Ini Ragam Kendala saat Pemungatan Suara Pilkada di Masa Pandemi
Sabtu, 25 Juli 2020 - 14:02 WIB
JAKARTA -
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) M. Afiffudin mengungkapkan sejumlah kendala yang berpotensi muncul dalam pemungutan suara pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020. Hal itu disimpulkan Bawaslu setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar simulasi pemungutan suara di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Afif, kendala tersebut berada di luar sisi-sisi teknis alias lebih banyak berhubungan dengan penerapan protokol kesehatan.
"Misalnya kalau kita lihat kemarin yang membuat agak lama pemilih masuk itu ternyata ketika dibagikan atau dipanggil itu kan dikasih sarung tangan. Oh itu membuat antriannya panjang. Kalau kita hitung 1 orang itu bisa minimal ini 2 menit di TPS," tutur Afif dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk "Mengitung Kualitas Pilkada Saat Pandemi", Sabtu (25/7/2020).
(Baca: Pilkada di Masa Pandemi Covid-19, DPR: Pemerintah Paling Ngotot)
Afif sapaan akrabnya mengatakan, kondisi itu belum ditambah dengan kampanye ramah lingkungan, utamanya penggunaan tisu setelah pemilih diberikan tanda tinta untuk membersihkan tangan mereka.
"Yang lain catatan kita, orang-orang disabilitas tuna netra itu enggak bisa, sarung tangan meski plastik itu tak bisa membaca template di TPS," ujarnya.
Kendala lainnya, Afif melihat data pribadi yang tercatat dalam C6 atau undangan. Ia berharap, meski memiliki NIK lengkap, namun potensi penyalahgunaan masih mungkin terjadi karena sebelum undangan diterima calon pemilih, data pribadi ini bisa dicopy dan diprint yang dikhawatirkan disalahgunakan untuk tujuan lain.
(Baca: Demi Pilkada Bebas Corona, KPU Disarankan Desain Ulang Aturan Kampanye)
Afif melihat, secara umum kendala yang muncul dalam penerapan protokol kesehatan di Polkada nanti adalah nonelektoral.
"Jadi tahapan-tahapan dipengaruhi dari sisi-sisi yang bukan dominannya penyelenggara. Misalnya sekarang sampai jam 11 kawan saya di KPU, Mas Fadil, yang bertugas memanggil pemilih itu sampai tiga kali ganti masker.
Semua yang baru kemarin, dalam tanda kutip yang membuat repot, itu adalah di luar hal-hal teknis. Soal protokol kesehatan," pungkas dia.
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) M. Afiffudin mengungkapkan sejumlah kendala yang berpotensi muncul dalam pemungutan suara pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020. Hal itu disimpulkan Bawaslu setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar simulasi pemungutan suara di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Afif, kendala tersebut berada di luar sisi-sisi teknis alias lebih banyak berhubungan dengan penerapan protokol kesehatan.
"Misalnya kalau kita lihat kemarin yang membuat agak lama pemilih masuk itu ternyata ketika dibagikan atau dipanggil itu kan dikasih sarung tangan. Oh itu membuat antriannya panjang. Kalau kita hitung 1 orang itu bisa minimal ini 2 menit di TPS," tutur Afif dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk "Mengitung Kualitas Pilkada Saat Pandemi", Sabtu (25/7/2020).
(Baca: Pilkada di Masa Pandemi Covid-19, DPR: Pemerintah Paling Ngotot)
Afif sapaan akrabnya mengatakan, kondisi itu belum ditambah dengan kampanye ramah lingkungan, utamanya penggunaan tisu setelah pemilih diberikan tanda tinta untuk membersihkan tangan mereka.
"Yang lain catatan kita, orang-orang disabilitas tuna netra itu enggak bisa, sarung tangan meski plastik itu tak bisa membaca template di TPS," ujarnya.
Kendala lainnya, Afif melihat data pribadi yang tercatat dalam C6 atau undangan. Ia berharap, meski memiliki NIK lengkap, namun potensi penyalahgunaan masih mungkin terjadi karena sebelum undangan diterima calon pemilih, data pribadi ini bisa dicopy dan diprint yang dikhawatirkan disalahgunakan untuk tujuan lain.
(Baca: Demi Pilkada Bebas Corona, KPU Disarankan Desain Ulang Aturan Kampanye)
Afif melihat, secara umum kendala yang muncul dalam penerapan protokol kesehatan di Polkada nanti adalah nonelektoral.
"Jadi tahapan-tahapan dipengaruhi dari sisi-sisi yang bukan dominannya penyelenggara. Misalnya sekarang sampai jam 11 kawan saya di KPU, Mas Fadil, yang bertugas memanggil pemilih itu sampai tiga kali ganti masker.
Semua yang baru kemarin, dalam tanda kutip yang membuat repot, itu adalah di luar hal-hal teknis. Soal protokol kesehatan," pungkas dia.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda