik FDI mendorong setiap negara, termasuk Indonesia, untuk lebih meningkatkan iklim investasi melalui policy framework yang lebih komprehensif. Data Bank Dunia (2020). Mencatat bahwa Peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia sejatinya telah mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir yakni dari posisi 120 (2015) menjadi 73 (2020) dari 190 negara di dunia.
Akan tetapi, sejak tahun 2018-2020 peringkat Indonesia tersebut tidak mengalami perubahan berada di peringkat 73. Ada beberapa indikator yang menyebabkan EoDB Indonesia belum optimal, di mana seluruhnya berkaitan dengan perizinan, hukum, dan perpajakan. Misalnya pada indikator untuk memulai bisnis, Indonesia masih berada di peringkat 140.
Selanjutnya, Indonesia berada di posisi 139 dalam penegakan kontrak, lalu perdagangan antarnegara di peringkat 116, persetujuan untuk izin pembangunan di peringkat 110, dan pendaftaran properti berada di peringkat 106. Berkaca pada kondisi tersebut mengartikan bahwa terobosan baru mutlak perlu dilakukan untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Tingkat efisiensi investasi bisa dilihat dari angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Saat ini ICOR Indonesia masih cukup tinggi. BPS mencatat, ICOR Indonesia hanya mengalami sedikit penurunan dalam lima tahun terakhir, namun sempat naik drastis pada 2021. Tahun 2016 ICOR tercatat sebesar 6,73%, dan meningkat pada 2017 sebesar 6,95%. Tingginya ICOR menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia makin kurang efisien.
Di sisi lain penyebab peringkat daya saing Indonesia adalah hambatan daya saing sumber daya manusia (SDM), inovasi, dan adopsi teknologi. Tak sedikit pekerja di Indonesia yang memiliki pendidikan rendah serta kemampuan terbatas.
Nilai HCI (human capital index) Indonesia tercatat sebesar 0,54 di tahun 2020 atau di bawah rata-rata nilai HCI ASEAN. Skor PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Capaian skor PISA Indonesia untuk keterampilan matematika, sains, dan membaca masih berada di bawah 400 pada tahun 2018. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan dan sekolah di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Kompleksitas permasalahan hambatan investasi yang dihadapi Indonesia tak bisa hanya diselesaikan oleh satu instansi pemangku kebijakan saja, melainkan perlu kerjasama antar berbagai pihak terkait. Penting bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerja sama secara sinergis.
Mendorong Perbaikan Kualitas Investasi di Indonesia
Persaingan yang semakin ketat di antara negara-negara di dunia untuk menarik FDI mendorong setiap negara, termasuk Indonesia, untuk lebih meningkatkan iklim investasi melalui policy framework yang lebih komprehensif. Data Bank Dunia (2020). Mencatat bahwa Peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia sejatinya telah mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir yakni dari posisi 120 (2015) menjadi 73 (2020) dari 190 negara di dunia.
Akan tetapi, sejak tahun 2018-2020 peringkat Indonesia tersebut tidak mengalami perubahan berada di peringkat 73. Ada beberapa indikator yang menyebabkan EoDB Indonesia belum optimal, di mana seluruhnya berkaitan dengan perizinan, hukum, dan perpajakan. Misalnya pada indikator untuk memulai bisnis, Indonesia masih berada di peringkat 140.
Selanjutnya, Indonesia berada di posisi 139 dalam penegakan kontrak, lalu perdagangan antarnegara di peringkat 116, persetujuan untuk izin pembangunan di peringkat 110, dan pendaftaran properti berada di peringkat 106. Berkaca pada kondisi tersebut mengartikan bahwa terobosan baru mutlak perlu dilakukan untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Tingkat efisiensi investasi bisa dilihat dari angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Saat ini ICOR Indonesia masih cukup tinggi. BPS mencatat, ICOR Indonesia hanya mengalami sedikit penurunan dalam lima tahun terakhir, namun sempat naik drastis pada 2021. Tahun 2016 ICOR tercatat sebesar 6,73%, dan meningkat pada 2017 sebesar 6,95%. Tingginya ICOR menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia makin kurang efisien.
Di sisi lain penyebab peringkat daya saing Indonesia adalah hambatan daya saing sumber daya manusia (SDM), inovasi, dan adopsi teknologi. Tak sedikit pekerja di Indonesia yang memiliki pendidikan rendah serta kemampuan terbatas.
Nilai HCI (human capital index) Indonesia tercatat sebesar 0,54 di tahun 2020 atau di bawah rata-rata nilai HCI ASEAN. Skor PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Capaian skor PISA Indonesia untuk keterampilan matematika, sains, dan membaca masih berada di bawah 400 pada tahun 2018. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan dan sekolah di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Kompleksitas permasalahan hambatan investasi yang dihadapi Indonesia tak bisa hanya diselesaikan oleh satu instansi pemangku kebijakan saja, melainkan perlu kerjasama antar berbagai pihak terkait. Penting bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerja sama secara sinergis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda